Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin).
“Energi yang kita gunakan untuk berbohong, melaknat, atau menggunjing itu sebenarnya hampir sama dengan energi yang kita pakai untuk bertasbih seraya memuji nama Allah. Tetapi yang satu menjerumuskan ke neraka sementara yang satu pahalanya memenuhi antara langit dan bumi.”
Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Ucapan alhamdulillah itu memenuhi mīzān/timbangan (pada hari kiamat). Ucapan Subḥānallah wal ḥamdulillāh memenuhi ruang antara langit dan bumi.” (H.R.Muslim)
Adapun dari sisi keutamaan, bertasbih dan berzikir dalam kondisi suci itu lebih afdal daripada kondisi tidak suci. Tetapi zikir sudah berpahala meskipun tidak dalam kondisi suci. Alasannya, sudah menjadi ijmak bahwa membaca Al-Qur’an yang merupakan zikir paling afdal itu boleh meski tidak dalam kondisi suci. Tapi dalam kondisi suci lebih afdal, jadi pahalanya lebih besar. Al-Nawawī berkata,
Artinya,
“Kaum muslimin telah bersepakat bolehnya membaca Al-Qur’an bagi orang yang berhadas. Tapi yang afdal adalah bersuci untuk membaca Al-Qur’an itu.” (Al- Majmū’ juz 2 hlm 69)
Al-Syaukānī menegaskan bahwa membaca Al-Qur’an itu semakna dengan zikir karena ia zikir yang paling afdal,
Artinya,
“Jika hadas kecil tidak menghalangi seseorang untuk membaca Al-Qur’an padahal membaca Al-Qur’an adalah zikir yang paling afdal, maka zikir selain membaca Al-Qur’an lebih utama dibolehkan.” (nailu al-Auṭār, juz 1 hlm 266)
Kesimpulannya, zikir dalam kondisi tidak suci berpahala, tapi jika bersuci pahalanya lebih besar.
Sampai sini barangkali ada pertanyaan, “Sebenarnya waktu luang kita banyak tapi kebanyakan kita pakai untuk hal sia-sia, maksiat, bengong, dan semisalnya. Padahal secara teori tasbih kan lebih mudah. Apa sebenarnya problem dasarnya?”
Jawaban pertanyan ini adalah sebagai berikut.
Saat kita lemah untuk melakukan amal saleh, yang paling mengkhawatirkan sebenarnya adalah hal itu dikarenakan dosa yang kita lakukan. Dosa adalah penghalang terbesar turunnya taufiq Allah untuk beramal saleh.
Jika bukan dosa, maka penghalang berikutnya adalah cinta dunia, sebab dunia dan akhirat itu bagikan timur dan barat. Begitu kita pergi ke satu arah, maka itu bermakna menjauh dari arah lainnya.
Tiap amal saleh punya saudara sebagaimana maksiat juga punya saudara.
Jika orang melakukan satu maksiat, maka dia akan dibukakan pintu maksiat yang lain yang mana jika dia tidak melawan, maka maksiatnya akan semakin bertambah dan akhirnya waktunya banyak habis bergelimang maksiat. Hatinya keras, susah menerima nasihat dan cenderung pada kesenangan duniawi.
Sebaliknya, jika orang melakukan amal saleh, maka Allah akan membukakan pintu amal saleh lainnya dan jika dia mengikuti ilham amal saleh itu maka amal salehnya akan semakin banyak, hatinya dicucuri hikmah dan dia dibuat ringan melakukan ketaatan.
Itulah makna ayat “Wazidnāhum hudā“. Yakni, orang saleh itu setiap melakukan ketaatan dan Allah menerimanya, maka Allah akan menambahinya petunjuk, dan mempermudah untuk melakukan amal saleh lainnya.
Jadi, ketika Allah memberikan petunjuk (misalnya melalui status ini) untuk banyak berzikir, maka ilham itu harus segera disambar dan dilaksanakan semaksimal mungkin. Sebab dengan cara demikian kita bisa berharap Allah menambahi kita petunjuk dan berkenan menyiram hati kita dengan nur lalu dipermudah melakukan amal saleh lainnya.
Setiap hamba yang mengabaikan ilham kebaikan, maka nur petunjuk akan menjauh darinya, terancam masuk kelompok mu’riḍūna ‘an āyātihi (berpaling dari ayat-ayat Allah), dan ilmu yang dipelajarinya hanya akan membuatnya semakin jauh dari Allah.
***
5 Zulhijah 1442 H/ 15 Juli 2021 pukul 07.04