Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Rasulullah ﷺ memerintahkan kepada kita untuk mengenal kerabat. Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Kenalilah kerabat kalian agar bisa menyambung tali silaturahmi kalian.” (H.R. al-Ṭayālisī)
Mengomentari riwayat ini, al-Baihaqī berkata,
Artinya,
“Beliau (Rasulullah ﷺ) memerintahkan untuk mengenal kerabat.” (H.R.al-Baihaqī)
Makna bahasa ansāb dalam hadis di atas sebenarnya adalah bentuk jamak dari nasab. Jadi, terjemahan harfiahnya semestinya berbunyi, “Kenalilah nasab-nasab kalian”. Hanya saja, nasab memang bisa bermakna kerabat sehingga hadis di atas sah diterjemahkan “Kenalilah kerabat kalian”. Al-Munāwī berkata,
Artinya,
“Kenalilah ansāb kalian”, makna ansāb adalah jamak dari nasab yakni kerabat. Maknanya, berusaha keraslah mengenal kerabat dan lakukan penelitian untuknya.” (al-Taisīr bi Syarḥi al-Jāmi‘ al-ṣagīr juz 1 hlm 170)
Jadi, hadis di atas cukup lugas memberi pengertian kepada kita bahwa Rasulullah ﷺ memerintahkan kita untuk mengenal kerabat.
Pertanyaannya, sedalam apa kita mengenal kerabat?
Misalnya kita punya paman bernama Karim. Sedalam apa kita mengenal sosok yang bernama Karim ini? Apakah cukup nama panggilannya saja? Ataukah juga perlu mengetahui nama lengkapnya, di mana rumahnya, apa pekerjaannya, siapa istrinya, berapa anaknya dan seterusnya?
Sedalam apa sebenarnya kita dituntut untuk mengenal kerabat?
Jawaban pertanyaan ini adalah sebagai berikut.
Tadi ada batasan khusus dalam dalil sedalam apa kita harus mengenal kerabat. Hanya saja Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa tujuan mengenal kerabat itu adalah untuk melaksanakan perintah fardu ‘ain dari Allah, yakni silaturahmi. Oleh karena itu, sedalam apa kita dalam mengenal kerabat, maka itu dikembalikan pada maksud dan tujuan mengenal kerabat itu. Mengingat esensi silaturahmi adalah membaiki kerabat (إيصال الخير) dan menghalau keburukan dari kerabat (دفع الشر), berarti level kedalaman mengenal kerabat dikembalikan pada tingkat yang diperlukan untuk merealisasikan īṣālul khair dan daf’usy syarr tersebut.
Dengan kata lain, semua data dan informasi tentang kerabat adalah penting selama itu berguna untuk membaiki kerabat dan menghalau keburukan dari mereka. Tentu saja kita tidak diharuskan menggali informasi seputar kerabat sampai level seperti hendak membuat biografi tokoh tertentu. Yang demikan akan menghabiskan waktu dan bisa jadi malah membuat kita melalaikan kewajiban yang lain. Yang benar, kualitas mengenal yang diperlukan adalah sebatas untuk melaksanakan silaturahmi. Jadi betul, penggalian informasi itu memang tetap perlu semangat menggali sedalam-dalamnya. Hanya saja harus tetap menyaring. Tidak semua informasi dikumpulkan dan dikoleksi. Malahan kadang-kadang harus ada informasi yang kita abaikan karena tidak berguna atau kita tutupi. Misalnya informasi tentang aib, omongan melantur, buruk sangka, kedengkian, gunjingan, kedustaan dan semisalnya.
Berdasarkan realitas interaksi manusia di zaman sekarang, kita dapat membagi level kedalaman mengenal kerabat menjadi tiga tingkatan: Permulaan, pertengahan dan pendalaman.
PERMULAAN
Pengenalan kerabat di level permulaan paling tidak bisa diusahakan mengenal 5 poin yaitu,
- Nama Lengkap
- Domisili
- Pekerjaan
- Nasab
- Hubungan kekerabatan
Poin ke-1 adalah nama lengkap. Tidak cukup hanya panggilan saja. Alasannya, semata-mata panggilan terkadang membuat ambigu dengan kerabat yang lain atau malah menimbulkan kekeliruan penamaan setelah ganti generasi. Misalnya ada kerabat bernama Baisah dan dipanggil “Sah”. Di masa beliau hidup, anak cucunya memanggil Mbok Sah atau Mbah Sah. Begitu sudah wafat, tiba-tiba di antara kerabat ada yang menamainya Siti Aisah! Ini akan mengacaukan nasab. Oleh karena itu, nama harus diketahui secara lengkap beserta panggilannya.
Jangan lupa juga mencari tahu nama panggilan kerabat tersebut. Panggilan itu penting untuk pergaulan. Orang yang dipanggil dengan panggilan yang sudah biasa dipakai akan langsung terasa dekat dan akrab. Berbeda jika dipanggil dengan nama yang tidak lazim. Walaupun panggilan yang tidak lazim itu benar, tapi yang demikian akan menciptakan jarak tertentu. Orang yang bernama Siti Maryam dan bisa dipanggil “Yam” akan nyaman dipanggil Yam. Jika dipanggil “Sit” walaupun itu penggalan nama pertamanya, akan terasa aneh sehingga menciptakan jarak.
Urgensi lain mengenal nama lengkap dan panggilan adalah menciptakan cinta dan simpati. Sebab orang akan senang jika namanya dihafalkan karena menandakan dirinya dianggap penting dan berharga. Jika ada kerabat yang sering bertemu kita, tetapi beliau tidak mengenal nama kita atau lupa-lupa ingat, perasaan kita secara alami akan menyimpulkan bahwa diri kita diabaikan olehnya atau tidak dianggap penting atau bahkan dilupakan.
Jika kerabat memiliki julukan yang tidak baik, maka itu tetap kita dokumentasi untuk kepentingan pelacakan. Sebab bisa jadi masyarakat tempat kerabat beliau tinggal itu tidak mengenal nama aslinya, tetapi mengenal julukannya. Dokumentasi julukan ini tetap dilakukan untuk kepentingan pelacakan atau yang semakna dengan itu. Adapun kita sendiri, maka jangan memanggil beliau dengan julukan yang buruk tersebut. Tapi panggillah dengan panggilan terbaik yang diberikan orang tua atau masyarakat sekitar.
Di zaman sekarang karena sudah ada teknologi foto, video dan audio maka saat melacak nama kerabat ini lebih sempurna jika disertai dokumen foto, video dan audio. Gunanya adalah untuk mengenalkan kepada kerabat kita yang lain yang belum pernah bertemu dengan beliau. Jika foto/video/audio ini tidak kita dapatkan tetapi kita bisa menemui kerabat tersebut, maka jangan lupa mengambil foto/video/audio beliau. Terkadang kita bisa “menghidupkan” kembali kerabat yang telah wafat jika kita punya foto dan audionya. Sebab ada aplikasi yang membuat foto bergerak-gerak seakan-akan “hidup”. Ada juga situs yang bisa menggunakan rekaman audio tertentu untuk dipakai sebagai suara narator untuk teks apapun yang kita tentukan.
Poin ke-2 adalah domisili. Lokasi tempat tinggal kerabat penting dilacak karena dengan mengetahui tempat tinggal kerabat, kita bisa mengegendakan untuk mengunjunginya. Sejarah perpindahan tempat tinggal juga berguna jika dilacak karena bisa jadi ada kerabat lain yang belum update tempat mukim terakhir beliau. Pengetahuan sejarah perpindahan tempat tinggal akan membantu banyak hal, di antaranya mencegah orang datang ke alamat yang salah, mengukur lingkungan tempat hidup kerabat, mengidentifikasi kenalan tetangga kerabat dan lain-lain.
Di zaman dulu, mengetahui domisili adalah dengan mencatat alamat. Di zaman sekarang, ada yang jauh lebih efektif yakni alamat Google Map. Jika kita bisa mendapatkan alamat Google Map kerabat, maka itu akan sangat memudahkan jika kita hendak mengunjunginya lagi. Juga akan memudahkan kerabat lain yang ingin tahu lokasi rumahnya. Jika lokasi kerabat sangat jauh sehingga sulit untuk mengunjungi, minimal dapatkanlah nomor telepon/ WhatsApp (WA)-nya. Nomor WA ini sangat penting karena bisa menggantikan ziarah/kunjungan jika kita tidak mampu/berhalangan mengunjunginya.
Di zaman dulu, dalam pembahasan fikih silaturahmi para ulama menjelaskan konsep mukātabah (surat menyurat/korespondensi) untuk menggantikan kunjungan. Jadi, kerabat yang terpisah jarak yang sangat jauh, minimal burulah nomor telepon/WA-nya. Jika kita menghubunginya, menanyakan kabarnya dan mengkontaknya, maka itu sudah menggantikan ziarah.
Poin ke-3 adalah pekerjaan. Menggali info tentang pekerjaan penting karena kerja adalah aktivitas yang menghabiskan sebagian besar waktu manusia. Data ini jika kita dapatkan maka akan membantu kita memutuskan agar jangan sampai bertamu di jam kerja atau di jam di mana kerabat tersebut sedang beristirahat. Biasanya orang akan kesal bahkan jengkel sekali jika diganggu waktu istirahatnya.
Urgensi lain mengetahui pekerjaan kerabat adalah untuk membantu pelacakan. Sebab, kadang-kadang orang lebih dikenal dan terbedakan dengan yang lainnya dari pekerjaannya daripada atribut yang lain. Umpamanya dalam satu kampung ada 3 nama Udin. Ketika masyarakat ingin membedakkan ketiganya, biasanya masing-masing akan dinisbahkan pada pekerjaannya. Dari situ akan muncul penamaan: Udin tukang bakso, Udin tukang las, atau Udin penjual tahu dan seterusnya.
Urgensi lain mengetahui pekerjaan kerabat adalah untuk memperkirakan kondisi hartanya. Apakah termasuk kaya, menengah atau miskin. Jika kaya berarti bisa dibantu untuk diajak melakukan kebaikan dengan menolong kerabat yang miskin. Jika menengah maka bisa diajak menghubungkan antara kerabat kaya dengan kerabat miskin. Jika miskin, maka bisa diprioritaskan jika kita memiliki informasi atau sumberdaya yang bisa membantu memecahkan problemnya.
Manfaat lain mengetahui profesi kerabat adalah untuk amar makruf nahi mungkar. Sebab, bisa jadi ada kerabat yang terjerumus dalam profesi yang haram. Yang seperti ini harus diagendakan dibantu supaya bisa berpindah dari pekerjaan haram ke yang halal.
Poin ke-4 adalah nasabnya. Di tahap ini kita bertanya siapa suaminya/istrinya. Jika menikah lebih dari satu kali maka kita tanya siapa saja nama pasangannya. Setelah itu kita tanya anak-anaknya, cucu-cucunya, cicit-cicitnya dan seterusnya, terus ke bawah selama masih ada. Setelah itu kita tanya siapa ayah dan ibunya, kakek dan neneknya dari kedua jalur (ayah-ibu), buyut-buyutnya, canggah-canggahnya dan seterusnya terus ke atas selama masih ada. Tiap nama yang kita dapatkan bisa kita perdalam dengan poin 1-3 sebelumnya (nama lengkap, domisili, pekerjaan) sejauh yang diketahui narasumber. Data mentah itu nanti bisa ditajamkan dan ditriangulasi dengan mendatangi langsung nama-nama kerabat yang sudah kita dapatkan.
Poin ke-5 adalah menggali hubungan kekerabatan dengan kita. Yakni menjawab pertanyaan yang dalam bahasa jawa diungkapkan dengan kalimat: “pernahe opo”. Dengan begitu, kita tahu persis hubungan kekerabatan kita dengan kerabat tersebut apakah jauh ataukah dekat apakah punya hak dobel atau hanya satu hak saja dan seterusnya. Jangan sampai kita ketemu kerabat hanya tahu “itu masih famili” tapi tidak bisa menjelaskan bagaimana hubungan kekerabatannya.
Lima data di level permulaan ini, pada umumnya masih tidak masalah jika didokumentasikan dan dijadikan buku memori atau buku besar silsilah keluarga. Tetapi jika sudah mencapai level data pertengahan dan pendalaman, pada umumnya orang sudah keberatan jika dipublikasikan meski hanya untuk kalangan keluarga besar. Karena mungkin dianggap sudah terlalu personal/private.
***
Lima poin yang menjadi data permulaan kerabat ini didokumentasikan, ditriangulasi, disistematisasi, diklasifikasi, dibuatkan bagan dan kalau perlu ditabulasi. Setelah itu kita hafalkan dan dimanfaatkan untuk silaturahmi berikutnya. Selanjutnya, bisa diagendakan penggalian informasi tentang kerabat di level pertengahan dan pendalaman.
PERTENGAHAN
Penggalian informasi tentang kerabat di level pertengahan bisa melacak lebih dalam tentang asal/tempat lahir, tanggal lahir, kisah unik seputar kelahiran, skill, bakat, sejarah pekerjaan, kondisi harta (pemasukan dan pengeluaran, properti), tanggungan, cara mengelola harta, agama, sejarah pendidikan (umum dan agama), sejarah pernikahan (kisah ta’aruf, tanggal akad, berapa kali nikah, kisah cerai), sosial media (email, FB, youtube, instagram, twitter, situs, tiktok, linkedIn, dan lain-lain), sejarah penyakit, dan sejarah wafat.
PENDALAMAN
Penggalian informasi tentang kerabat di level pendalaman bisa melacak lebih dalam tentang: aktivitas sehari-hari saat ini, misi hidup, ulama/tokoh/idola/hero yang dikagumi, makanan favorit/rumah makan favorit, pantangan makanan yang membahayakan kesehatan, buku favorit, hiburan favorit, suara favorit, acara TV favorit, wasiat, olahraga favorit, tempat berlibur favorit, hobi, bahasa yang dikuasai, karya, prestasi, penghargaan, teman dekat, teman kerja, kisah unik, kejahatan, kisah kegagalan, perbuatan baik (deed), preferensi politik, guru-guru agama, kisah konflik dan orang-orang yang terlibat, problem, sifat/akhlak, kiprah di masyarakat, organisasi/keanggotaan, dan lain-lain.
Penggalian informasi tentang kerabat di level pertengahan dan pendalaman ini dalam bahasa fukaha bisa masuk dalam pengertian tafaqqudu al-aḥwāl (mencari tahu kondisi/kabar berita) dan itu sudah tergolong aktivitas silaturahmi. Ibnu Ḥajar al-‘Asqalānī menukil al-Qurṭubī berkata,
Artinya,
“(Silaturahmi kepada kerabat itu dilakukan diantaranya dengan) … mencari tahu kondisi mereka.” (Fatḥu al-Bārī juz 10 hlm 418)
12 Muharam 1444 H/ 10 Agustus 2022 pukul 09.21