Oleh Ust. Muafa
Di antara syarat mutlak seseorang pantas disebut ulama adalah mengetahui bahasa Arab. Jika seorang dai masih mungkin orang yang bisa berbahasa Arab atau yang tidak bisa berbahasa Arab, tetapi untuk tingkatan ulama tidak bisa tidak pengetahuan bahasa Arab adalah syarat mutlak yang tidak bisa ditawar lagi. Apalagi seorang mujtahid. Orang yang mencapai derajat ijtihad, pastilah orang yang memiliki pengetahuan bahasa Arab yang membuatnya mampu memahami makna-makna pelik dalam bahasa sehingga tidak keliru memahami makna sebuah ungkapan dalam Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
Dari sini kita bisa meyakini bahwa setiap mujtahid pastilah memiliki pengetahuan bahasa Arab. Semua imam madzhab yang menjadi mujtahid muthlaq adalah ulama-ulama yang jelas memiliki pengetahuan bahasa Arab yang layak untuk memahami langsung Islam dari sumbernya. Termasuk di antaranya di sini Asy-Syafi’i. Tetapi Asy-Syafi’i dalam hal ini istimewa. Beliau bukan hanya memiliki pengetahuan bahasa Arab, tetapi lebih dari itu level pengetahuan beliau dalam bidang ini telah mencapai tingkat yang serupa dengan “keajaiban”.
Bagaimana penjelasannya?
Telah diketahui, Asy-Syafi’i yang memiliki kecerdasan luar biasa itu belajar bahasa Arab pada salah satu kabilah Arab yang masih murni bahasa Arabnya yaitu kabilah Bani Hudzail. Khusus untuk mendalami bidang ini sekitar sepuluh atau belasan tahun beliau habiskan untuk menguasainya. Asy-Syafi’i belajar sastra, sejarah Arab, menghapal puisi, memahami makna-makna lafaz langsung dari konteks penggunaannya dan seterusnya sampai beliau memiliki kemampuan bahasa dan sastra yang menakjubkan.
Konon, Asy-Syafi’i bisa membuat syair padat isi dan bermutu secara irtijal (spontan tanpa mengkonsep) lengkap dengan wazan ‘arudh tertentu, qofiyah yang konsisten, dan pemilihan kata yang akurat!
Dalam salah satu syairnya, Asy-Syafi’i sendiri bersaksi andai saja memperbanyak syair itu tidak merendahkan martabat ulama niscaya beliau bisa saja membuat syair yang lebih hebat dari pada penyair jahiliyyah yang bernama Labid. Siapapun yang pernah mengkaji kumpulan puisi Asy-Syafi’i dalam kitab “Diwan Al-Imam Asy-Syafi’i” pasti akan mengetahui kefasihan dan keindahan bahasa Asy-Syafi’i. Syair-syairnya sangat bermutu, aghrodh (tema-tema) puisinya sangat berkelas, dan bahkan versi terjemahannyapun masih sangat indah jika dinilai dari sudut pandang sastra.
Az-Za’faroni, salah satu murid Asy-Syafi’i di Baghdad pernah menceritakan satu kisah menarik. Pada saat Asy-Syafi’i mengasuh sebuah kajian, ada sejumlah orang Arab pedalaman yang yang tidak dikenal sebagai ahli fikih berkali-kali datang dan menghadiri forum kajian Asy-Syafi’i. Az-Za’faroni heran lalu bertanya kepada mereka apa tujuannya datang, karena mereka datang hanya mendengar dan tidak mencatat seperti umumnya murid-murid Asy-Syafi’i yang mengambil ilmu fikih darinya. Apa jawabannya? Ternyata tujuan mereka datang adalah ingin belajar kefasihan bahasa Asy-Syafi’i!
Bisa dibayangkan. Ilmu fikih adalah ilmu serius. Ini adalah ilmu hukum dalam Islam. Jika orang yang menyampaikannya sampai dipandang sanggup menyampaikan dengan bahasa yang indah dan fasih, mustahil orang seperti itu jika tidak memiliki kemampuan bahasa Arab yang sangat tinggi.
Ahmad bersaksi bahwa kata-kata Asy-Syafi’i adalah hujjah dalam bahasa Arab.
Ibnu Hisyam pengarang Sirah Nabawiyyah yang terkenal itu juga bersaksi bahwa Asy-Syafi’i adalah sumber bahasa Arab yang kata-katanya bisa dijadikan hujjah untuk memaknai lafaz Arab. Ibnu Hisyam lama belajar kepada Asy-Syafi’i, dan selama itu tidak pernah satu kalipun mendengar Asy-Syafi’i melakukan lahn (kesalahan berbahasa)!
Kata Az-Za’faroni, semua syair yang dibacakan ke hadapan Asy-Syafi’i pasti beliau mengetahuinya.
Kata Ar-Robi’ bin Sulaiman, muridnya di Mesir, seandainya Asy-Syafi’i menulis kitab-kitabnya dengan memakai bahasa yang ia gunakan saat berbicara niscaya kitab-kitabnya tidak akan sanggup dibaca karena kekayaan bahasa yang dimiliki.
Kepiawaian Asy-Syafi’i dalam bahasa Arab sampai menarik perhatian ahli bahasa yang terkenal bernama Al-Azhari. Pakar bahasa ini mengumpulkan semua lafaz-lafaz gharib yang pernah dipakai Asy-Syafi’i kemudian dijelaskan maknanya dalam sebuah kitab yang berjudul “Az-Zahir Fi Ghoribi Alfadzi Asy-Syafi’i” (الزاهر في غريب ألفاظ الشافعي). Kitab ini menjadi salah satu rujukan penting untuk memahami istilah-istilah fikih madzhab Asy-Syafi’i.
Wajar dengan kemampuan bahasa seperti ini Asy-Syafi’i memiliki kualitas ijtihad yang tajam, mendalam dan kokoh sehingga dikagumi oleh ulama besar selevel Al-Baihaqi. Kata Al-baihaqi:
Artinya : “Dengan pertolongan Allah Ta’ala aku telah membandingkan ijtihad-ijtihad masing-masing para imam madzhab itu, sejauh pengetahuanku terhadap Kitabullah azza wajalla, kemudian (sejauh pengetahuanku terhadap) hadis-hadis dan atsar yang aku kumpulkan terkait hal-hal wajib, nawafil, halal, haram, hudud dan hukum. Ternyata kudapati Asy-Syafi’i rahimahullah yang paling mengikuti (Al-Qur’an dan As-Sunnah), yang paling kuat hujjahnya, yang paling sahih qiyasnya, dan paling jelas bimbingannya. Hal itu (bisa ditemukan) pada kitab-kitab yang beliau karang, baik yang lama maupun yang baru, dalam ushul maupun furu’ (yang dijelaskan beliau) dengan penjelasan paling gamblang dan bahasa yang paling fasih” (Ma’rifatu As-Sunan Wa Al-Atsar, juz 1 hlm 213)
Penjelasan lebih detail peran Al-baihaqi menolong madzhab Asy-Syafi’i bisa dibaca dalam Jasa Al-Baihaqi Menolong Madzhab Asy-Syafi’i
رحم الله الشافعي رحمة واسعة
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين