Oleh : Ust. Muafa
“Apapun nama organisasi/jama’ah/jam’iyyah/harokah/afiliasi Anda, jika hati Anda lebih bergetar saat komunitas Anda dipuji, melebihi kondisi hati saat Allah dipuji, maka ada yang salah dalam cara Anda beragama.
Siapapun guru, syaikh, ustadz, dan kyai Anda, jika hati Anda lebih bergetar saat panutan Anda disebut-sebut melebihi saat Nabi Muhammad disebut-sebut, maka ada yang tidak beres dalam cara Anda menjalankan dinullah.”
Karena,
Cinta sejati (yang merupakan ekspresi kesempurnaan ‘ubudiyyah) itu ketika menjadikan Allah sebagai puncak cinta, mengalahkan segala macam cinta yang nisbi.
Cinta kepada nabi Muhammad juga harus menjadi ekspresi cinta karena Allah yang melebih cinta kepada istri, anak-anak, orang tua dan seluruh manusia.
Tidak seperti cinta orang musyrik yang lebih bergetar hatinya saat pujaannya selain Allah disebut, dan malah “risih” ketika nama Allah disebut,
“Jika Allah saja yang disebut, maka “mengerut”lah hati orang-orang yang tidak beriman kepada hari akhir itu. Jika yang disebut adalah selain Dia, tiba-tiba mereka menjadi bergembira” (Az-Zumar 45)
اللَّهُمَّ أعِنّا على ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عبادتك
Catatan: Kata “Anda” dalam tulisan di atas, pertama-tama dan yang paling utama harus diarahkan kepada saya sendiri terlebih dahulu.