Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Malas itu sifat buruk.
Kelemahan juga sifat buruk.
Karena itulah Rasulullah ﷺ berlindung dari dua sifat tercela ini. Doa Nabi ﷺ terkait hal ini berbunyi sebagai berikut,
Artinya,
“Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari kelemahan dan kemalasan.”
Kita juga tidak suka orang-orang malas di sekitar kita.
Kita tidak senang anak malas, suami malas, istri malas, pembantu malas, asisten malas, karyawan malas, murid malas, guru malas dan seterusnya. Orang-orang pemalas itu seperti menularkan hawa buruk. Jika tidak kuat, bisa-bisa kita yang malah terpengaruh.
Tapi malas beda dengan lemah. Malas itu sengaja meninggalkan sesuatu padahal mampu. Kalau lemah, itu orang yang tidak melakukan sesuatu karena tidak mampu. Ibnu Hajar al-‘Asqalānī berkata,
Artinya,
“Perbedaan antara kelemahan dengan kemalasan adalah, kemalasan itu meninggalkan sesuatu padahal mampu melakukannya, sementara kelemahan adalah ketidakmampuan melakukan sesuatu.” (Fathu al Bari juz 6 hlm 36)
Bagaimana tips menghilangkan kemalasan?
Kata al-Gazzālī: Paksa gerak!
Artinya, penyakit malas itu muncul diawali orang yang malas gerak. Jika badan dipaksa gerak, maka hilanglah sifat malas tersebut. Saat menasihati orang tua dalam mendidik anak, Al-Gazzāli menyarankan anak dibiasakan berjalan, bergerak dan berolahraga supaya tidak dikuasai kemalasan. Beliau menulis,
Artinya,
“Hendaknya anak dibiasakan berjalan, bergerak dan berolah raga di sebagian siang, agar tidak dikalahkan sifat malas.” (Ihya Ulūmiddin, juz 3 hlm 73)
Jadi, saat melihat tanda-tanda kemalasan pada anak atau orang yang kita urus atau bahkan kita sendiri, segera paksa untuk gerak!
Apapun itu.
Yang penting baik.
Entah bersih-bersih rumah, mencangkul, memindah barang, ikut kegiatan sosial, melayani orang, membantu yang kesusahan, jalan kaki, jogging, lari-lari, bersepeda, berenang, naik gunung, atau olah raga lainnya.
9 Dzulqa’idah 1443 H/ 9 Juni 2022 M pukul 08.29