Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Jawaban pastinya tentu saja tetap menjadi rahasia Allah. Artinya, hanya Allah yang tahu mengapa Dia kadang cepat mencabut nyawa seseorang, dan terkadang memberikan usia yang panjang kepada seseorang. Ini semua adalah perkara gaib yang tidak mungkin dipastikan alasan spesifiknya untuk tiap-tiap orang.
Hanya saja, bagi orang beriman, ada satu “filosofi” hidup yang diajarkan Nabi ﷺ yang bisa menjadi pegangan kita dalam memahami kehidupan dan alasan seseorang masih diizinkan hidup, secara umum, “Filosofi” hidup itu prinsipnya berbunyi begini,
“Kalau engkau masih dibiarkan Allah untuk hidup, maka bisa jadi itu karena salah satu dari dua alasan. Pertama, karena Allah ingin memberi kesempatan padamu untuk menyucikan dirimu dan menambah derajatmu di sisi-Nya. Kedua, karena Allah ingin kehadiranmu di dunia masih memberikan manfaat banyak untuk hamba-hamba-Nya yang lain”
“Filosofi” hidup semacam ini diajarkan Rasulullah ﷺ kepada Sa’ad bin Abi Waqqosh pada saat beliau membesuknya di waktu sakitnya. Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya engkau tidaklah diberi umur panjang, lalu engkau beramal dengan sebuah amal yang diniatkan untuk mendapatkan ridha Allah, melainkan engkau akan bertambah derajat dan ketinggianmu. Bisa jadi juga jika engkau berumur panjang maka akan banyak kalangan yang mengambil manfaat darimu dan sejumlah kalangan yang lain (ahlul batil) akan dibuat rugi karena kehadiranmu” (H.R. Al-Bukhari)
Secara implisit hal ini juga bermakna, jika ada orang baik yang segera dicabut nyawanya oleh Allah, barangkali hal itu disebabkan karena amalnya sudah cukup untuk menyelamatkan dirinya di akhirat dan mendapatkan ridha-Nya, dan manfaatnya untuk orang lain juga sudah lebih dari cukup untuk memberi kebaikan kepada mereka. Orang-orang baik yang lekas dicabut nyawanya semacam ini, bisa jadi malah dikuatirkan dia terjatuh lagi dalam kubangan kemaksiatan dan kefasikan jika ditambah lagi umurnya yang akan berakibat terseretnya dia ke dalam neraka.
Adapun untuk orang kafir dan orang jahat yang masih dibiarkan Allah hidup, maka hal ini termasuk dalam keumuman hadis yang menyatakan bahwa semua orang baik dan orang jahat itu dibiarkan hidup oleh Allah sebagai cara untuk saling menguji masing-masing. Orang baik diuji dengan orang jahat agar derajatnya makin tinggi. Orang jahat diuji dengan orang baik untuk diketahui apakah bisa mengikutinya ataukah tidak. Allah berfirman,
“Aku jadikan sebagian dari kalian ujian/fitnah bagi sebagian yang lain. Apakah kalian bisa tabah?” (Al-Furqon; 20)
Allah juga mewahyukan kepada Nabi Muhammad ﷺ yang isinya adalah untuk menguji beliau dan menguji hamba-hamba yang lain dengan ditutusnya beliau. Allah berfirman dalam hadis qudsi,
“Aku mengutusmu (wahai Muhammad) hanyalah untuk mengujimu dan menguji (orang lain) denganmu” (H.R. Al-Bukhari)
Jadi, engkau yang merasa dirimu beriman dan Allah belum mencabut nyawamu, perhatikanlah. Bisa jadi Allah masih memberikan kesempatan padamu untuk hidup karena memberimu kesempatan untuk membersihkan diri dari segala dosa dan mempertinggi derajat-Mu di sisinya. Bisa jadi juga Dia masih membiarkanmu hidup karena engkau memiliki sesuatu yang berharga yang masih diperlukan untuk memberi manfaat kepada orang lain atau karena kehadiranmu diperlukan untuk merepotkan dan membuat kewalahan atau bahkan mengalahkan ahlul batil.
Jadi, alasan engkau masih hidup bukan untuk mewujudkan ambisi-ambisi duniawi itu, tetapi untuk kebaikan akhiratmu dan kebaikan akhirat orang lain.
Tetapi waspadalah, jika Allah sudah “tidak membutuhkanmu”, atau sudah memandangmu “tidak ada harapan lagi untuk ditunggu kapan taubatnya”, sewaktu-waktu nyawamu bisa dicabut tanpa peringatan dan tanpa pemberitahuan!
اللهم إني أسالك أن لا أخرج من هذه الدنيا إلا وأنت راض عني