Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Kira-kira bagaimana rasanya seandainya kita dipuji Rasulullah ﷺ terkait kualitas din kita?
Tentu saja luarbiasa bahagia.
Jangankan dipuji Rasulullah ﷺ , dipuji orang yang kita berhusnuzhon beliau orang yang ikhlas, salih dan dekat kepada Allah saja kita bisa berbahagia. Bukan bahagia ujub, tetapi bahagia karena bisa optimis untuk lebih bersemangat dan meningkatkan level kesalihan dan memberi penguatan bahwa kita menduga kuat telah berada di jalan yang benar.
Rasulullah ﷺ kadang-kadang memuji sebagian Shahabatnya, untuk memberi keyakinan bahwa sang Shahabat berada dalam ketaatan yang diridai Allah, sekaligus memberinya semangat agar istikamah menjalani amalan tertentu yang meningkatkan derajatnya. Misalnya salah seorang Shahabat yang bernama Ibnu Umar, putra Umar bin Al-Khotthob. Rasulullah ﷺ memujinya sebagai pemuda salih dan menyebutnya sebagai “ni’mar rojul” (sebaik-baik lelaki) asalkan mau menjaga salat malam. Akhirnya, dengan pujian ini Ibnu Umar tidak pernah meninggalkan salat malam.
Lalu apakah benar Rasulullah ﷺ memuji An-Nawawi?
Bagaimana logikanya?
Bukankah An-Nawawi hidup ratusan tahun setelah wafatnya Rasulullah ﷺ ?
Betul. Rasulullah ﷺ memang tidak pernah memuji An-Nawawi secara langusng karena beda zaman. Hanya saja, ada seorang ulama salih bermazhab Asy-Syafi’i yang bernama Syihabuddin Ahmad bin Khofajah Ash-Shofadi (w. 750 H) yang bermimpi bahwa Rasulullah ﷺ memuji An-Nawawi! Jika berhusnuzhon bahwa mimpi beliau adalah mimpi yang benar, dan memahami bahwa mimpi beliau adalah bagian dari mubassyirot (kabar gembira) yang disebutkan dalam hadis, maka berita ini adalah berita istimewa yang menunjukkan tingkat kesalihan An-Nawawi, ketinggian derajat beliau dan kedudukan beliau di sisi Allah.
Bagaimana kisah mimpinya?
Suatu saat Ash-Shofadi bermimpi bertemu Rasulullah ﷺ. Dalam mimpi itu Ash-Shofadi meminta pendapat Rasulullah ﷺ untuk menilai An-Nawawi. Rasulullah ﷺ menjawab singkat “ ni’mar rojul An-Nawawi” (sebaik-baik lelaki adalah An-Nawawi). Lalu Ash-Shofadi meminta penilaian Rasulullah ﷺ lagi tentang kitab An-Nawawi yang bernama “Roudhotu Ath-Tholibin”. Ternyata Rasulullah ﷺ juga memujinya dan mengatakan bahwa kitab itu seperti namanya, yakni taman (ilmu).
As-Sakhowi menuliskan mimpi Ash-Shofadi sebagai berikut,
رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى اله عليه وسلم بِمَنامِيْ، فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَا تَقُوْلُ فِي النَّوَوِيّ، قَالَ: نِعْمَ الرَّجُلُ النَّوَوِيّ. فَقُلْتُ: صَنَّفَ كِتَاباً وَسَمَّاهُ ” الرَّوضَةُ ” فَمَا تَقُوْلُ فِيْهَا؟ قَالَ: هِيَ الرَّوضَةُ كَمَا سَمَّاهَا
Artinya: “Saya bermimpi bertemu dengan Rasulullah ﷺ , lalu saya bertanya, ‘Wahai Rasulullah ﷺ apa pendapatmu tentang An-Nawawi?’ Beliau menjawab, ‘Sebaik-baik lelaki adalah An-Nawawi.’ Aku bertanya lagi, ‘Beliau mengarang sebuah kitab dan menamainya Ar-Roudhoh (taman), apa pendapatmu tentangnya?’ Beliau menjawab, ‘Kitab itu memang taman (ilmu) sebagaimana dia menamainya’”
رحم الله النووي رحمة واسعة
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
SUMBER
Dikutip dan disadur dari buku AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA bab “Karomah An-Nawawi”
Resensi lengkap buku AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA bisa dibaca di tautan ini.