Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Rasulullah ﷺ mengajarkan salat itu cahaya.
Muslim meriwayatkan,
وَالصَّلَاةُ نُورٌ (صحيح مسلم (1/ 203)
Artinya,
“Salat adalah cahaya”
Cahaya ini sifatnya umum, baik cahaya di dunia, di kuburan, maupun di akhirat nanti saat hendak melewati ṣiraṭ (jembatan) yang terbentang di antara surga dan neraka.
Oleh karena itu, orang yang paling banyak salatnya (dengan menjaga hak-hak salat sebaik-baiknya) adalah orang yang paling banyak nurnya. Di dunia nurnya kelihatan dan di akhirat juga akan menonjol.
Orang yang memperbanyak salat (terutama salat malam) akan kelihatan pada wajahnya yang demikian sejuk, teduh, menyenangkan jika dipandang dan bercahaya (meskipun kulitnya hitam legam). Anda akan terasa seakan-akan terhubung dengan “nur ilahiyyah” dan segera teringat akhirat jika memandang wajah seperti itu.
Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakan salat, wajahnya terlihat kusam, “padam”, dan tidak memberikan kesejukan saat dipandang (meskipun kulitnya putih mengkilat). Anda bisa jadi kagum dengan wajah tampan atau cantik jenis ini. Akan tetapi yang bangkit hanyalah syahwat duniawi yang akan mebuat hati semakin gelap. Sama sekali tidak terhubung dengan “nur ilahiyyah”
Anda juga akan melihat bagaimana orang yang memperbanyak salat itu menjadi orang yang paling tajam mata batinnya, kuat firasatnya dan jitu mimpinya. Jangan heran, jika Anda dimimpikan dengan tepat oleh orang yang bagus nan banyak salatnya. Jangan pula heran jika Anda ditebak dengan jitu oleh firasat orang yang bagus salatnya. Ibnu Rajab berkata,
فهي للمؤمنين في الدُّنيا نورٌ في قلوبهم وبصائرهم، تُشرِق بها قلوبُهم، وتستنير بصائرُهم (جامع العلوم والحكم ت ماهر الفحل (2/ 645)
Artinya,
“Salat bagi orang-orang mukmin di dunia adalah cahaya untuk hati mereka dan mata batin mereka. Dengan salat hati mereka akan bersinar dan teranglah mata batin mereka” (Jami’ Al-‘Ulūm wa Al-Ḥikam, juz 2 hlm 645)
Anda juga akan melihat bagaimana orang yang bagus salatnya itu punya mata hati yang tajam untuk membedakan mana yang haqq dan mana yang batil, mana maksiat mana ketaatan. Kekuatannya dalam menjauhi maksiat, kekejian dan kemungkaran lebih kuat daripada orang yang salatnya biasa-biasa saja. An-Nawawi berkata,
وَالصَّلَاةُ نُورٌ فَمَعْنَاهُ أَنَّهَا تَمْنَعُ مِنَ الْمَعَاصِي وَتَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَتَهْدِي إِلَى الصَّوَابِ كَمَا أَنَّ النُّورَ يُسْتَضَاءُ بِهِ (شرح النووي على مسلم (3/ 101)
Artinya,
“Salat adalah cahaya. Maknanya, salat bisa mencegah kemaksiatan, mencegah kekejian, mencegah kemungkaran dan memberi petunjuk pada kebenaran sebagaimana cahaya digunakan untuk menerangi” (Syarhu An-Nawawi ‘Ala Muslim, juz 3 hlm 101)
Bukan hanya ini saja keutamaan orang yang salatnya bagus. Nanti setelah mati, orang yang bagus salatnya akan menjadi di antara orang yang paling berbahagia. Kuburnya akan diterangi. Terutama bagi mereka yang istiqamah melakukan salat malam. Abū Żarr berkata,
وَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ فِي سَوَادِ اللَّيْلِ لِظُلْمَةِ الْقُبُورِ (أخبار مكة للفاكهي (3/ 112)
Artinya,
“Salatlah dua rakaat di kegelapan malam untuk kegelapan kuburan” (Akhbāru Makkah, juz 3 hlm 112)
Ibnu Rajab juga berkata,
وهي نورٌ للمؤمنين في قبورهم، ولاسيَّما صلاة الليل (جامع العلوم والحكم ت ماهر الفحل (2/ 646)
Artinya,
“Salat adalah nur bagi orang-orang mukmin di kuburan mereka, terutama salat malam” (Jami’ Al-‘Ulūm wa Al-Ḥikam, juz 2 hlm 646)
Di akhirat nanti, saat tiba waktunya melewati jembatan (ṣiraṭ), orang yang bagus salatnya akan menjadi di antara hamba Allah yang paling beruntung. Dia bisa melintasi jembatan itu secepat kilat dengan cahaya yang menerangi di sisinya. Secepat apa dia melintas tergantung amalnya. Bisa jadi secepat kilat, bisa jadi seperti angin, bisa jadi seperti kuda pilihan, bisa jadi seperti orang berlari, bisa jadi seperti orang berjalan, dan bisa jadi seperti orang yang merangkak. Ibnu Rajab berkata,
وهي في الآخرة نورٌ للمؤمنين في ظلمات القيامة، وعلى الصراط، فإنَّ الأنوارَ تُقسم لهم على حسب أعمالهم (جامع العلوم والحكم ت ماهر الفحل (2/ 646)
Artinya,
“Salat di akhirat adalah cahaya bagi orang-orang mukmin dalam kegelapan hari kiamat dan di atas jembatan. Sebab cahaya itu dibagi-bagi di antara mereka sesuai dengan amal mereka” (Jami’ Al-‘Ulūm wa Al-Ḥikam, juz 2 hlm 646)
Jadi, salat adalah nur. Ia adalah cahaya bagi seorang mukmin. Ia akan menerangi mukmin saat di dunia, nanti di alam kubur, dan juga di akhirat dalam perjalanan menuju surga.
Seperti inilah keutamaan luarbiasa salat.
Bahkan, bukan hanya salat. Ibadah pengantar salatpun yakni wudu juga bisa menjadi cahaya. Itulah sebabnya Rasulullah ﷺ memerintahkan untuk menyempurnakan wudu dan memperluas area basuhan anggota tubuh, karena orang-orang mukmin nanti dikenal di akhirat dengan wajah, tangan dan kaki yang bercahaya karena bekas berwudu. Rasulullah ﷺ bersabda,
إِنَّ أُمَّتِي يُدْعَوْنَ يَوْمَ القِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الوُضُوءِ، فَمَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيلَ غُرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ» صحيح البخاري (1/ 39)
Artinya,
‘Sesungguhnya umatku pada hari kiamat akan dipanggil dalam keadaan putih wajah dan kakinya karena bekas wudu. Barangsiapa mampu memanjangkan cahayanya maka lakukanlah” (H.R.Al-Bukhārī)
اللهم اجعلنا من مقيمي الصلاة ومن ذرياتنا