Oleh : Ust. Muafa
Nama lengkap kitab ini adalah “Al-Muqoddimah Al-Hadhromiyyah fi Fiqhi As-Sadah Asy-Syafi’iyyah” (المقدمة الحضرمية في فقه السادة الشافعية). Singkatnya “Al-Muqoddimah Al-Hadhromiyyah” atau “Matan Al-Muqoddimah Al-Hadhromiyyah” atau “Al-Muqoddimah” saja. Kitab ini berbentuk mukhtashor, karena itu nama lainnya adalah “Mukhtashor Bafadhl” atau “Al-Mukhtashor Al-Kabir”. Penamaan “Al-Muqoddimah” barangkali juga dimaksudkan karena kitab ini berbentuk mukhtashor, atau bisa jadi pengarangnya berniat membuat karya besar dengan diawali mukhtashor ini. Sifat hadhromi pada nama kitab dinisbatkan kepada pengarangnya yakni Abdullah Al-Hadhromi. Jadi penamaan “Al-Muqoddimah Al-Hadhromiyyah” seakan-akan bermakna “Kitab ringkas pengantar fikih Asy-Syafi’i yang dikarang oleh Abdullah Al-Hadhromi”. Kitab ini disebut juga “Masa-ilu At-Ta’lim” (مسائل التعليم). Ibnu Hajar Al-Haitami dan Sa’id Ba’asyan saat mensyarah memilih nama “Masa-ilu At-Ta’lim” sementara Mushthofa Dib Al-Bugho memilih nama “Al-Muqoddimah Al-Hadhromiyyah”. Kitab ini termasuk salah satu kitab induk madzhab Asy-Syafi’i yang darinya lahir banyak kitab cabang.
Pengarangnya adalah Abdullah bin Abdurrahman Bafadhl Al-Hadhromi yang wafat pada tahun 918 H. Beliau lahir di Tarim, Yaman.
Isinya hanya pembahasan topik ibadah seperti thoharoh, salat, puasa, zakat, haji, dan umroh. Pengarang didahului ajal sebelum sempat menyelesaikannya. Dalam kitab-kitab fikih Asy-Syafi’iyyah, sebuah buku yang hanya membahas sampai topik ibadah biasanya diungkapkan dengan istilah “rubu’ al-‘ibadat” (ربع العبادات) yang diartikan secara harfiah “¼ ibadah”. Penyebutan istilah ¼ itu terkait dengan kebiasaan ulama Asy-Syafi’iyyah yang membagi topik pembahasan fikih menjadi empat yaitu Ibadah, Mu’amalat, Munakahat, dan Uqubat. Jadi, jika ada kitab yang ditulis hanya sampai pembahasan ibadah maka disebut kitab itu hanya sampai rubu’ al-‘ibadat. Al-Muqoddimah Al-Hadhromiyyah ditulis hanya sampai bab Al-‘Ibadat, karena matan ini memang baru tuntas membahas bagian ibadah saja, belum membahas hukum-hukum muamalat, nikah dan sanksi.
Banyak yang menyayangkan mengapa kitab ini tidak ditulis tuntas. Hal itu dikarenakan mutu kitab ini memang tinggi. Sebagian masyayikh Asy-Syafi’iyyah mengatakan, “seandainya saja Bafadhl menyelesaikannya maka bisa jadi kitab ini akan menggantikan Minhaj Ath-Tholibin karya An-Nawawi karena demikian pentingnya”. Ibnu Hajar Al-Haitami sendiri pada saat mensyarah kitab ini, di bagian akhir syarahnya beliau berdoa meminta kepada Allah agar dimudahkan untuk menyempurnakan matannya yang belum selesai. Hanya saja, usaha beliau juga belum tuntas. Beliau menulis hanya sampai bab faroidh dan beliaupun wafat. Yang ditulis Al-Haitami pun baru judul Faroidh saja, belum sampai isinya. Hanya Allah yang tahu hikmahnya, karena semua takdir dan keputusan Allah pastilah yang terbaik.
Perhatian ulama-ulama Asy-Syafi’iyyah terhadap kitab ini lumayan tinggi. Ada banyak syarah dan hasyiyah dikarang untuk menjelaskan matan ini. Di antaranya, “Al-Minhaj Al-Qowim” karya Ibnu Hajar Al-Haitami (973 H), “Al-Fawa-id Al-Mardhiyyah” karya Syamsuddin Ar-Romli (1004 H), “Busyro Al-Karim” karya Sa’id Ba’asyan (1270), Syarah Basudan (1281 H), “At-Taisir” karya Bashohi (1336 H), “At-Tuhfatu As-Saniyyah” karya Bahannan (1383 H) Syarah Al-Ghunaimi, Syarah Ibnu ‘Aqib, dan “Al-Hadiyyatu Al-Mardhiyyah” karya Mushthofa Dib Al-Bugho.
Dari sekian syarah ini, yang paling terkenal dan menyebar luas adalah “Al-Minhaj Al-Qowim” karya Ibnu Hajar Al-Haitami dan “Busyro Al-Karim” karya Sa’id Ba’asyan.
Dari kitab Al-Minhaj Al-Qowim karya Ibnu Hajar Al-Haitami, lahir sejumlah hasyiyah terkenal seperti Hasyiyah Al-Kurdi (1194 H), Hasyiyah Al-Jarhazi (1201 H), dan Hasyiyah At-Tarmasi (1338 H).
Untuk Busyro Al-Karim karya Ba’asyan, kitab itu sebenarnya adalah ringkasan dari syarah besar beliau yang bernama “Al-Mawahib As-Saniyyah” yang masih berupa manuskrip. Karena terlalu tebal maka beliau meringkasnya menjadi kira-kira separuhnya dan diberi nama “Busyro Al-Karim”. Kitab inilah yang dicetak dan terkenal sampai zaman sekarang.
Dengan demikian, bisa disimpulkan dari kitab Al-Muqoddimah Al-Hadhromiyyah ini lahir 6 kitab penting yang patut kita perhatikan yaitu,
1. “Al-Minhaj Al-Qowim” (المنهاج القويم) karya Ibnu Hajar Al-Haitami
2. “Busyro Al-Karim” (بشرى الكريم) karya Sa’id Ba’asyan
3. “Al-Hadiyyatu Al-Mardhiyyah” (الهدية المرضية) karya Mushthofa Dib Al-Bugho.
4. Hasyiyah Al-Kurdi (حاشية الكردي)
5. Hasyiyah Al-Jarhazi (حاشية الجرهزي)
6. Hasyiyah At-Tarmasi (حاشية الترمسي).
Adapun cetakan untuk matan Al-Muqoddimah Al-Hadhromiyyah, di antara yang direkomendasikan adalah cetakan Dar al-Minhaj dan Dar Ibnu Hazm yang ditahqiq oleh Ishom Al-‘Umari. Keunggulan cetakan Dar Ibnu Hazm adalah karena pentahqiqnya memberi harokat lengkap, memberi judul-judul pada tiap bab-bab, mentakhrij hadis-hadisnya, menjelaskan pendapat-pendapat dhoif, menjelaskan pendapat mu’tamad berdasarkan tarjih Ibnu Hajar Al-Haitami dan Ar-Romli, memberi catatan pinggir yang berisi poin-poin penting yang diambil dari kitab Tuhfatu Al-Muhtaj karya Al-Haitami dan Nihayatu Al-Muhtaj karya Ar-Romli, memberi penjelasan ungkapan-ungkapan ambigu, memberi taqyid ungkapan yang terkesan muthlaq, memberi kutipan-kutipan dan dalil yang diperlukan saat penjelasan, membuatkan konversi-konversi terkait besaran dan satuan dalam istilah fikih dengan besaran dan satuan yang dipakai di zaman sekarang baik itu terkait panjang, lebar, berat, volume, dan lain-lain.
Dar Al-Minhaj mencetaknya dengan ketebalan 282 halaman sementara Dar Ibnu Hazm mencetaknya dengan ketebalan 346 halaman.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين