Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Sama-sama membaca Al-Qur’an dengan suara keras dan diperlihatkan kepada orang lain, tapi nilainya bisa berbeda. Yang satu tanda kesungguhan ingin menjalankan semua nasihat Allah, yang satu bisa bermakna riya/pamer.
Suatu hari Rasulullah ﷺ mendengar suara seorang laki-laki yang membaca Al-Qur’an dengan keras, lalu Rasulullah ﷺ berkomentar,
“Awwāb”
Rasulullah ﷺ juga mendengar lelaki lain yang membaca Al-Qur’an dengan suara keras, maka beliau berkomentar,
“Riya”
Ternyata yang dipuji Rasulullah ﷺ sebagai awwāb adalah Sahabat Nabi ﷺ yang bernama al-Miqdād bin ‘Amr.
Ibnu ‘Abdil Barr meriwayatkan,
عن أنس أن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَمِعَ رَجُلا يَقْرَأُ وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالْقُرْآنِ، فَقَالَ: أَوَّابٌ. وَسَمِعَ آخَرَ يَرْفَعُ صَوْتَهُ فَقَالَ: مُرَاءٍ، فَنظر فَإِذَا الأَوَّلُ الْمِقْدَادُ بْنُ عَمْرٍو». [«الاستيعاب في معرفة الأصحاب» (4/ 1482)]
Artinya,
“Dari Anas bahwasanya Nabi ﷺ mendengar seorang lelaki membaca Al-Qur’an dan mengeraskan suaranya, maka beliau berkomentar, ‘Awwāb”. Beliau juga mendengar yang lain mengeraskan suaranya (saat membaca Al-Qur’an), maka beliau bersabda, “Riya”. Lalu dilihat, ternyata yang pertama adalah al-Miqdād bin ‘Amr” (al-Istī‘āb juz 4 hlm 1482)
Makna awwāb adalah orang yang sering dan senantiasa kembali pada perintah Allah, sering menahan diri agar tidak melanggar batas-batas yang ditetapkan Allah dan sering memperbaiki hal-hal buruk yang ia lakukan. Jika seorang yang membaca Al-Qur’an disebut awwāb, berarti tujuan dia membaca Al-Qur’an adalah untuk menancapkan nasihat Allah dalam hati supaya sifat awwābnya semakin kuat, semakin kokoh dan semakin hebat.
Hanya saja harus dicatat, apa yang dilakukan Rasulullah ﷺ ini tidak boleh menjadi dasar untuk menuduh orang lain. sebab Rasulullah ﷺ dibimbing wahyu untuk menilai orang sementara kita hanya bisa melihat lahir. Riwayat seperti ini dalam fikih cukup menjadi pelajaran bahwa orang yang bisa menjaga hatinya dan bisa memberikan teladan bagus untuk umat sebaiknya beribadah terang-terangan sebagus-bagusnya, sehebat-hebatnya. Tapi yang lebih lemah dan kuatir hancur amalnya, sebaiknya ibadahnya dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
7 Ramadan 1443 H/9 April pukul 15.23