Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin).
Merencanakan maksiat itu seperti menyimpan bara berasap dalam rumah kayu. Rumahmu bisa terbakar. Minimal sangit dan berjelaga.
Salah satu godaan orang yang bertaubat adalah merencanakan maksiat di masa yang akan datang.
Lintasan pikiran untuk bermaksiat ini ada karena dia memang punya PELUANG melakukannya. Dia hanya perlu sedikit bergerak dan menggunakan resources/sumber daya/aset yang dimilikinya, lalu kesempatan maksiat itupun terbuka lebar di depan matanya.
Yang seperti ini harus dilawan.
Sebab taubat nasuha itu salah satu syaratnya kata al-Nawawī adalah
Artinya,
“Bertekad untuk tidak mengulangi maksiat itu selamanya.” (Riyāḍ al-ṣāliḥīn)
Jika orang masih membiarkan rencana bermaksiat berkeliaran dalam pikirannya, maka itu bermakna taubatnya belum menjadi ‘azam/tekad yang kuat, sehingga tidak memenuhi kriteria taubat nasuha.
Lebih dari itu, sekedar rencana maksiat itu saja sudah berbahaya.
Orang yang menyimpan rencana maksiat dalam pikirannya itu seperti orang yang sukarela menyimpan bara api berasap dalam rumah jeraminya atau rumah kayunya. Resikonya rumah bisa terbakar atau minimal rumah kita penuh dengan jelaga dan hitam kotor yang tidak enak dipandang. Jadi, sekedar pikiran jahat saja itu sudah berpotensi membinasakan kita, sebab Allah tidak hanya marah dengan perbuatan lahir kita, tetapi Allah juga bisa marah dengan perbuatan batin kita. Bukankah Allah murka jika kita sombong atau dengki padahal itu perbuatan hati? Demikian pula rencana maksiat. Allah bisa membenci kita karena amal hati itu. Allah berfirman,
Artinya,
“Kalaupun kalian menampakkan apa yang ada dalam hati kalian atau menyembunyikannya, maka Allah akan menghisabnya.” (Q.S. al-Baqarah)
Saya juga pernah membuat catatan khusus bagaimana lintasan hati untuk bermaksiat itu dalam kondisi tertentu sudah tercatat sebagai maksiat, sebab lintasan hati itu bisa berupa hājis, kḥāṭir, ḥadīṣun nafsi, hamm, sampai azam. Silakan di baca detail penjelasannya dalam catatan berikut ini,
Oleh karena itu, jika muncul lintasan hati untuk merencanakan maksiat, maka itu harus dilawan. Caranya adalah dengan membaca doa yang diajarkan Rasulullah ﷺ berikut ini,
Artinya,
“Ya Allah, jauhkan kami dengan semua hal keji baik yang tampak maupun tersembunyi.”
Sekali lagi, rencana maksiat itu berbahaya sebagaimana maksiat juga berbahaya. Orang yang bertaubat hendaknya bukan hanya menjaga dirinya untuk tidak berbuat maksiat, tetapi juga menjaga dirinya agar tidak punya pikiran untuk bermaksiat. Diriwayatkan Nabi ‘Isa alaihissalām berkata,
Artinya,
“Perumpamaan orang yang merencanakan berbuat salah itu seperti (bara) asap yang disimpan dalam rumah. Kalaupun tidak membakarnya maka itu bisa membuat baunya sangit dan mengubah warnanya.” (al-Taubah li Ibn Abī al-Dunyā hlm 104)
***
27 Zulhijah 1442/ 6 Agustus 2021 Pukul 08.52