Oleh : Ust. Muafa
Suatu saat, Rasulullah melewati sekelompok wanita di pagi hari saat salat hari raya, kemudian beliau menasihati mereka,
“wahai para wanita, perbanyaklah sedekah karena aku melihat kalian adalah penghuni neraka yang paling banyak”
Bisa kita bayangkan betapa terkejutnya para wanita itu sehingga mereka bertanya,
“wahai Rasulullah, mengapa kami menjadi penghuni neraka yang paling banyak?”
Rasulullah menjawab,
Artinya :
“Kalian banyak melaknat dan tidak tahu terima kasih terhadap suami” (H.R.Al-Bukhori)
Jadi, ternyata ada dua dosa yang banyak menjerumuskan wanita ke neraka. Pertama, DOSA LISAN dan kedua, DOSA TIDAK TAHU TERIMA KASIH. Oleh karena itu, wanita-wanita yang takut terhadap Rabbnya seharusnya serius mempelajari ajaran Islam terkait menjaga lisan seperti larangan ghibah/menggunjing, larangan melaknat, larangan menikam dengan kata-kata, larangan berkata keji, larangan berkata kotor, larangan memfitnah, larangan berkata-kata yang menentang takdir dan semisalnya. Wanita salihah seharusnya juga serius mempelajari ajaran Islam terkait hak-hak suami sehingga bisa menjaganya agar jangan sampai memiliki akhlak yang buruk terhadap suami, terutama akhlak tidak tahu terima kasih terhadap suami.
Wanita yang tidak tahu terima kasih akan jasa-jasa suami selalu saja melihat kekurangan pada suami, banyak menuntut, kurang ajar, tidak hormat, malas-malasan dalam melayani dan sering mengucapkan kata-kata yang melukai hati. Dalam satu riwayat, Rasulullah menceritakan bahwa kebanyakan para istri itu jika suaminya berbuat baik setiap hari, lalu suatu saat melihat ada satu kesalahan pada suaminya maka sang istri akan tega mengatakan “selama aku bersamamu, tidak pernah aku mendapatkan kebaikan sedikitpun darimu!”. Inilah kufur nikmah. Akhlak tidak tahu terima kasih. Pemilik akhlak seperti itu dipastikan Nabi akan masuk neraka.
Akhlak tidak tahu terima kasih ini kadang-kadang juga dilakukan oleh murid-murid durhaka kepada sebagian gurunya.
Jika akhlak tidak tahu terima kasih dalam hadis di atas jelas menjerumuskan seorang istri ke dalam neraka, apakah kita tidak takut masuk neraka jika memiliki akhlak tidak tahu terima kasih kepada ulama dan guru-guru kita yang telah mengajari dien?
Anggaplah sebagian dari mereka telah melakukan kesalahan yang jelas, pantaskah kita membunuh kerakter mereka, menjelek-jelekkan mereka, melupakan segala jasanya dan memandang dengan mata menghina?
Guru adalah guru. Sekecil apapun yang diajarkan. Meskipun beliau “hanyalah” guru “iqro’”, guru surau, atau guru madrasah.
Sepandai apapun kita setelah itu, meskipun jauh melampaui guru-guru masa kecil kita atau guru-guru awal perkenalan kita dengan agama, maka adab, penghormatan dan takzim tidak boleh berubah pada beliau.
Dalam banyak ayat, Allah mengecam orang-orang yang memiliki akhlak tidak tahu terima kasih. Apalagi tidak tahu terima kasih terhadap jasa-jasa dan kebaikan Allah. Itu adalah seburuk-buruk kekufuran.
Akhlak penting semacam ini pada sebagian orang terkadang diabaikan karena merasa mendapatkan guru yang “lebih hebat”, komunitas yang lebih “jos”, dan kelompok yang dianggap lebih “mencerahkan”. Ini adalah kejahilan, karena sikap tidak tahu terima kasih itu mengancam nasib di akhirat. Ide penyesatnya seringkali adalah salah penempatan terkait konsepsi muqotho’ah, hajr, tahdzir, memilih guru/ustadz berijazah, bersanad dan semisalnya.
Bukan hanya guru dan suami yang sering dizalimi dalam hal dihargai jasanya, tapi juga orang tua, istri, anak, kerabat, sahabat, tetangga, dan orang-orang yang kita sering bergaul dengannya.