Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Belum bertaubat sekalipun, minimal ada 2 rahmat Allah kepada orang yang berbuat maksiat,
Pertama, satr (السَّتْرُ), yakni ditutupi perbuatan busuknya itu sehingga di mata orang dia masih kelihatan baik.
Kedua, imhāl (الإِمْهَالُ), yakni diberi kesempatan taubat dan tidak dihukum langsung setelah melakukan dosa.
Bagaimana bisa hatimu tidak meleleh setelah mengetahui kebaikan Rabbmu sebesar ini?
Pernahkah engkau bersalah pada orang lalu dia dendam seumur hidup kepadamu?
Pernahkah engkau menyakiti orang lalu dia membencimu sebenci-bencinya sampai level dia akan bersorak kegirangan seandainya mendengar berita kesusahanmu atau kematianmu?
Pernahkah engkau melakukan sebuah aib lalu diketahui orang, lalu dia tertawa lebar dan bersemangat menyebarkan aibmu ke mana-mana?
Pernahkah engkau berbuat kesalahan besar, lalu dipergoki orang, lalu dia tanpa ampun langsung menghukummu sekejam-kejamnya?
Sekarang bandingkan dengan perbuatan salahmu terhadap Rabbmu.
Rabbmu tahu engkau berbuat dosa, tapi dia tidak langsung menghancurkan reputasimu dan tidak langsung menghukummu.
Bisakah engkau merasakan perbedaan besar antara kebaikan Allah dengan sifat manusia yang nista?
Jika sudah tahu seperti ini, bukankah tidak sepantasnya engkau tertipu atau menipu diri sendiri dengan merasa diri sebagai kekasih Allah, yakni ge-er bahwa Allah sayang kepadamu hanya karena Dia tidak langsung menghukummu, menutupi aibmu bahkan mengabulkan pinta-pintamu?
ارحم ضعفي وتول أمري
6 Rabi’ul Akhir 1444 H/1 November 2022 pukul 12.36