Oleh: Ust. Muafa
Artinya: “Seandainya Al-Ghozzali adalah nabi, niscaya kitab Al-Wajiz adalah mukjizatnya”
Demikian konon Murtadho Az-Zabidi memuji kedudukan tinggi kitab Al-Wajiz.
Terasa agak “lebai” mungkin, tapi mengapa sampai ada ucapan seperti itu?
Tentu akan sulit menentukan jawaban pastinya karena para ulama yang menukil ucapan itu juga tidak menjelaskan latar belakangnya.
Dikarang oleh Al-Ghozzali, sang Hujjatul Islam, kitab Al-Wajiz “tumbuh” secara alami menjadi kitab penting dalam sejarah fikih madzhab Asy-Syafi’i. Bagaimana tidak? Pengarangnya adalah seorang tokoh yang dikenal memiliki popularitas yang bukan hanya dikenal di dunia Islam tetapi juga pada peradaban di luar Islam. Pengarangnya adalah seorang tokoh yang dikenal memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga sanggup menguasai berbagai macam bidang ilmu “berat” yang hanya mungkin digapai oleh mereka yang memiliki “akal-akal raksasa”. Jika dibicarakan filsafat, maka nama Al-Ghozzali tidak mungkin dilewatkan dengan karyanya seperti “Tahafutu Al-Falasifah”. Jika dibicarakan ushuluddin maka Al-Ghozzali akan disebut dengan karyanya seperti “Al-Iqtishod fi Al-I’tiqod”. Jika disebut ilmu kalam, maka Al-Ghozzali akan diingat dengan karyanya seperti “Iljam Al-‘Awamm”. Jika disebut ilmu ushul fikih, maka Al-Ghazzali akan dikenang dengan karyanya semisal; “Al-Mustashfa”. Jika disebut ilmu tashowwuf, maka kaum muslimin tidak mungkin lupa dengan karya besarnya (lepas dari pujian maupun kritikan) yang bernama “Ihya Ulumiddin”. Kitab ini bahkan menjadi referensi, rujukan, atau bahan penelitian dalam kajian ilmu pendidikan dan psikologi di zaman sekarang.
Pun demikian dalam bidang fikih. Al-Ghozzali juga menjadi “bintang” dalam madzhab Asy-Syafi’i. Terutama sekali beliau dikenal dengan kitab Al-Wajiz ini.
Ada beberapa keistimewaan kitab Al-Wajiz ini, di antaranya,
Pertama, Menjadi Ringkasan Fikih Asy-Syafi’i Pada Zamannya.
Kita tahu, setelah Abu Al-Ma’ali Al-Juwaini mengarang kitab Nihayatu Al-Mathlab dalam fikih madzhab Asy-Syafi’i, kitab itu menjelma menjadi ensiklopedi terlengkap tentang fikih madzhab Asy-Syafi’i di zaman itu. Hanya saja, kitab ini telalu besar dan tebal sehingga akan susah “dikunyah” langsung oleh orang awam. Dari sini, Al-Ghozzali berinisiatif meringkas kitab Al-Juwaini ini sehingga lahirlah kitab yang berjudul Al-Basith. Akan tetapi kitab ini masih dirasa tebal, maka Al-Ghozzali meringkasnya lagi sehingga lahir kitab Al-Wasith. Namun, kitab Al-Wasith juga masih juga terasa tebal sehingga Al-Ghozzali meringkasnya lagi dengan menambahi sejumlah tambahan. Ringkasan Al-Wasith inilah yang diberi nama Al-Wajiz. Jadi bisa dikatakan, kitab Al-Wajiz adalah jalan cepat mempelajari dan menguasai madzhab Asy-Syafi’i yang sudah mulai berkembang pesat dan menuju fase kematangan. Satu generasi di bawah Al-Ghozzali, tepatnya di zaman Ar-Rofi’i, para pelajar pemula madzhab Asy-Syafi’i sudah menjadikan kitab Al Wajiz sebagai kitab “wajib” pertama yang dipelajari.
Kedua, Menjadi Rujukan dalam Fikih Ringkas Perbandingan Madzhab.
Selain keistimewaan aspek ringkasnya kitab, Al-Wajiz juga menjadi sumber pembahasan fikih perbandingan madzhab yang bersifat ringkas. Kitab Al-Wajiz menyajikan data ikhtilaf fikih sampai zaman Al-Ghozzali dengan mengutip pendapat-pendapat Asy-Syafi’i, Al-Muzani, Abu Hanifah dan Malik. Madzhab Ahmad belum dibahas karena di zaman itu belum stabil, mapan dan belum mengkristal. Hanya saja, karena Al-Wajiz berbentuk ringkasan, penyebutan pendapat itu tanpa diiringi pembahasan tarjih, munaqosyah dan penjelasan dalil. Hanya pada awal pembahasan saja terkadang diawali dengan penyebutan dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ketiga, Sanadnya Bersambung sampai ke Kitab Al-Umm.
Telah kita ketahui bahwa Al-Wajiz adalah bentuk mukhtashor dari Al-Wasith. Kitab Al-Wasith adalah bentuk muktashor dari Al-Basith. Kitab Al-Basith adalah bentuk mukhtashor dari Nihayatu Al-Mathlab. Kitab Nihayatu Al-Mathlab adalah syarah dari Mukhtashor Al-Muzani. Kitab Mukhtashor Al-Muzani bisa dianggap sebagai ringkasan dari kitab Al-Umm karya Asy-Syafi’i. Jadi, kitab Al-Wajiz istimewa di sini karena memiliki “sanad bersambung” sampai pendiri madzhab.
Keempat, Kitabnya Sangat Berkah karena darinya Lahir Kitab-kitab Besar, Penting dan Fenomenal.
Kitab Al-Wajiz “melahirkan” banyak sekali kitab-kitab fikih bermadzhab Asy-Syafi’i. Di zaman As-Silfani saja sebagaimana laporan Haji Khalifah dalam Kasyfu Adh-Dhunun beliau sudah menemukan 70 syarah untuk Al-Wajiz.
Dari sekian banyak syarah untuk Al-Wajiz itu, syarah terpenting adalah kitab Al-Fathu Al-‘Aziz karya Ar-Rofi’i atau yang dikenal juga dengan nama Asy-Syarhu Al-Kabir. Berangkat dari syarah inilah dimulai babak baru dalam madzhab Asy-Syafi’i yakni babak tahrir madzhab (menyeleksi ijtihad ulama syafi’iyyah agar sah dinisbatkan pada madzhab syafi’i). Ar-Rofi’i memutuskan untuk menjadikan kitab Al-Wajiz sebagai basis untuk kitab syarah terbesarnya itu. Dari kitab Ar-Rofi’i ini kemudian lahir kitab Roudhotu Ath-Tholibin yang juga mencabang menjadi banyak kitab yang lain, sebagaimana saya ulas sekilas dalam tulisan berjudul “Mengenal Kitab Roudhotu Ath-Tholibin Karya An-Nawawi”
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa kitab Ar-Rofi’i yang bernama Al-Muharror adalah bentuk mukhtashor dari Al-Wajiz. Sebagian lagi berpendapat bentuk mukhtashor dari Al-Wajiz adalah kitab Al-Khulashoh karya Al-Ghozzali yang kemudian diringkas Ar-Rofi’i menjadi Al-Muharror. Manapun dari dua pendapat itu muaranya adalah kitab Al-Muharror. Kita tahu dari kitab Al-Muharrorlah lahir mukhtashornya karya An-Nawawi yang menjadi kitab fenomenal bernama Minhaj Ath-Tholibin. Dari kitab Minhaju Ath-Tholibin lahir ratusan syarah dan hasyiyah yang menurut Abdullah Al-Habsyi mencapai sekitar 300-an lebih kitab. Bahkan menurut Ahmad Ar-Rifa’i mencapai 1000 kitab!
Barangkali karena faktor-faktor di atas, terutama fakor berkah kitab ini yang melahirkan kitab-kitab besar dan banyak di masa-masa selanjutnya yang membuat Az-Zabidi menganggap kitab Al-Wajiz seperti “mukjizatnya” Al-Ghozzali. Hanya Allah yang maha tahu.
Penerbit Syarikah Dar Al-Arqom bin Abi Al-Arqom di Beirut tahun 1418 H/1997 menerbitkan kitab Al-Wajiz dengan ketebalan sekitar 750-an halaman dalam dua jilid.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين