Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Selain kisah janji al-Ḥallāj hidup kembali setelah disalib dan dibunuh yang ternyata bohong sebagaimana sudah saya tulis dalam catatan sebelumnya, ada lagi kisah al-Ḥallāj yang terkesan ingin meniru sejarah Nabi Isa, yakni menyebarkan opini bahwa yang akan disalib nanti bukan al-Ḥallāj tapi orang yang diserupakan dengan al-Ḥallāj!
Bagamanakah kisahnya?
Suatu hari Abū Muḥammad al-Yāqūtī melihat al-Ḥallāj sedang naik sapi di atas sebuah jembatan. Anehnya arah menghadapnya terbalik. Muka al-Ḥallāj menghadap ke arah ekor sapi tersebut. Kemudian al-Ḥallāj berkata,
“Aku bukan al-Ḥallāj. Tapi al-Ḥallāj yang mengubah rupaku sehingga sama dengan dirinya”
Setelah itu dia pergi.
Al-Żahabī menceritakan ucapan al-Yāqūtī yang mengisahkan kisah tersebut sebagai berikut,
رَأَيْتُ الحَلَاّجَ عِنْد الجِسْرِ عَلَى بقرَةٍ، وَوجهُهُ إِلَى ذَنَبِهَا، فَسَمِعْتُهُ يَقُوْلُ: مَا أَنَا الحَلَاّجُ، أَلقَى الحَلَاّجُ شَبَهَهُ عَلَيَّ وَغَابَ. [«سير أعلام النبلاء – ط الرسالة» (14/ 348)]
Artinya,
“Aku melihat al-Ḥallāj di atas jembatan mengendarai sapi sementara wajahnya menghadap ke arah ekornya. Aku mendengarnya berkata, ‘Aku bukan al-Ḥallāj. Tapi al-Ḥallāj lah yang membuatku serupa dengannya”. Setelah itu dia (al-Ḥallāj) menghilang” (Siyaru A‘lāmi al-Nubalā’, juz 14 hlm 349)
Tentu saja kita bisa memastikan bahwa yang berbicara itu adalah al-Ḥallāj sendiri. Opini umum para ulama maupun awam yang ingin al-Ḥallāj segera ditindak, dihukum bunuh, dan disalib nampaknya membuat al-Ḥallāj sudah merasa kematiannya kian dekat. Agar nanti muncul legenda al-Ḥallāj masih hidup, maka dibuatlah adegan di atas jembatan itu, supaya nanti bisa menjadi cerita, rumor dan kabar burung bahwa yang disalib sebenarnya bukan al-Ḥallāj, tetapi orang yang diserupakan dengan al-Ḥallāj. Dengan begitu, al-Ḥallāj akan menjadi legenda sepanjang sejarah sebagaimana Nabi Isa menjadi buah bibir melalui kisah demikian.
Di antara bukti yang menegaskan bahwa adegan di atas jembatan itu dilakoni al-Ḥallāj sendiri adalah kisah penyalibannya yang diriwayatkan para perawi kredibel dan tercatat rapi dalam buku-buku sejarawan yang terhormat.
Mereka menceritakan kisah penyaliban itu dengan detail, tetapi tidak ada satupun di antara mereka yang melaporkan bahwa manusia yang disalib itu konsisten menjelaskan identitas aslinya. Jika benar manusia yang disalib itu bukan al-Ḥallāj seharusnya dia berteriak-teriak nama aslinya, nasabnya, keluarganya, istrinya, anaknya dan semisalnya sehingga orang bisa mengecek apakah benar ada orang hilang dalam sebuah keluarga sehingga bisa diduga orang yang diserupakan dengan al-Ḥallāj. Ketika tidak muncul satu hurufpun dari mulut al-Ḥallāj saat dieksekusi, maka itu menunjukkan bahwa memang benar dialah yang dieksekusi dan mati tanpa bisa hidup kembali. Bukan orang lain.
Bukti yang lain adalah lanjutan laporan Abū Muḥammad al-Yāqūtī dalam riwayat di atas. Kata al-Yāqūtī, saat didekatkan pada kayu salib, al-Ḥallāj minta tolong kepada Sang Penolong dengan ucapan,
يَا مُعِيْنَ الضَّنَّا عَلَيَّ أَعنِي عَلَى الضَّنَّا
Seandainya dia bukan al-Ḥallāj, seharusnya secara normal psikis orang akan berteriak dirinya dizalimi, orang-orang tertipu penampakan, dirinya menjadi korban al-Ḥallāj dan kalimat-kalimat semisal. Kepasrahan dia hendak mati menunjukkan bahwa dia memang al-Ḥallāj.
Bukti lain yang paling kuat adalah persaksian putra al-Ḥallāj sendiri yang bernama Ḥamdun (حَمْدٌ). Ḥamdun meriwayatkan ucapan bapaknya sendiri bahwa al-Ḥallāj mengakui dirinya akan disalib dan dibunuh (bukan orang lain). al-Żahabī meriwayatkan ucapan al-Ḥallāj sebagai berikut,
«إِنِّيْ أَحتضِرُ وَأُقتَلُ وَأُصلَبُ وَأُحرقُ». [«سير أعلام النبلاء – ط الرسالة» (14/ 349)]
Artinya,
“Sesungguhnya aku akan sekarat, dan akan dibunuh dan akan disalib dan akan dibakar” (Siyaru A‘lāmi al-Nubalā’, juz 14 hlm 349)
19 Ramadan 1443 H/21 April 2022 pukul 10.11