Oleh ust. Muafa
Kitab “Al-Mu’jam Al-Mufahros Li Alfazhi Al-Hadits An-Nabawi” (المعجم المفهرس لألفاظ الحديث النبوي) adalah kitab indeks (konkordansi/concordance) hadis Nabi yang disusun untuk mengefisienkan pencarian lafaz-lafaz hadis Nabi berdasarkan topik.
Ada 9 (sembilan) kitab hadis yang menjadi sumber indeks ini yaitu: Kutub Sittah (Bukhari, Muslim, An-Nasai, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Majah), Muwattho’ Malik, Musnad Ahmad, dan Musnad Ad-Darimi.
Jika anda ingin memperoleh hadis-hadis Nabi yang terkait topik nikah- sebagai contoh- maka dengan memakai indeks tersebut, Anda akan memperoleh informasi semua hadis yang berkaitan dengan nikah dalam 9 kitab hadis, lengkap dengan juz, bab, dan halamannya. Tidak perlu membaca semua kitab hadis tersebut mulai halaman pertama sampai terakhir.
Kitab ini dijadikan rujukan di Universitas Al-Azhar dalam mata kuliah “Takhrij Hadis”.
Tahukah Anda siapa yang membuat indeks itu?
Orientalis!
Yah, jangan kaget. Yang membuat indeks hadis tersebut adalah sekumpulan orang yang tidak mengenal Allah melalui Nabi Muhammad, dan tidak mengimani dienul Islam.
Indeks itu terdiri dari 8 jilid dan disusun dalam rentang waktu antara 1916-1988 atau sekitar 72 tahun! Publikasi dilakukan oleh Arent Jan Wensinck Profesor bahasa Arab (dan bahasa semit pada umumnya) dan sejarawan di Universitas Leiden.
Mari merenung.
Tidakkah seharusnya orang beriman lebih memiliki keseriusan dan ketekunan dalam mempelajari ilmu dengan kadar yang jauh lebih hebat dari mereka yang tidak beriman? Tidakkah seharusnya orang-orang beriman jauh lebih produktif dalam menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi umat sepanjang zaman? Bukankah Rasulullah menginginkan umatnya kuat dan tidak lemah?
Rasulullah bersabda,
“Minta tolonglah kepada Allah dan jangan lemah” (H.R. Muslim)
Lalu mengapa lemah untuk mempelajari bahasa Arab, Tafsir, Hadis, Fikih, dan ilmu-ilmu islam yang lain yang membuat fakih dalam dien dan membentengi umat dari faktor-faktor penghancur eksternal? Mengapa ketika sudah diberi ilham Allah untuk belajar seringkali menyia-nyiakan anugerah itu dengan semangat hanya di awal dan gagal mempertahankannya sampai mencapai tujuan?
Akankah kita menjadi kaum yang hanya berbangga-bangga dengan Al-Qur’an, tetapi tidak mengetahui isi Al-Qur’an? Tidakkah takut menjadi seperti Yahudi yang digambarkan Allah seperti keledai yang memikul buku-buku?
4 Comments
Rianti
Tes
Admin
alhamdulillah
Rianti
Afwan mau tanya Ustadz, kemana ilmuwan Muslim wkt itu? Sampai2 org orientalis yg menyusun kitab tsb?
Admin
mungkin karena umat islam berada di masa kemunduran, banyak negeri-negeri muslim terjajah, sehingga perhatian para ilmuwan muslim banyka tercurahkan untuk melawan penjajahan