PERTANYAAN
Dhomir sya’ni termasuk isim dan memiliki posisi i’rob sesuai dengan amilnya. Hanya saja dhomir sya’ni tidak pernah berposisi majrur. Ibnu At-Thorowah menggolongkan dhomir sya’ni sebagai harf dengan alasan dhomir sya’ni membuat harf إِنَّ menjadi tidak memiliki efek i’rob sebagaimana harf ” ماَ ” yang membuat ” كَيْفَ ” atau harf Jarr ” كـ ” menjadi tidak punya efek i’rob. Abu Hayyan cenderung setuju dengan Abu At-Thorowah.
Dari kalimat di atas
Artinya kata ataw jumlah yang jatuh setelah dhomir sya’ni tidak lg dipengaruhi amil nawasikh yang jatuh sebelum dhomir sya’ni ya ustadz? (Abu said, abusaidassalafy2@gmail.com)
JAWABAN
Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Masih dipengaruhi, tapi secara mahall. I’robnya kita bilang manshub atau marfu’ mahallan. Al-‘Ukbari memberi contoh saat mengi’rab ayat qulhuwallahu ahad sebagai berikut,
قَوْلُهُ تَعَالَى: (هُوَ) : فِيهِ وَجْهَانِ؛ أَحَدُهُمَا: هُوَ ضَمِيرُ الشَّأْنِ، وَ «اللَّهُ أَحَدٌ» : مُبْتَدَأٌ وَخَبَرٌ فِي مَوْضِعِ خَبَرٍ «هُوَ» التبيان في إعراب القرآن (2/ 1309)
Artinya,
Firman Allah ta’ala huwa ada dua kemungkinan makna. Pertama, huwa adalah dhimir sya’ni dan Allahu ahad adalah susunan mubtada’ khobar yang (kalimat ini) berposisi sebagai khobar huwa” (At-Tibyan fi I’rabi Al-Qur’an, juz 2 hlm 1309)
Wallahua’lam