Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Orang berilmu dan yang tidak itu memang beda.
Yang dimaksud di sini tentu saja ilmu din.
Jika orang berilmu mengalami peristiwa, maka itu akan direnungi, ditadabburi, dan dijadikan bahan evaluasi dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, lalu akhirnya lahirlah nasihat yang bermanfaat untuk dirinya dan kaum muslimin.
Saya melihat karya ulama semisal Ṣaidul Khāṭir (صَيْدُ الخَاطِرِ) yang ditulis oleh Ibnu al-Jauzī, termasuk jenis ini.
Adapun orang yang tidak berilmu, jika dia mengalami sesuatu maka biasanya yang dominan pada dirinya pada intinya adalah bagaimana membuat dirinya nyaman. Yang penting lega. Pokoknya puas.
Ekspresinya bisa macam-macam:
- Menggunjing orang
- Sindir-sindir orang
- Marah-marah ga jelas
- Curhat kegalauan
- Cari perhatian
- Cari hiburan
- dan lain-lain
Kalaupun dia punya pengetahuan duniawi yang luas, maka caranya memandang peristiwa juga akan dipengaruhi sudut pandang duniawi tersebut. Semua analisisnya akan bermuara satu hal: Bagaimana biar hidup nyaman dan enak di dunia ini sebelum mati.
***
Suatu hari Rasulullah ﷺ sedang berjalan.
Lalu beliau berpapasan dengan seorang wanita berparas cantik.
Beliau terpesona dengan kecantikannya dan seketika itu muncul hasrat normal beliau sebagai lelaki.
Tentu saja pandangan Nabi ﷺ dalam konteks ini adalah pandangan tiba-tiba yang tidak disengaja (naẓarul fujā’ah), bukan pandangan liar atau menatap terus-terusan berkali-kali sambil menikmati hingga muncul hasrat.
Tak menunggu lama, beliau segera menuju ke rumah salah satu istrinya, kemudian menunaikan hajat beliau kepada sang istri.
Alhamdulillah, beliau dikarunai istri-istri yang semuanya salehah. Begitu Rasulullah ﷺ meminta, sang istri tak menunggu lama dan langsung memenuhinya. Walaupun waktu itu sang istri sebenarnya sedang sibuk menyamak kulit. Sang istri tidak menunda, menjanjikan nanti-nanti saja, apalagi menolak dengan alasan tidak mood. Yang beliau lakukan adalah seketika itu juga meninggalkan pekerjaannya dan segera memenuhi keinginan Rasulullah ﷺ tanpa banyak bertanya.
Akhlak istri yang sungguh membantu ketakwaan suami.
Setelah itu Rasulullah ﷺ mengeluarkan sabdanya yang sampai hari ini menjadi nasihat untuk kita semua,
Artinya,
“Jika salah seorang di antara kalian terpesona dengan seorang wanita sampai berpengaruh dalam hatinya, maka pergilah menuju istrinya dan gaulilah. Sebab yang demikian itu akan melenyapkan (gejolak) dalam dirinya.” (H.R. Muslim)
26 Jumada al-Ūlā 1444 H/20 Desember 2022 pukul 08.10