Oleh Ustaz Muafa
Nama asli kitab ini adalah “Futuhat Al-Wahhab”. Lengkapnya, “Futuhat Al-Wahhab bi Taudhihi Syarhi Manhaj Ath-Thullab” (فتوحات الوهاب بتوضيح شرح منهج الطلاب). Adapun di masyarakat, kitab ini lebih dikenal dengan nama “Hasyiyah Al-Jamal” atau “Hasyiyah Al-‘Ujaili”.
Lafaz “futuhat” adalah bentuk jamak dari “futuh”. Lafaz “futuh” sendiri adalah bentuk jamak dari “fath”. Jadi “futuhat” adalah jamaknya jamak. Makna “futuhat” dalam konteks ilmu secara mudah adalah “anugerah singkapan-singkapan ilmu (dari Allah)”. “Al-Wahhab” adalah salah satu nama Allah yang bermakna “Yang Maha Memberi”. Jadi, ketika pengarang memberi judul kitab ini dengan nama “Futuhat Al-Wahhab” seakan-akan beliau memaksudkan sebagai bentuk rasa bersyukur kepada Allah, karena kemampuan menulis kitab ini adalah berkat anugerah Allah yang berkenan membukakan ilmu kepada pengarang sehingga bisa menjelaskan ilmu fikih yang perlu diketahui kaum muslimin.
Kitab ini adalah “hasyiyah” untuk kitab Zakariyya Al-Anshori yang bernama “Fathu Al-Wahhab”(resensi lebih detail tentang “Fathu Al-Wahhab” bisa dibaca dalam catatan saya yang berjudul “Mengenal Kitab “Fathul Wahhab” Karya Zakariyya Al-Anshori”). Kita tahu, kitab “Fathu Al-Wahhab” adalah syarah untuk kitab Zakariyya Al-Anshori yang bernama “Manhaju Ath-Thullab”, sementara kitab “Manhaju Ath-Thullab” adalah ringkasan kitab “Minhaju Ath-Tholibin” karya An-Nawawi. Jadi, bisa kita simpulkan, kitab “Hasyiyah Al-Jamal” sesungguhnya masih ada hubungan “keturunan” dengan kitab “Minhaju Ath-Tholibin” karya An-Nawawi itu.
Pengarangnya bernama Al-Jamal atau dikenal juga dengan nama Al-Ujaili. Nama lengkap beliau, Abu Dawud Sulaiman bin Umar Al-Ujaili Al-Jamal. Asalnya dari Ujail, area barat Mesir. Beliau seperti An-Nawawi dalam hal rumah tangga, yakni dikenal hidup membujang seumur hidupnya dan tidak pernah menikah. Ibnu Abdis Salam An-Nashiri mengatakan bahwa beliau adalah salah satu ayat Allah yang besar untuk makhluk-Nya karena memiliki hafalan yang luar biasa. Al-Jamal adalah orang yang buta huruf, tidak bisa menulis dan berhitung. Cara beliau belajar adalah meminta orang untuk membacakan ilmu tertentu yang ingin beliau pelajari, lalu beliau akan menghafalkan seluruh materi yang dibacakan kepada beliau. Seperti ini juga kira-kira cara beliau saat mengarang kitab.
Al-Jamal mempelajari kitab “Fathu Al-Wahhab” melalui proses talaqqi dan muthola’ah pribadi bersama sejumlah kawan-kawan beliau. Beliau juga sempat menelaah sejumlah hasyiyah yang lahir dari “Fathu Al-Wahhab” dan beliau menilai hasyiyah-hasyiyah tersebut belum memenuhi hak “Fathu Al-Wahhab” yang seharusnya. Menurut Al-Jamal, orang yang ingin memahami “Fathu Al-Wahhab” tidak cukup hanya bertumpu pada hasyiyah-hayisyahnya, tetapi memerlukan kajian terhadap syarah Ar-Romli berikut hasyiyah-hasyiyahnya. Sayangnya ini bukan pekerjaan mudah. Ada banyak kesulitan besar untuk menguasai penjelasan itu dan tidak semua orang sanggup menaklukkannya. Atas dasar inilah, Al-Jamal berminat membuatkan hasyiyah yang berfungsi memudahkan pelajar sehingga tidak perlu mengkaji sendiri kitab-kitab besar itu. Inilah motivasi utama Al-Jamal membuat hasyiyah ini.
Penulisan kitab ini rampung pada tahun 1184 H.
Sumber hasyiyah ini adalah syarah Ar-Romli terhadap “Fathu Al-Wahhab”, “Hasyiyah Asy-Syabromallisi”, “Hasyiyah Ar-Rosyidi”, “Hasyiyah Al-Halabi”, “Hasyiyah Al-Birmawi’, “Hasyiyah Ibnu Qosim”, “Hasyiyah Asy-Syaubari”, “Hasyiyah Az-Zayyadi”, “Syarah Ibnu Hajar Al-Haitami” dan Hasyiyah-hasyiyahnya, “Syarah Roudhu Ath-Tholib”, “Syarah Al-Bahjatu Al-Wardiyyah”, “Kanzu Ar-Roghibin”, “Hasyiyah Al-Qolyubi”, “Taqrir ‘Athiyyah Al-Ujhuri”, “Taqrir Asy-Syams Al-Hifni”, kitab-kitab lughoh, kitab-kitab tafsir, dan lain-lain.
Dari sisi isinya, “Hasyiyah Al-Jamal” fokus pada fikih mazhab Asy-Syafi’i dan ikhitlaf internalnya saja. Tidak membahas mazhab yang lain. Jadi, kitab ini cocok untuk mendalami mazhab Asy-Syafi’i, tapi tidak pas untuk kajian perbandingan mazhab.
Jika dibandingkan dengan “Hasyiyah Al-Bujairimi” yang juga merupakan hasyiyah untuk kitab “Fathu Al-Wahhab”, ada yang berpendapat bahwa “Hasyiyah Al-Jamal itu mempengaruhi penulisan “Hasyiyah Al-Bujairimi”. Malahan, ada yang mengatakan bahwa “Hasyiyah Al-Bujairimi” itu hampir-hampir bisa dikatakan adalah bentuk ringkasan “Hasyiyah Al-Jamal” dengan tambahan sejumlah “taqrirot” di sana-sini. Memang, “Hasyiyah Al-Bujairimi” memiliki kelebihan daripada “Hasyyiyah Al-Jamal” dari sisi kekayaan “taqrirot”. “Hasyiyah Al-Jamal” banyak menukil saja, samentara “Hasyiyah Al-Bujairimi” bukan hanya menukil, tetapi juga mendiskusikan dan memperjelas.
Adapun istilah-istilah dan simbol yang digunakan oleh Al-Jamal dalam hasyiyah ini, maka penjelasannya adalah sebagai berikut.
Jika Al-Jamal menyebut “syaikhuna” (شيخنا), maka yang dimaksud adalah Asy-Syaikh ‘Athiyyah Al-Ujhuri, guru Al-Jamal yang buta itu. Untuk ulama-ulama yang lain, jika Al-Jamal mengutip dari mereka biasanya beliau akan langsung menyebutkan namanya. Jika ada pernyataan yang tidak disebutkan rujukannya, maka itu adalah hasil pemahaman pribadi Al-Jamal, itupun hanya terkait dengan pemahaman ungkapan bukan penjelasan hukum syara’.
Jika Al-Jamal melakukan kutipan langsung, maka diakhir kutipan akan diberi tanda (اه) yang bermakna “intaha” (selesai kutipan) kemudian disusul nama ulama yang menuliskan pendapat tersebut. Jika kutipannya diolah sedikit, maka Al-Jamal akan memberi tanda (اه من) yang bermakna “intaha min” (selesai kutipan, dari…). Contohnya kita kutipkan sedikit dari “Hasyiyah Al-Jamal” sebagai berikut,
“Sebagian ulama mendefinisikan thoharoh dengan dua pengertian (hakiki dan majasi). Mereka menyatakan, ‘(Thoharoh adalah) terangkatnya larangan yang disebabkan karena hadas, najis dan kematian. Atau (bisa juga definisi thoharoh adalah) perbuatan yang menimbulkan terangkatnya larangan tersebut, atau yang menyempurnakan terangkatnya larangan seperti melakukan tatslits (membasuh tiga kali), atau memperbarui wudhu, atau aktifitas yang mewakili wudhu seperti tayammum. Selesai. (dinyatakan oleh) Al-Madabighi (dalam hasyiyahnya) terhadap kitab (syarah) At-Tahrir. (Hasyiyah Al-Jamal, juz 1 hlm 28)
Dalam kutipan di atas ada tulisan اهـ yang kemudian disusul oleh kalimat
Hal ini bermakna, ulama yang dikutip Al-Jamal adalah Al-Madabighi dan pernyataan Al-Madabighi yang dikutip Al-Jamal secara langsung adalah semua ucapan sebelum tanda اهـ (intaha/selesai). Adapun lafaz “’alat tahrir” maka yang dimaksud adalah nama kitab yang berjudul “At-Tahrir”.
Maksud kitab “At-Tahrir” adalah kitab yang memiliki nama lengkap“Tahriru Tanqih Al-Lubab” karya Zakariyya Al-Anshori. Kitab “At-Tahrir” ini disyarah oleh Zakariyya Al-Anshori dalam kitab yang berjudul “Tuhfatu Ath-Thullab”. Nah, kitab “Tuhfatu Ath-Thullab” inilah yang dibuatkan hasyiyah oleh Al-Madabighi yang dikutip Al-Jamal pada ungkapan di atas.
Adapun simbol-simbol yang dipakai Al-Jamal, maka secara ringkas daftar simbol dan maknanya bisa dijelaskan sebagai berikut.
م ر atau م bermakna, Al-Jamal mengutip dari Syamsuddin Ar-Romli. Ar-Romli adalah pengarang kitab “Nihayatu Al-Muhtaj” yang mensyarah kitab “Minhaj Ath-Tholibin” karya An-Nawawi.
ع ش bermakna, Al-Jamal mengutip dari Ali Asy-Syabromallisi. Nama lengkapnya Nuruddin Ali bin Ali Asy-Syabromallisi (w. 1087 H). Di antara karyanya adalah hasyiyah untuk “Nihayatu Al-Muhtaj” karya Ar-Romli.
حل bermakna, Al-Jamal mengutip dari Al-Halabi. Nama lengkapnya Nuruddin Ali bin Ibrohim Al-Halabi. Asalnya dari Halab, tapi lahir dan wafatnya di Mesir. Beliau juga punya hasyiyah terhadap “Fathu Al-Wahhab”
سم bermakna, Al-Jamal mengutip dari Ibnu Qosim Al-‘Abbadi. Nama lengkapnya Syihabuddin Ahmad bin Qosim Ash-Shobbagh Al-‘Abbadi. Beliau mengarang hasyiyah untuk “Tuhfatu Al-Muhtaj” karya Ibnu Hajar Al-Haitami, hasyiyah untuk “Al-Ghuror Al-Bahiyyah” karya Zakariyya Al-Anshori, dan hasyiyah untuk “Fathu Al-Wahhab” karya Zakariyya Al-Anshori.
زي bermakna, Al-Jamal mengutip dari Az-Zayyadi. Nama lengkapnya Nuruddin Ali bin Yahya Az-Zayyadi (w. 1024 H). Di antara karyanya adalah hasyiyah untuk “Fathu Al-Wahhab” karya Zakariyya Al-Anshori.
Lebih detail masalah simbol-simbol ini insya Allah akan kita buatkan catatan tersendiri.
Adapun karya yang lahir dari “Hasyiyah Al-Jamal” ini, data yang tercatat adalah karya yang berupa mukhtashor. Sayangnya mukhtashor “Hasyiyah Al-Jamal” ini nama pengarangnya masih majhul (misterius). Manuskripnya tersimpan rapi di perpustakaan Vatikan dengan nomor penyimpanan 1234/1.
Adapun manuskrip “Hasyiyah Al-Jamal” ini, di antaranya bisa ditemukan di “Al-Maktabah Al-Azhariyyah di Kairo; Mesir, “Dar Al-Kutub Al-Mishriyyah” di Kairo; Mesir, Khuda Bakhsh Oriental Library, di Patna Bihar; India, dan lain-lain.
Adapun penerbit yang tercatat pernah mencetaknya, di antaranya “Al-Mathba’ah Al-Maimaniyyah” tahun 1305 H, “Mathba’ah Mushthofa Muhammad” pemilik “Maktabah At-Tijariyyah Al-Kubro” pada tahun 1357 H, “Dar Al-Fikr” di Beirut, “Dar Ihya’ At-Turots Al-‘Aroby” di Beirut dalam 5 jilid, “Syarikatu At-Turots Li Al-Barmajiyyat”, “Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah”, dan lain-lain.
“Dar Al-Fikr” di Beirut mencetak “Hasyiyah Al-Jamal” dalam 5 jilid dengan ketebalan sekitar 2800-an halaman.
Al-Jamal wafat tahun 1204 H.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين