Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
“Akan datang masa, di mana Al-Qur’an diperlakukan seperti lagu,
diaransemen menurut selera yang membacanya”
‘Abs Al-Ghifari berkata:
إِنِّي أُبَادِرُ خِصَالًا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَخَوَّفُهُنَّ عَلَى أُمَّتِهِ؛ بَيْعَ الْحُكْمِ، وَالِاسْتِخْفَافَ بِالدَّمِ، وَقَطِيعَةَ الرَّحِمِ، وَقَوْمًا يَتَّخِذُونَ الْقُرْآنَ مَزَامِيرَ، يُقَدِّمُونَ أَحَدَهُمْ، لَيْسَ بِأَفْقَهِهِمْ وَلَا أَفْضَلِهِمْ، إِلَّا لِيُغَنِّيَهُمْ بِهِ غِنَاءً
“Sesungguhnya aku ingin segera mati sebelum muncul beberapa hal yang aku mendengar Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengkhawatirkan hal-hal tersebut (terjadi) pada umatnya: jual beli hukum, enteng menumpahkan darah, pemutusan silaturrahim, dan suatu kaum (riwayat lain: orang-orang muda) yang menjadikan Al-Quran seperti alat musik, yang mana salah satu di antara mereka ditunjuk menjadi imam bukan karena dia yang paling faqih atau salih, tapi agar bisa “menyanyikan” nyanyian dengan Al-Qur’an itu.” (Abu Ubaid dalam Fadhoil Al-Qur’an)