Oleh : Ust. Muafa
Nama lengkap kitab ini berdasarkan manuskrip-manuskrip yang terdapat pada Al-Maktabah Adh-Dhohiriyyah di Damaskus, Suriah adalah “Roudhotu Ath-Tholibin Wa ‘Umdatu Al-Muftin”(رَوْضَةُ الطَّالِبِيْنَ وَعُمْدَةُ الْمُفْتِيْنَ). Penamaan versi Haji Kholifah dalam Kasyfu Adh-Dhunun yang menyebutnya “Roudhotu Ath-Tholibin Wa ‘Umdatu Al-Muttaqin” ditinggalkan karena tidak sesuai dengan manuskrip-manuskrip tersebut.
Asal kitab ini adalah hasil ringkasan An-Nawawi dari kerja tahrir madzhab Ar-Rofi’i yang bernama Fathu Al-‘Aziz. Dengan kata lain, Roudhotu Ath-Tholibin adalah mukhtashor Fathu Al-‘Aziz/Asy-Syarhu Al-Kabir. Kita tahu, Fathu Al-‘Aziz sendiri adalah karya Ar-Rofi’i yang merupakan syarah dari kitab Al-Wajiz karya Al-Ghazzali. Al-Wajiz itu sendiri adalah mukhtashor Al-Wasith karya Al-Ghazzali. Al-Wasith adalah bentuk mukhtashor dari Al-Basith karya Al-Ghazzali. Al-Basith adalah hasil mukhtashor Nihayatu Al-Mathlab karya Al-Juwaini. Nihayatu Al-Mathlab adalah syarah Mukhtashor Al-Muzani karya Al-Muzani. Kitab Mukhtashor Al-Muzani bisa dianggap mukhtashor dari kitab Al-Umm karya Asy-Syafi’i. Jadi, bisa dikatakan bahwa kitab Roudhotu Ath-Tholibin adalah kitab yang “sanadnya bersambung” sampai kitab Al-Umm.
An-Nawawi menulis Roudhotu Ath-Tholibin sebelum menulis Minhaju Ath-Tholibin. Dari sisi ukuran ketebalan, tentu saja Roudhotu Ath-Tholibin lebih tebal, karena kitab asalnya juga tebal. Minhaju Ath-Tholibin lebih tipis karena merupakan mukhtashor kitab Ar-Rofi’i yang bernama Al-Muharror yang ukurannya jauh lebih kecil daripada Fathu Al-‘Aziz.
Roudhotu Ath-Tholibin ditulis An-Nawawi dengan uraian yang bersifat pertengahan, yakni ditulis dengan gaya tidak terlalu ringkas (yang malah bisa menimbulkan ambiguitas) dan tidak terlalu panjang (sehingga malah berbentuk seperti syarah).
Secara umum, sebagai konsekuensi tulisan berbentuk mukhtashor, An-Nawawi membuang penyebutan dalil pada hampir seluruh pembahasan dalam kitab ini kecuali sedikit saja. Hal-hal yang samar diperjelas dan semua pendapat ulama-ulama Asy-Syafi’iyyah berusaha dihimpun selengkap mungkin, bahkan termasuk pendapat-pendapat yang ghorib. An-Nawawi juga banyak menambah bahasan-bahasan cabang dan pelengkap. Di beberapa tempat, An-Nawawi terkadang sedikit mengoreksi Ar-Rofi’i.
Sistematika Roudhotu Ath-Tholibin secara umum sama dengan Kitab Fathu Al-‘Aziz kecuali dalam beberapa tempat karena tujuan tertentu. Beberapa persoalan yang tidak dijelaskan An-Nawawi dalam kitab ini, dijelaskan beliau di kitabnya yang lain yaitu Al-Majmu’. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kitab Roudhotu Ath-Tholibin bukan hanya hasil kerja ikhtishor, tetapi juga kerja tartib (sistematisasi) dan tanqih (editing).
Kitab Roudhotu Ath-Tholibin memiliki pengaruh yang sangat besar di kalangan Asy-Syafi’iyyah. Demikian besarnya pengaruh Roudhotu Ath-Tholibin di tengah-tengah penganut madzhab Asy-Syafi’i, sampai-sampai Ibnu An-Naqqosy berkomentar,
Artinya: “…zaman sekarang, orang-orang adalah pengikut Ar-Rofi’i bukan Asy-Syafi’i dan menjadi pengikut An-Nawawi, bukan Nabi…” (Ad-Duror Al-Kaminah Fi A’yan Al-Mi-ah Ats-Tsaminah, juz 5 hlm 327)
Maksudnya, kaum muslimin di zaman Ibnu An-Naqqosy karena sedemikian besarnya perhatian mereka terhadap kitab Fathu Al-‘Aziz karya Ar-Rofi’i dan bertaklid pada tarjih-tarjihnya seakan-akan menjadi pengikut Ar-Rofi’i bukan Asy-Syafi’i. Mereka -juga- karena sedemikian besarnya perhatian mereka terhadap kitab Roudhotu Ath-Tholibin yang merupakan mukhtashor Fathu Al-‘Aziz itu dan bertaklid pada tarjih-tarjihnya, seakan-akan menjadi pengikut An-Nawawi bukan Nabi. Bahkan adapula yang level fanatisnya mencapai tingkatan luar biasa sampai meyakini bahwa siapapun yang menyalahkan An-Nawawi maka ia kafir!
Di antara hal yang menunjukkan pentingnya kitab ini dikalangan Asy-Syafi’iyyah adalah banyaknya kitab-kitab yang dikarang untuk meringkas kitab ini, mensyarahi, memberinya hasyiyah, dan lain-lain.
Contoh ulama yang membuat mukhtashor untuk Roudhotu Ath-Tholibin adalah Ibnu Al-Muqri’ (wafat 837 H). Beliau membuat mukhtashor yang diberi nama Roudhu Ath-Tholib (روض الطالب). Kitab ini disyarahi oleh Zakariyya Al-Anshori dalam sebuah kitab yang bernama Asna Al-Matholib (أسنى المطالب). Kitab Asna Al-Matholib ini kemudian dibuatkan Hasyiyah oleh Syihabuddin Ar-Romli dalam sebuah kitab yang dikenal dengan nama Hasyiyah Ar-Romli.
Ada pula ulama yang membuatkan syarah untuknya. Di antaranya adalah syarah yang bernama Al-Muhimmat Fi Syarhi Ar-Roudhoh Wa Ar-Rofi’i (المهمات في شرح الروضة والرافعي) karya Al-Isnawi (wafat 772 H). Dari kitab ini lahir banyak kitab lain yang mayoritas saat ini masih berbentuk manuskrip.
Adapula syarah Roudhotu Ath-Tholibin karya Al-Muzajjad yang bernama Al-‘Ubab (العباب). Kitab ini dihasyiyahi oleh Ibnu Hajar Al-Haitami dalam sebuah kitab yang bernama Al-I’ab (الإيعاب) yang masih berupa manuskrip.
Adapula ulama yang meneliti hal-hal unik yang bisa menjadi fitnah bagi orang awam jika tidak dijelaskan. Misalnya karya Az-Zarkasyi yang bernama Khobaya Az-Zawaya (خبايا الزوايا). Kitab ini memfokuskan diri mengumpulkan pembahasan-pembahasan tertentu yang ditulis Asy-Syaikhan dalam kitab Fathu Al-‘Aziz dan Roudhotu Ath-Tholibin secara “sisipan”. Orang yang tidak mendalami karya Asy-Syaikan bisa berburuk sangka bahwa beliau berdua ilmunya tidak luas karena tidak membahas topik-topik tersebut. Nah, Az-Zarkasyi mengumpulkan pembahasan-pembahasan seperti ini dalam satu kitab untuk membuktikan bahwa pembahasan tersebut sudah diulas dalam dua kitab Asy-Syaikhan itu, meskipun ditempatkan pada judul tema yang tidak berbicara tentang pembahasan tersebut.
اللهم اجعلنا من من محبي العلماء الصالحين
2 Comments
Atho'illah
Terima kasih atas penjelasannya ustadz. Salam kenal, Atho’illah dari Pemalang
Admin
sama-sama, semoga berkah