Oleh Ust. Muafa
9 DzulHijjah 1438 H
Di antara tipudaya Iblis dan setan untuk mencegah manusia beramal salih adalah menahan mereka berbuat baik karena menunggu sempurna.
Ini keliru.
Untuk berbuat kebaikan dan ketaatan tidak perlu menunggu bebas dari maksiat.
Perumpamaan orang yang berjalan menuju Rabbnya, menempuh jalan kesucian, bergabung dengan kafilah orang-orang salih dan memburu ridha Ar-Rahman adalah seperti orang yang ingin mahir mengendarai sepeda.
Bagaimana bisa orang mahir bersepeda jika dia tidak mau berlatih?
Bagaimana bisa orang mahir bersepeda jika dia takut jatuh?
Orang yang mengklaim punya keinginan mahir bersepeda tetapi tidak mau berlatih dan tidak mau jatuh, bisakah diyakini dia serius dengan niatnya?
Tidak ada orang yang belajar bersepeda yang berniat jatuh dan menikmati kejatuhannya saat latihan. Harapannya semenjak awal belajar langsung saja mahir tanpa terjatuh. Tetapi adakah orang yang seperti itu?
Jatuh saat latihan bersepeda itu wajar, karena dia belum mengenal medan, belum mengenal “ujian”. Jatuh adalah wajar selama memang tidak diniatkan jatuh. Tetapi, justru melalui kejatuhannya itu dia akan mendapatkan PENGALAMAN. Dengan pengalaman itu dia menjadi lebih BERHATI-HATI untuk tidak terjatuh lagi.
Semakin sering berlatih, maka akan semakin mahir dalam berkendara. Sehingga jatuh akan semakin jarang.
Apakah setelah itu bisa dipastikan tidak akan pernah jatuh selamanya?
Tidak juga.
Masih mungkin dia terjatuh jika menemui medan lebih sulit yang belum pernah dikenalnya. Masih sangat mungkin ia jatuh lagi pada “ujian” yang lebih susah. Tetapi jatuhnya dia dalam kondisi berbeda. Kejatuhannya kali ini adalah jatuh yang “lebih berkelas”.
Bahkan, terkadang orang berkendaraan hati-hatinya sudah maksimal, tetapi karena ada pengendara lain yang tidak berhati-hati atau ada faktor alam yang tidak diprediksi, akhirnya dia jatuh juga tanpa kesalahan darinya.
Demikianlah.
Allah memerintahkan kita selalu berusaha beramal salih. Allah tahu manusia sangat lemah, maka Dia menyediakan istighfar dan taubat agar sang hamba segera kembali kepada Rabbnya saat terjatuh. Selama Allah tahu bahwa niat kita benar-benar ingin total mengabdi pada-Nya, maka selama itu pulalah kita harus selalu optimis dengan rahmat-Nya dan tidak pernah dihalangi perasaan takut “jatuh”.
Ini adalah perjuangan seumur hidup, sampai nyawa terpisah dari badan.
***