Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Jika orang melihat tetangganya dihina lalu dia tidak marah, tapi dia tidak terima saat dirinya dihina, berarti dia MENCINTAI DIRINYA SENDIRI melebihi tetangganya.
Jika dia dihina tidak marah, tapi murka saat orang tuanya dihina, berarti dia MENCINTAI ORANG TUANYA melebihi cintanya kepada dirinya sendiri.
Jadi, jika ada orang yang kalap saat kelompoknya direndahkan, tapi bersikap adem ayem saat Allah dan Rasul-Nya dilecehkan, berarti dia memang lebih mencintai organisasinya daripada Allah dan Rasul-Nya.
Semua orang mulutnya bisa mengklaim cinta kepada Allah dan Nabi Muhammad ﷺ, tetapi perilakunyalah yang akan menyingkap rahasia batinnya yang tersembunyi.
Di antara ciri cinta itu memang PENGORBANAN dan PEMBELAAN.
Saat menerangkan di antara ciri cinta Nabi ﷺ , Ibnu Ḥajar al-‘Asqalānī berkata,
Artinya,
“(ciri cinta Rasulullah ﷺ) itu tidak terbatas pada (caranya memilih, apakah memilih dunia ataukah bertemu Nabi ﷺ saat) ada ataukah tidak ada (kesempatan melihat Nabi ﷺ). Tetapi ada juga yang semisal dengan itu, yakni menolong sunahnya, membela syariatnya dan menumpas penentangnya.” (Fatḥu al-Bārī, juz 1 hlm 59)
3 Rabiul Awal 1443 H/ 29 Oktober 2021 jam 09.17 WIB