Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Pendidikan masa kecil An-Nawawi tentu saja banyak dipengaruhi oleh ayahnya, haji Syarof, seorang petani sekaligus pedagang yang dikenal sangat warak dan sangat menjaga kehalalan makanan keluarganya.
Tidak banyak data ditemukan terkait bagaimana perlakuan detail terkait pendidikan An-Nawawi di masa kecil. Hanya saja, ada data yang cukup jelas menunjukkan bahwa An-Nawawi di masa kecil menghabiskan waktu untuk menghafalkan Al-Qur’an, sehingga ada kisah pertemuan tak disengaja beliau dengan Syaikh Yasin Al-Marrokisyi. Waktu itu An-Nawawi kecil dilihat oleh Yasin Al-Marrokisyi dipaksa teman-temannya untuk bermain. An-Nawawi menolak, menangis, lari, lalu mengambil Al-Qur’an untuk dibaca. Dengan peristiwa ini Yasin Al-Marrokisyi berfirasat bahwa An-Nawawi kelak akan menjadi orang besar.
Selain data ini, susah ditemukan data detail pelajaran apa saja yang diterima An-Nawawi di masa kecil.
Begitu An-Nawawi menginjak usia kuliah (untuk pemuda zaman sekarang), maka ayahnya memutuskan An-Nawawi “dikuliahkan” ke Damaskus, pusat ilmu di zaman itu. Sistem perkuliahan di zaman itu belum seperti universitas di zaman sekarang. Malahan, dari sisi metode, sarana dan fasilitas, pusat-pusat belajar di Damaskus lebih mirip dengan Pondok Pesantren di negeri kita. Di usia “kuliah” itulah An-Nawawi baru mulai berlari sekencang-kencangnya dalam menuntut ilmu, sampai menjadi ulama besar di kemudian hari.
Pertanyaannya, “Berapa tepatnya usia An-Nawawi saat memutuskan nyantri ke Damaskus?”
Ibnu Al-‘Atthor dalam Tuhfatu Ath-Tholibin memberikan informasi bahwa usia An-Nawawi waktu itu adalah 19 tahun. Informasi ini disebut Ibnu Al-‘Atthor dinukil langsung dari lisan An-Nawawi. Ibnu Al-‘Atthor berkata,
قال لي الشيخ: “فلما كان عمري تسع عشرة سنة؛ قدم بي والدي إلى دمشق في سنة تسع وأربعين
Artinya,
“Syaikh An-Nawawi berkata kepadaku, ‘Ketika usiaku 19 tahun ayahku membawaku ke Damaskus, yakni pada tahun 649 H” (Tuhfatu Ath-Tholibin, hlm 45)
Jika memakai kaidah validitas informasi pertama, maka tentu saja informasi langsung dari An-Nawawi ini sudah cukup untuk dijadikan pegangan. Oleh karena itu, jika ada pendapat yang berbeda, dengan mudah itu bisa kita pandang sebagai kesalahan atau bentuk kesilapan. Misalnya seperti yang ditulis oleh Thasyikubra Zadah/Taşköprülüzade dalam kitab beliau yang bernama Miftah As-Sa’adah. Beliau menulis bahwa tahun kedatangan An-Nawawi ke Damaskus adalah 650 H.
Hanya saja ada sedikit problem di sini.
An-Nawawi disepakati lahir pada bulan Muharram tahun 631 H. Jika An-Nawawi datang ke Damaskus pada tahun 649 H, hal itu bermakna usia beliau baru 18 tahun, bukan 19 tahun.
Apalagi ada informasi dari Ibnu Al-Atthor bahwa An-Nawawi tinggal di Damaskus selama 28 tahun. Ibnu Al-‘Atthor berkata,
Artinya: “Karena beliau (An-Nawawi) tinggal di sana (Damaskus) kira-kira selama 28 tahun” (Ibnu Al-‘Atthor
Jika An-Nawawi datang ke Damaskus di usia 19 tahun dan tinggal di Damaskus selama 28 tahun, sementara tahun lahir beliau adalah 631 H, berarti tahun wafatnya 31+19+28= 78 ! Padahal sudah diketahui wafat An-Nawawi adalah tahun 676 H. Selisih dua tahun di sini terlalu banyak untuk dicarikan takwil.
Kalau begitu bagaimana memahaminya?
Ada beberapa kemungkinan,
Pertama: Lafaz tis’a asyrota sanatan (19 tahun) pada kitab Tuhfatu Ath-Tholibin itu adalah bentuk sabqul qolam (kesalahan pena yang tak disengaja) dari Ibnu Al-‘Atthor atau sebagian penyalin manuskripnya. Sebenarnya mau ditulis 18 tahun, tetapi keliru 19 tahun
Kedua: Angka 19 tahun hanyalah kira-kira saja. Termasuk angka 28 tahun. Oleh karena itu hanya angka perkiraan, maka bisa saja maju atau mundur sedikit tergantung bulan apa yang dijadikan titik awal dan titik akhir.
Jika kita lebih condong dengan kemungkinan yang kedua ini, maka tidak masalah kita menyebut usia An-Nawawi saat ke Damaskus dengan kata-kata “Sekitar usia 18 tahun atau 19 tahun”
CATATAN
Topik ini adalah salah satu topik yang dibahas dalam bab “produktivitas An-Nawawi” pada buku AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA.
رحم الله النووي رحمة واسعة
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
Resensi lengkap buku An-Nawawi Sang Wali dan Karya-Karyanya bisa dibaca di tautan ini.