Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Selain lahirnya puluhan bahkan ratusan karya yang melayani kitab Minhaj Ath-Tholibin yang menjadi bukti betapa berkahnya kitab ini (baik itu berupa syarah, hasyiyah, manzhumah, mukhtashor, taqrir, adillah dan sebagainya), ternyata ada sisi lain keberkahan kitab ini yang menunjukkan bahwa pengarangnya memang bukan orang sembarangan.
Kisah ini diceritakan oleh As-Sakhowi yang ringkasnya adalah sebagai berikut.
Di zaman Al-Hishni, pengarang kitab Kifayatu Al-Akhyar, ada seorang ulama bermazhab Hanafi yang bernama Syamsuddin Muhammad Al-Maqdisi. Pada saat beliau masih kecil, beliau sempat terkena demam parah yang membuat lidahnya menjadi bisu. Kebisuan itu terus berlanjut sampai beliau berusia enam tahun.
Kemudian ayahnya membawanya kepada Abdullah Al’Ajluni yang waktu itu adalah murid Al-Hishni. Tujuannya adalah mengharap berkah dan doa untuk anaknya yang tidak normal itu. Lalu beliau pun mendoakannya dan memberinya kabar gembira dengan kesembuhan dan memintanya untuk menganut mazhab Asy-Syafi’i dan menghafal kitab Minhaj Ath-Tholibin dengan maksud mengharap berkah pengarangnya.
Saran itu ditaati dan segera saja Al-Maqdisi kecil sembuh. Beliau menghafal Al-Qur’an dan Minhaj Ath-Tolibin dalam tempo empat tahun padahal nenek moyang dan saudara-saudaranya semuanya bermazhab Hanafi.
As-Sakhowi berkata,
Artinya,
“Sahabat kami, Zainuddin Abdurrahman bin Ahmad Al-Humami Ad-Dimasyqi Al-Hanafi menceritakan kepadaku bahwasanya saudaranya Syamsudin Muhammad Al-Maqdisi terkena demam di masa kecilnya yang membuat beliau menjadi bisu. Ia tetap bisu hingga mencapai usia 6 tahun. Ayah mereka (Abdurrahman dan Muhammad) pergi ke syekh Abdullah Al ‘Ajluni, salah seorang jamaah Taqiyuddin Al Hishni (pengarang Kifayatu Al-Akhyar) dan imam masjid Jami Ibnu Manjak di Qubaibat dengan maksud untuk memperoleh berkah beliau dan doanya. Maka beliau mendoakannya dan memberinya kabar gembira dengan kesehatan dan memintanya supaya menjadikan anak tersebut bermazhab Asy Syafi’i dan membacakannya kitab Minhaju Ath-Tholibin dengan maksud memperoleh berkah pengarangnya. Padahal, nenek moyangnya dan saudara-saudaranya semuanya bermazhab Hanafi. Maka sang ayah menuruti saran tersebut sehingga saudaranya itu menjadi sembuh dalam waktu cepat. Dia pun menghafal Al-Qur’an dan kitab Minhaju Ath-Tholibin dalam waktu 4 tahun dan sekarang adalah tokoh ulama Damaskus dalam hal penulisan mushaf” (Al-Manhal: 13)
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
***
SUMBER
Dikutip dan disadur dari buku saya; AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA bab “Perjalanan intelektual An-Nawawi”
Resensi lengkap buku AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA bisa dibaca di tautan ini.