Oleh : Ust. Muafa
An-Nawawi, ulama salih bermadzhab Asy-Syafi’i yang telah dimuliakan Allah dengan sejumlah karomah dan dengan kitab-kitab penuh berkah yang manfaatnya lintas madzhab itu telah demikian masyhur di kalangan ulama Asy-Syafi’iyyah sebagai muharrir (peneliti pendapat mu’tamad) besar, sehingga diangkat bersama Ar-Rofi’i dengan gelar kehormatan berjuluk “Asy-Syaikhan”. Setiap orang yang ingin mengetahui pendapat mu’tamad madzhab Asy-Syafi’i, maka nama An-Nawawi tidak mungkin dilewatkan. Kitab-kitab fikih An-Nawawi mendapatkan perhatian tinggi karena di situlah rujukan terpercaya jika ingin mengetahi pendapat mu’tamad madzhab Asy-Syafi’i.
Hanya saja, sebagai sebuah perjalanan intelektual yang berawal dari kajian “pionir” sampai menuju kajian “matang”, tentu saja hasil penelitian An-Nawawi sangat wajar jika ditemukan satu atau dua persoalan yang dikoreksi. Bagi yang menelaah karya-karya An-Nawawi, sejumlah persoalan yang dikoreksi ini akan tampak sebagai “kontradiksi”. Karena kontradiktif, maka tentu saja harus ditarjih. Secara rasional, hasil penelitian yang ditulis di akhir usia beliau lebih logis jika dipahami sebagai kajian yang lebih “mapan dan matang” daripada hasil penelitian beliau di awal-awal. Dengan kata lain, dalam kondisi ada kontradiksi, maka tulisan An-Nawawi yang terakhir bisa dianggap “menasakh” tulisan yang awal-awal.
Oleh karena itu, perlu dibuatkan daftar kitab fikih An-Nawawi yang mencerminkan urutan kematangan penelitian itu. Urutan yang teratas adalah karya yang dianggap paling matang, sehingga jika ada kontradiksi dengan hasil penelitian yang lainnya maka urutan yang paling atas itu yang didahulukan, kemudian berturut-turut urutan di bawahnya.
Dalam penelitian Ibnu Hajar Al-Haitami, inilah urutan “kekuatan” kitab-kitab An-Nawawi yang harus dirujuk jika ingin mengetahui pendapat mu’tamad madzhab Asy-Syafi’i.
1. At-Tahqiq (التحقيق)
2. Al-Majmu’ (المجموع)
3. At-Tanqih (التنقيح)
4. Roudhotu Ath-Tholibin (روضة الطالبين)
5. Minhaj Ath-Tholibin (منهاج الطالبين)
6. Fatawa An-Nawawi (فتاوى النووي)
7. Al-Minhaj (المنهاج)
8. Tash-hihu At-Tanbih (تصحيح التنبيه)
9. An-Nukat (النكت)
At-Tahqiq adalah kitab mustaqill (independen), bukan syarah dari kitab At-Tanbih karya Asy-Syirozi atau kitab yang lainnya. Kitab ini murni disusun hasil penelitian An-Nawawi yang paling matang untuk menunjukkan pendapat mu’tamad madzhab Asy-Syafi’i. Hanya saja kitab ini tidak tuntas ditulis. An-Nawawi hanya menyelesaikan sampai bab Sholatu Al-Musafir (salatnya musafir). Hukum-hukum yang dibahas di kitab ini kebanyakan juga dibahas lebih luas dalam Al-Majmu’. Kitab ini sudah dicetak.
Al-Majmu’ adalah syarah dari kitab Al-Muhadzdzab karya Asy-Syirozi. Hanya saja An-Nawawi juga tidak menyelesaikan syarah ini. Beliau hanya sampai pada pembahasan bab riba. Menurut Adz-Dzhabi beliau mensyarah sampai bab Al-Mushrot, tapi keterangan ini disalahkan oleh Ibnu Qodhi Syuhbah. Kitab ini sudah dicetak.
At-Tanqih adalah syarah dari kitab Al-Wasith karya Al-Ghozzali. Kitab ini juga tidak tuntas. Konon, kata Ibnu Al-Mulaqqin syarahnya hanya sampai bab Syuruthu Ash-Sholah (syarat-syarat salat). Kitab ini sudah dicetak.
Roudhotu Ath-Tholibin adalah ringkasan dari karya besar Ar-Rofi’i yang bernama Al-Fathu Al-‘Aziz. Dalam kerja tahrir madzhab, kita mengetahui Ar-Rofi’i membuat dua karya penting, yang satu besar dan yang satunya lagi kecil. Yang besar adalah Al-Fathu Al-‘Aziz sementara yang kecil Al-Muharror. Kitab Roudhotu Ath-Tholibin telah dicetak.
Minhaju Ath-Tholibin adalah ringkasan kitab Al-Muharror karya Ar-Rofi’i. Kitab ini sangat berkah. Banyak sekali karya para ulama ditulis untuk memberi syarah, mukhtashor, hasyiyah, manzhumah, taqrir dan lain-lain. Ada yang mencoba menghitung karya yang lahir dari Minhaju Ath-Tholibin, ternyata jumlahnya melebihi 300 karya. Kitab ini telah dicetak luas.
Fatawa An-Nawawi disebut juga Al-Masa-il Al-Mantsuroh. Ini adalah kitab yang berisi jawaban-jawaban An-Nawawi yang beliau fatwakan terkait persoalan-persoalan yang ditanyakan kepada beliau. Kitab ini telah dicetak.
Al-Minhaj lebih populer dengan nama Syarah An-Nawawi ‘Ala Muslim. Kitab ini adalah kitab syarah hadis yang ditulis An-Nawawi untuk menjelaskan isi dari hadis-hadis yang terdapat dalam shahih Muslim. Kitab ini telah dicetak luas.
Tash-hihu At-Tanbih disebut juga Al-‘Umdah Fi Tash-hihi At-Tanbih. Kitab ini adalah komentar An-Nawawi terhadap kitab At-Tanbih karya Asy-Syirozi. Sebagaimana namanya, didalamnya nyaris ada 1000 persoalan yang dikoreksi An-Nawawi terkait mana pendapat yang mu’tamad dalam madzhab Asy-Syafi’i. Kitab ini sudah dicetak Mu-assasah Ar-Risalah dengan muhaqqiq Muhammad ‘Uqlah Ibrohim.
An-Nukat adalah semacam catatan kaki dan komentar-komentar terhadap At-Tanbih karya Asy-Syirozi. Karenanya, Al-Isnawi menyebut kitab ini dengan nama At-Ta’liqoh. Kitab An-Nukat masih berupa manuskrip dan belum dicetak.
Kitab An-Nukat dan Tash-hihu At-Tanbih termasuk karya-karya awal An-Nawawi sehingga dijadikan urutan paling bawah karena adanya kemungkinan koreksi tarjih.
Patut dicatat di sini, urutan di atas hanya berlaku dalam kondisi ada kontradiksi. Jika tidak ada kontradiksi, maka seluruh kitab An-Nawawi di atas adalah referensi terpercaya untuk mengetahui pendapat mu’tamad madzhab Asy-Syafi’i. Inipun urutan yang bersifat pendekatan, bukan urutan dalam arti yang mutlak, karena pada kasus-kasus tertentu yang lebih akurat dalam penentuan pendapat mu’tamad menuntut kajian terhadap tahqiq para ulama muta-akkhirin. Ibnu Hajar Al-Haitami berkata,
Artinya: “…Secara umum, yang didahulukan adalah karya yang telah diteliti seperti At-Tahqiq, kemudian Al-Majmu’, kemudian At-Tanqih, kemudian yang berupa mukhtashor seperti Ar-Roudhoh, kemudian Al-Minhaj, dan seperti fatwa-fatwa beliau (An-Nawawi), kemudian Syarah Muslim, kemudian Tash-hih At-Tanbih dan An-Nukat…” (Tuhfatu Al-Muhtaj, juz 1 hlm 150)
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين