Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Pernahkah engkau merasa capek dan lelah karena menunggu?
Kadang kala seorang hamba diuji dengan lelahnya menunggu, agar diketahui apakah dia benar-benar percaya Rabbnya dan sungguh-sungguh bertawakal kepadaNya ataukah hanya “lip service” saja; lain di mulut lain di hati.
Kadang orang diuji dengan capeknya menunggu agar diketahui apakah di hatinya benar-benar ada keyakinan bahwa Allah sedang mengawasinya ataukah tidak.
Kadang orang diuji dengan lelahnya menunggu agar diketahui apakah benar bahwa dalam hatinya ada keyakinan bahwa tidak ada satu helaipun rambut jatuh dari kepalanya melainkan Allah Maha Tahu dan Maha Mengawasi ataukah dia sebenarnya memang tidak punya keyakinan itu.
Bani israel pernah diuji dengan kegalauan menunggu.
Diminta menunggu nabi Musa 30 hari yang pergi untuk menerima wahyu, tapi tanpa pemberitahuan, Allah menambahnya menjadi 10 hari sehingga genap 40 hari. Semenjak hari ke 31 tentu saja mereka sudah mulai panik, was-was, cemas dan berpikiran macam-macam. Mulai ada perasaan ditinggal Allah, khawatir binasa di padang pasir, khawatir dikejar kembali tentara Fir’aun dan sebagainya.
Hal yang semakin membuat galau adalah tidak ada kejelasan setelah lebih dari 30 hari itu, kira-kira tambahan harinya berapa. Bani israel tidak tahu. Nabi Harun yang diamanahi menggantikan nabi Musa sebagai pemimpin juga tidak tahu dan memang tidak diberitahu. Allah berkehendak membuatnya misterius, sehingga tidak ada harapan pasti terkait jumlah hari.
Sampai di sini, wajar jika mungkin ada yang mulai khawatir bahwa nabi Musa wafat. Jika benar beliau wafat, maka alangkah terpukul dan takutnya mereka karena sistem masyarakat mereka memang belum siap dengan suksesi dan pergantian pemimpin. Mereka belum bisa membayangkan siapa kira-kira yang bisa menggantikan dengan kualitas leadership seperti nabi Musa. Mereka sudah membayangkan banyak hal buruk di masa depan. Allah berfirman,
﴿وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ﴾ [الأعراف: 142]
Artinya,
“Aku telah menjanjikan Musa (untuk memberikan kitab Taurat setelah bermunajat selama) tiga puluh malam. Aku sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi). Maka, lengkaplah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam”.
Tapi dengan ujian menunggu ini, bani Israel terbelah menjadi dua.
Yang sabar dan berhusnuzan kepada Allah lalu memilih berpegang pada perintah yang qaṭ‘ī akhirnya selamat, menjadi mulia, bahagia, mendapatkan keinginannya dan semakin kokoh imannya.
Yang tidak sabar, gampang panik, lebih suka cari solusi instan, dan senang dengan hal-hal ẓanni serta takwil-takwil batil justru malah termakan penyesatan Samiri, akhirnya terjebak pada kemusyrikan, dan berakhir dengan kematian karena harus dihukum bunuh dalam rangka taubat.
Sabar menunggu memang salah satu ujian.
Perlu waktu, iya.
Berat mungkin, iya.
Tapi selebat-lebat hujan, akan tiba masanya reda dan berganti dengan pelangi.
7 Sya’ban 1443 H/ 10 Maret 2022 jam 07.16