Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Ayat sajdah dalam Surah An-Naml adalah pada ayat 26, yakni ayat yang berbunyi,
Artinya,
“Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang agung.” (An-Naml; 26)
Maksudnya, awal dari ayat sajdah dimulai pada ayat 25 dan berakhir pada ayat 26 yang menegaskan keesaan Allah sebagai satu-satunya Tuhan, pemilik Arsy yang agung. Penjelasan pernyataan ini adalah sebagai berikut.
Dalam Surah An-Naml ayat 25 Allah berfirman sebagai berikut,
Artinya,
“Mereka (ditipu setan supaya) tidak menyembah Allah, Dzat yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan yang kamu nyatakan”. (An-Naml; 25)
Dalam ayat di atas, Allah menceritakan tentang burung Hudhud yang melaporkan kondisi ratu Bilqis dan kaumnya kepada Nabi Sulaiman. Burung Hudhud melaporkan bahwa ratu Bilqis dan kaumnya adalah seorang ratu penyembah matahari. Mereka ditipu setan sehingga mereka tidak menyembah Allah dan tidak sujud untuk-Nya, padahal Allah adalah Dzat yang mengeluarkan segala yang tersembunyi baik di langit maupun di bumi. Allah juga Dzat yang mengetahui segala apa yang disembunyikan dan ditampakkan oleh para hamba. Tuhan seperti inilah yang sesungguhnya lebih layak untuk disembah dan kita bersujud kepada-Nya karena Dia adalah Tuhan sejati. Bukan matahari yang tidak bisa mengeluarkan segala yang tersembunyi baik di langit maupun di bumi dan tidak mengetahui isi hati makhluk lain.
Setelah itu Allah menyempurnakan makna ini dengan menegaskan keesaan-Nya sebagai satu-satunya Tuhan yang patut disembah. Allah berfirman,
Artinya,
“Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Tuhan yang mempunyai ‘Arsy yang agung.” (An-Naml; 26)
Jadi, ayat 26 dalam Surah An-Naml masih bersambung dengan ayat sebelumnya yang berisi penegasan tauhid terhadap Allah sebagaimana pemilik Arsy yang agung. Oleh karena itu, ayat sajdah berakhir di sini, yakni pada ayat 26 ini, bukan pada ayat 25 karena pada ayat 25 itu makna kalam masih disempurnakan pada ayat sesudahnya. An-Nawawi berkata,
Artinya,
“Ayat sajdah dalam Surah An-Naml yang benar adalah pada firman Allah ta’ala ‘robbul arsyil azhim’-ayat 26-“ (Al-Majmu’ juz 4 hlm 60)
Di antara ulama yang berpendapat bahwa ayat sajdah dalam Surah An-Naml adalah pada ayat 26 adalah Asy-Syirozi, Abu Hamid Al-Isfaroyini, Al-Bandaniji, Al-Qodhi Abu Ath-Thoyyib Ath-Thobari, Malik, Ibnu Qudamah, Az-Zaila’i, Asy-Syurunbulali dan lain-lain. Ini adalah pendapat mazhab Asy-Syafi’i dan juga menjadi pendapat jumhur.
Adapun ulama yang berpendapat bahwa ayat sajdah dalam Surah An-Naml adalah pada ayat 25 di antaranya, Al-‘Abdari, Ibnu Umar, Al-Hasan Al-Bashri, Al-Mawardi, Ibnu Hazm, mayoritas ulama Madinah, dan lain-lain.