Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Dari pernikahan pertama, Ibnu Hajar Al-‘Asqolani memperoleh anak berjumlah empat yang ternyata semuanya wanita. Hal ini membuat beliau sangat mendambakan anak laki-laki sehingga beliau memutuskan menikah lagi. Akhirnya Allah mengabulkan harapannya. Dengan istri kedua ini, lahirlah seorang putra yang sangat disayanginya. Demikian sayangnya Ibnu Hajar terhadap putranya, secara khusus beliau menulis “modul pembinaan” fikih hadis berupa kitab “tipis” yang hari ini kita kenal dengan nama “Bulughul Marom”. Jadi, “Bulughul Marom” sesungguhnya adalah kitab persembahan seorang ayah yang berilmu untuk membina anaknya yang sekarang manfaatnya menjadi mendunia.
Nah, saya terinspirasi kisah ini.
Mengingat demikian populer dan pentingnya kitab “Bulughul Marom” karya Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, saya tergagas untuk menuliskan syarahnya yang saya tujukan untuk para ayah agar bisa diajarkan kepada anak-anaknya.
Sasaran buku saya adalah umumnya para ayah di Indonesia. Sasaran saya bukan ulama, atau ayah yang sekaligus ulama. Sebab jika ulama, tentu sudah tidak butuh buku saya karena bisa langsung merujuk sendiri syarah-syarah “Bulughul Marom” yang jumlahnya melimpah itu.
Saya membayangkan, alangkah indahnya jika para ayah menyediakan waktu khusus setelah maghrib kemudian mengumpulkan anak-anaknya ditemani istri tercinta, kemudian membacakan kitab “Bulughul Marom” dengan disertai penjelasan yang cukup sehingga bisa membuat anak-anaknya semakin mengerti hukum-hukum agama, semakin cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan semakin semangat bertafaqquh fiddin.
Tapi saya menyadari, syarah “Bulughul Marom” yang ada di negeri ini mayoritas masih berbahasa Arab, sementara tidak semua kaum muslimin di Indonesia memiliki kemampuan cukup untuk menelaah langsung syarah-syarah berbahasa Arab itu. Mereka yang memiliki kemampuan lumayan berbahasa Arab juga kadang-kadang tidak mudah menemukan syarah yang pas, yang gampang ditelaah dan ringkas jabarannya. Adapun syarah berbahasa Indonesia, kebanyakan masih versi terjemahan sehingga orang yang berbahasa Indonesia asli kadang merasa kehilangan “feeling” dan “taste” karena gaya bahasanya tidak sama dengan gaya bahasa yang dipakai orang-orang Indonesia. Versi terjemahan “Bulughul Marom” juga sudah banyak, hanya saja terjemahan tentu saja masih belum sanggup menyingkap banyak mutiara-mutiara terpendam yang terkandung dalam sebuah hadis.
Atas dasar inilah saya tergerak untuk menulis syarah “Bulughul Marom” dalam bahasa Indonesia. Gaya bahasa yang pakai adalah gaya bahasa Indonesia dengan “thiroz” dan “uslub”/style Indonesia sehingga insya Allah lebih mudah dicerna. Tetapi jangan salah paham, apa yang saya sebut syarah dalam buku ini bukanlah syarah dengan level kemampuan seperti Asy-Syaukani saat menulis “Nailu Al-Author” atau Ibnu Hajar saat menulis “Fathu Al-Bari”. Tidak. Tidak sejauh itu. Seujung kuku beliau-beliaupun rasa-rasanya saya belum mencapainya. Buku ini lebih tepat adalah hasil kompilasi telaah saya terhadap sejumlah kitab syarah “Bulughul Marom” ditambah referensi penunjang lainnya, kemudian saya bahasakan ulang, saya sistematisasikan dengan urutan tertentu dan saya susun dengan susunan tertentu. Tujuan saya hanyalah memudahkan. Agar para ayah atau kaum muslimin yang lainnya tidak perlu berpayah-payah membaca sejumlah referensi untuk menerangkan kandungan hadis dalam kitab “Bulughul Marom”. Itu saja motif utamanya.
Adapun referensi utamanya, saya mengambil bahan dari kitab “Al-Badru At-Tamam” karya Al-Maghribi (w. 1119 H) yang saya anggap syarah terbaik untuk “Bulughul Marom” dari sisi kepadatan ilmunya. Kemudian saya juga menelaah mukhtashor “Al-Badru At-Tamam” yang terkenal di masayarakat dengan nama “Subulu As-Salam” karya Ash-Shon’ani (w. 1182 H). Kemudian, tidak lupa saya juga menelaah kitab “Nailu Al-Author” karya Asy-Syaukani (w. 1250 H) yang meskipun bukan syarah “Bulughul Marom” tetapi karena kepadatan ilmunya dan juga pembahasannya yang banyak beririsan dengan “Bulughul Marom” maka saya merasa perlu banyak menimba ilmu darinya. Selain itu, sebagai pelengkap saya juga ambilkan materi dari sejumlah kitab “takhrij” seperti “Al-Badru Al-Munir” karya Ibnu Al-Mulaqqin (w. 804), “At-Talkhish Al-Habir” karya Ibnu Hajar Al-‘Asqolani (w. 852 H), juga kitab-kitab “rijal“, “tarojim” dan “thobaqot” seperti “Tahdzibu Al-Kamal” karya Al-Mizzi (w. 742 H), “Al-Ishobah Fi Tamyizi Ash-Shohabah” karya Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, dan sejumlah kitab yang lain.
Dengan membaca buku ini, saya berharap para ayah bisa mengenalkan betapa padatnya ilmu yang dikandung dalam hadis Nabi ﷺ. Melalui buku ini kita juga berharap anak bisa lebih mengenal nama-nama shahabat nabi, mengetahui biografi hidup mereka, belajar bahasa Arab melalui kajian lafaz hadis, belajar fikih, merasakan kedalaman dan keluasan fikih, mengenal para mujtahid fikih, mengetahui ilmu hadis, mengenal ilmu “takhrij”, mengenal jenis-jenis kitab hadis, mengenal para imam-imam hadis dan banyak lagi ilmu-ilmu Islam yang dikemas dalam satu bahasan.
Oh ya, kitab ini bisa terbit terutama sekali atas taufiq Allah kemudian bantuan Ummu Huwaira Dewi Fatimah. Beliau adalah salah satu sahabat yang cukup lama mengikuti kajian-kajian saya. Sekarang telah menikah, mengikuti suaminya dan mengasuh dua anaknya. Asal buku ini adalah kajian lisan saya yang kemudian direkam dan ditulis kembali oleh Ummu Huwaira. Setelah saya edit, saya koreksi, saya perbaiki dan saya tambahi beberapa hal sebagai pelengkap maka lahirlah buku ini.
Hanya saja, buku ini baru mensyarah bab miyah (air) saja. Belum semua bab. Itupun jumlah halamannya sudah mencapai hampir 300-an halaman. Mudah-mudahan Allah memberi taufiq untuk bisa menyelesaikan syarah bab-bab selanjutnya sampai akhir kitab.
اللهم اجعلنا من المخلصين
2 Comments
Budi
Assalamualaikum, Ustadz latar belakang penulisan Bulughul maram ini, sumbernya dari mana ?
Admin
Wa’alaikumussalam Warohmatullah Wabarokatuh.
Di antaranya ada di kitab Al-Jawahir wa Ad-Durar,
الجواهر والدرر في ترجمة شيخ الإسلام ابن حجر (3/ 1220)
وكنتُ أسمع أنَّ والده صنَّف “بلوغ المرام” لأجله
Wallahua’lam (Muafa)