Oleh : Ust. Muafa
Kitab “Safinatu An-Najah” (سفينة النجاة) sering dilafalkan dengan “tarkhim”/“apocope”, sehingga diucapkan “Safinatu An-Naja” (سفينة النجا). “Tarkhim” sering digunakan dalam konteks sastra dengan maksud menyamakan rima sebuah bait syair atau judul kitab. Lafaz “As-Sama’” (السماء) jika ditarkhim akhirnya dibunyikan menjadi “as-sama” (السما).
Kitab ini kadang disebut “Safinatu An-Naja” atau “Matan Safinatu An-Naja”. Nama lengkapnya “Safinatu An-Najah Fima Yajibu ‘Ala Al-‘Abdi Li Maulah” (سفينة النجاة فيما يجب على العبد لمولاه). Seakan-akan dengan judul ini, pengarangnya berharap ilmu yang ditulisnya dalam kitab ini ketika diamalkan bisa menjadi perahu yang menyelamatkan pengamalnya menghadapi dahsyatnya fitnah dunia yang begitu menggoda.
Penulisnya bernama Salim bin Abdullah bin Sa’ad bin Sumair Al-Hadhromi atau disebut singkat Salim Al-Hadhromi. Beliau seorang qodhi/hakim, tetapi juga berkiprah serta memiliki pengalaman dalam bidang politik dan militer. Beliau lahir di kampung Dzi Ashbah, daerah Hadhromaut dan tumbuh besar di sana.
Ketika sudah mencapai usia belajar, beliau mulai menuntut ilmu kepada ayahnya sendiri, Abdullah bin Sa’ad bin Sumair. Beliau belajar Al-Qur’an dan mencapai derajat tinggi sampai digelari “Al-Mu’allim”. Gelar ini adalah istilah khusus di Hadhromaut untuk menyebut orang yang mahir dan pakar Al -Qur’an sehingga berkompeten mengajarkannya.
Beliau sempat ke India dan terakhir ke Jawa, tepatnya di Betawi karena ada persoalan politik di Hadhromaut. Domisili di Jawa inilah yang nampaknya ikut menjadi salah satu faktor yang membuat kitab “Safinatu An-Naja” menjadi populer di Indonesia, khususnya lembaga-lembaga pendidikan agama Islam di Jawa. Tentu saja faktor mutu kitab tetap menjadi faktor utama yang membuatnya populer di kalangan ulama. Selain kitab “Safinatu An-Najah”, Salim Al-Hadhromi juga memiliki karya lain terkait riba yaitu, “Al-Fawa-id Al-Jaliyyah Fi Az-Zajri ‘An Ta’athi Al-Hiyal Ar-Ribawiyyah”
Kitab ini populer bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Malaysia, Hadhromaut dan sejumlah propinsi di Yaman. Kitab ini juga digunakan di pesantren-pesantren di Haromain seperti di “Ash-Shoulatiyyah”, “Dar Al-Ulum”, dan “Madaris Al-Falah” (Falah Schools). Kitab ini juga digunakan di Afrika seperti di Tanzania, Etopia, Kenya, Somalia, Zanjibar, dan Comoro Islands.
Demikian populernya kitab ini di Indonesia sehingga dengan mudah kita akan mendapatkan berbagai terjemahannya dalam bahasa Indonesia, Melayu, Jawa dan Sunda.
Kitab “Safinatu An-Najah” adalah kitab fikih bermazhab Asy-Syafi’i. Bentuknya mukhtashor sehingga di dalamnya tidak akan ditemukan hadis-hadis atau ayat-ayat. Karena itu, kitab ini sangat cocok dan bermanfaat bagi pemula apalagi kitab ini ditulis dengan bahasa yang sangat mudah dan sangat ringkas. Kemudahan bahasa dan keringkasannya ini barangkali juga menjadi faktor yang membuat kitab ini lebih tenar di negeri ini.
Hanya saja, Salim Al-Hadhromi tidak langsung memulai kitabnya dengan pembahasan fikih. Beliau menulis semacam “muqoddimah” terlebih dahulu yang menjadi dasar dan pondasi ilmu fikih yaitu pembahasan rukun iman, rukun Islam, dan makna kalimat tauhid. Setelah itu barulah beliau masuk ke pembahasan fikih dengan memulai topik tanda-tanda baligh yang dilanjutkan dengan topik thoharoh (bersuci), sholat, dan diakhiri dengan pembahasan zakat.
Jadi, tulisan Salim Al-Hadhromi dalam kitab ini sebenarnya hanya sampai pada pembahasan zakat saja. Pembahasan rukun Islam yang lain seperti puasa, haji dan umroh tidak sempat beliau tuliskan. Beruntung, Nawawi Al-Jawi bangkit menyempurnakannya dengan menambahi topik tentang puasa, yakni pada saat beliau membuat syarah untuk kitab ini yang dinamai “Kasyifatu As-Saja” . Adapun topik haji, yang bangkit menulisnya adalah Muhammad Ba’athiyyah pada saat mengarang syarah untuk kitab ini dibawah judul “Ghoyatu Al-Muna”.
Dengan deskripsi di atas, bisa dikatakan bahwa kitab “Safinatu An-Naja” sebenarnya bukanlah kitab murni fikih, tetapi bisa dipandang sebagai kitab ushul akidah dan fikih. Topik fikihnya juga masih terbatas, yaitu topik ibadah saja. Itupun hanya selesai pada topik zakat jika yang dilihat hanya murni tulisan Salim Al-Hadhromi. Dengan fakta ini, seakan-akan kitab “Safinatu An-Najah” hakikatnya adalah ringkasan dari kitab “Al-Muqoddimah Al-Hadhromiyyah” karya Abdullah Bafadhl.
Kekurangannya, ada sejumlah pembahasan hukum penting terkait salat yang dilewatkan seperti hukum azan, iqomah, macam-macam salat sunnah dan lain-lain.
Perhatian ulama terhadap kitab ini tergolong tinggi. Ada yang membuatkan manzhumah dan ada yang membuatkan syarah atau hasyiyah untuknya.
Di antara manzhumahnya adalah “Tanwiru Al-Hija” karya Ahmad Al-Fasirwani, “Al-Lu’lu-atu Ats-Tsaminah” karya Muhammad Bahannan, dan “As-Sabhatu Ats-Tsaminah” karya Ahmad Masyhur Al-Haddad yang kemudian disyarah dalam kitab bernama “Ad-Durrotu Al-Yatimah” karya Muhammad Ba’athiyyah, manzhumah Abdullah Al-Haddad, manzhumah Muhammad Ba’aqil, dan manzhumah Shiddiq Al-Lasimi.
Adapun syarahnya, di antara yang paling terkenal adalah “Kasyifatu As-Saja” karya Nawawi Al-Jawi. Ini adalah syarah terluas dan terpadat untuk kitab ini. Syarah yang lain yang terkenal adalah “Nailu Ar-Roja” karya Ahmad Asy-Syathiri dan “Ghoyatu Al-Muna” karya Muhammad Ba’athiyyah. Selain itu ada “Ad-Durrotu Ats-Tsaminah” karya Ahmad Al-Makky, “Nasimu Al-Hayah” karya Abdullah bin ‘Awadh, “Inarotu Ad-Duja” karya Muhammad Ali Al-Maliki, “Wasilatu Ar-Roja” karya Hasan Asy-Syirozi, dan “Sullamu Ar-Roja” karya Utsman Tungkal.
Diantara penerbit yang mencetaknya adalah percetakan Mushthofa Al-Baby Al-Halaby. Dar Al-Minhaj mencetaknya dalam 78 halaman dengan mencantumkan bab salat dan bab haji. Artinya cetakan Dar Al-Minhaj ini melampirkan “ziyadat” (tambahan) yang ditulis oleh Nawawi Al-Jawi dan Muhammad Ba’athiyyah.
Salim Al-Hadhromi wafat di Betawi tahun 1271 H.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
5 Comments
Arul
Ustadz izin untk copy saya dapat influence dari kajian guru qiro’at saya ustadz Muhammad Laili Al fadli.
Admin
na’am, tafaddhal dengan senang hati
Arul
Saya dapat kitab safinah darul minhaj dari ustadz rikrik aulia rachman al hambali di markaz ibnu qudamah nya beliau
Admin
Alhamdulillah. barakallahu fikuma
ji
izin mengcopy ustadz, sebagai referensi