Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Kecerdasan An-Nawawi sebenarnya tidak perlu dibuktikan. Ketinggian posisi beliau sebagai muharrir mazhab Asy-Syafi’i secara logis menunjukkan beliau sangat cerdas, bahkan mungkin jenius. Sebab, untuk menjadi seorang muharrir, orang bukan hanya perlu daya ingat yang sengat kuat tetapi juga perlu daya analisis yang sangat tajam dan ketelitian tinggi. Apalagi jika kita mengetahui sebuah kenyataan bahwa An-Nawawi ternyata bukan hanya pakar di bidang fikih, tetapi beliau juga menjadi pakar dalam bidang bahasa dan hadis. Dua ilmu yang terakhir ini saja pada hari ini telah menjadi spesialisisi ilmu tersendiri yang menuntut seseorang mengabiskan umur banyak sampai menjadi pakar di dalamnya.
Hanya saja, meskipun logika seperti ini mudah diterima, orang tetap merasa senang mendapatkan kisah-kisah, segmen-segmen sejarah dan cerita-cerita yang membuktikan kecerdasan seseorang. Riwayat-riwayat seperti itu jika disampaikan memang bisa memberi efek kepercayaan pada tokoh yang diceritakan, sekaligus memberi semangat kepada putra-putra kaum muslimin yang potensial karena mereka mendapati diri memiliki kemampuan yang sepertinya mirip dengan orang yang diceritakan. Inilah di antara faktor yang membuat saya berminat untuk menguak sisi kecerdasan An-Nawawi.
Salah satu bukti kecerdasan An-Nawawi adalah kemampuan beliau menghafal Al-Qur’an sebelum usia balig. Tentu kita teringat bagiamana kisah masa kecil An-Nawawi yang sangat lekat dengan Al-Qur’an. Di saat teman-teman sebayanya asyik bermain-main, An-Nawawi kecil malah menghabiskan waktu dengan Al-Qur’an. Ketika teman-temannya memaksa An-Nawawi kecil untuk bermain, beliu menangis, melarikan diri, lalu mengambil Al-Qur’an dan membacanya. Berkat cuplikan sejarah menarik dalam kehidupan An-Nawawi inilah, Yasin Al-Marrokisyi, salah seorang ulama saleh di zaman itu, yang waktu itu melihat kejadian tersebut, beliau berfirasat bahwa An-Nawawi kelak akan menjadi “orang besar”.
Contoh lain kisah yang menunjukkan kecerdasan An-Nawawi adalah kemampuan beliau menghafal kitab At-Tanbih karya Asy-Syirozi dalam tempo 4,5 bulan. Kitab At-Tanbih terbitan ‘Alamu Al-Kutub tahun 1403 H/1983 M mencetaknya dengan jumlah halaman 278. Artinya ini sudah hampir 300 halaman! itupun nyaris tanpa catatan kaki yang biasanya membuat jumlah halaman kitab menjadi banyak. Ibnu Rozin bersaksi bahwa saat An-Nawawi setor hafalan kitab At-Tanbih kepadanya, maka Ibnu Rozin mendapat kesan bahwa An-Nawawi adalah seorang penuntut ilmu yang sangat serius dalam belajar karena hafalannya sempurna! As-Sakhowi menulis,
“Segala Puji bagi Allah sebagaimana dia layak dengan pujian itu. Al-Faqih Abu Zakaria Yahya bin Syarof bin Murri An-Nawawi telah menyetorkan kepada saya hafalan kitab “At-Tanbih fi Al-Fiqh” mulai awal sampai akhir yang dengannya saya menguji hafalan beliau yang membuktikan hal tersebut. Dari ujian tersebut dan bagaimana beliau mengulang hafalannya kepada saya, terlihatlah bagaimana keseriusan beliau dalam menguasainya, mempelajarinya dan minat besarnya terhadap ilmu. Semoga Allah memberi taufik kepada saya dan beliau untuk memahami dan mengamalkannya. Setoran hafalan ini terjadi dalam satu majelis pada tanggal 7 Rabiul awal, tahun 650 Hijriyah. (ijazah ini) Ditulis oleh Muhammad bin Al-Hussein bin Ar-Rozin dalam keadaan memuji Allah, berserah diri padanya dan meminta ampun.” (Al-Manhal, hlm 3)
Contoh lain kecerdasan An-Nawawi adalah hafalan beliau terhadap kitab Al-Muhaddzab karya Asy-Syirozi juga. An-Nawawi berhasil menghafal rubu’ ibadah kitab Al-Muhaddzab dalam waktu 7 bulan. Tahukah Anda seberapa tebal Al-Muhadzdab itu? Kitab Al-Muhadzdab yang dicetak penerbit Dar Al-Qolam bekerjasama dengan Ad-Dar Asy-Syamiyyah atas jasa tahqiq Muhammad Az-Zuhaili ternyata terdiri dari 6 jilid dengan jumlah halaman 3000 lebih! Memang betul banyak catatan kaki dalam cetak tersebut. Akan tetapi, seandainya catatan kaki itu kita buang, kitab Al-Muhadzdzab tetaplah tergolong kitab besar.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
***
SUMBER
Dikutip dan disadur dari buku saya AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA bab “Perjalanan intelektual An-Nawawi”
Resensi lengkap buku AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA bisa dibaca di tautan ini.