Oleh : Ust. Muafa
Cara terbaik melawan fitnah, penghinaan, pembunuhan karakter, dan pencitraburukan terhadap pribadi adalah DIAM.
Diam, sampai Allah menunjukkan sendiri kebenarannya, dengan cara-Nya yang indah.
Membela diri, memberikan penjelasan, dan klarifikasi seringkali tidak banyak membantu, apalagi jika berada di waktu, tempat dan situasi yang salah.
Seorang mukmin senantiasa merisaukan dosa-dosanya yang terlalu banyak di hadapan Rabbnya, bukan merisaukan citranya di hadapan manusia.
Betapa banyaknya orang baik nan salih seperti Maryam Al-‘adzro’ yang difitnah, dibenci dan dicitraburukkan oleh orang-orang yang belum mengenalnya… yang tidak mengetahui fakta, hakikat, peristiwa, kejadian, cerita, kebenaran, masalah serta duduk perkaranya.
Allah berfirman,
Artinya :
“Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah (dengan isyarat): “Sesungguhnya aku telah bernazar menahan diri demi Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini” (Maryam; 26)
Selama bergaul dengan Maryam, orang-orang mengenalnya sebagai wanita baik-baik. Tentu saja betapa terkejutnya mereka ketika melihat Maryam pada suatu hari tiba-tiba datang dalam keadaan menimang bayi yang lahir dari rahimnya tanpa ayah. Semua orang tentu terheran-heran melihat fakta yang sulit dijelaskan di depan mata mereka ini. Apakah Maryam berzina? Mungkinkah wanita sebaik itu sampai tergoda dan berzina? Tapi jika tidak berzina bagaimana caranya dia hamil sampai melahirkan?
Allah tahu, kalaupun Maryam menjelaskan belum tentu semua orang akan percaya. Maka Allah mengajarinya untuk diam.
Diam saja, sampai Allah sendiri yang menunjukkan kebenarannya dengan cara-Nya yang indah.
Diam, karena dengan diam justru Allah dan Malaikat-Nya lah yang membela.
Diam, sebagaimana Abu Bakar yang diam saat dicaci maki seorang lelaki dan Rasulullah tersenyum-senyum karena melihat ada malaikat yang membela Abu Bakar dengan membalas cacian itu. Tidak tergoda membalas ucapan buruk dengan ucapan buruk serupa, karena itu membuka pintu syetan untuk datang merusak.
Mengambil posisi bagaikan dupa, semakin dibakar semakin harum baunya.
***
Hanya saja jika Allah, Rasul-Nya dan dien-Nya yang dihina maka haram hukumnya diam.
Diam dalam kondisi ini bukan akhlak mulia tapi kelemahan (ajzun) dan kepengecutan (jubnun)!
Akhlak rendah nan hina yang kita diajari Nabi untuk berlindung darinya;
اللَّهُمَّ حَسَّنْتَ خَلْقِي فَحَسِّنْ خُلُقِي