Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Anak burung dalam video di atas berusaha menyingkirkan dan membuang telur dari sarang. Ia dikenal sebagai burung “jahat” dan “tak tahu diri”. Namanya burung Kedasih.
Saat masih berupa telur, induknya menitipkannya pada sarang burung lain untuk dierami sampai menetas. Begitu menetas, dia malah menyingkirkan semua “saudara tirinya” agar mendapatkan “perhatian penuh” tanpa pesaing dari “ibu tirinya” dalam hal pengasuhan, suapan makanan dan perlindungan.
***
Janganlah mendidik anak seperti burung Kedasih.
Hanya mau “membuat” anak, lalu dititipkan, kemudian menjadi beban orang lain.
Akhlak anak demikian jahat dan tidak tahu diri sampai dia menyingkirkan siapapun yang menjadi pesaingnya jika menghalangi kepentingan dirinya. Posisinya hanya anak titipan, tapi lagaknya seolah melebihi anak asli!
Mendidik anak yang bagus itu seperti burung Megapoda. Sejak kecil sudah dibiasakan mandiri. Anak diantarkan sampai fase tertentu, setelah itu dipercaya untuk mandiri. Jangankan jadi beban orang lain, jadi beban orang tuanya saja tidak!
Mendidik kemandirian memang harus sejak kecil. Saat usianya sudah cukup. Di mulai dari hal-hal kecil: Mandi sendiri, pakai baju sendiri, bisa istinja sendiri, bisa makan sendiri, sampai agak kompleks seperti cuci baju sendiri, jemur sendiri, setrika sendiri, siapkan makanan sendiri, selesaikan tugas sekolah sendiri, sampai nanti bisa cari uang sendiri dan memenuhi kebutuhan sendiri secara terhormat.
CATATAN
Artikel ini bukan tuk melarang atau merendahkan keputusan menitipkan atau menyekolahkan jika ada hajat. Tapi fokusnya adalah mendidik agar anak mandiri dan punya jiwa afif/menjaga kehormatan diri. Yang mubah dan halal dalam akad ijarah tetap halal dan tidak perlu diharamkan.
3 Dzulhijah 1443 H/ 2 Juli 2022 M pukul 10.24