Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Kitab-kitab al-Syāfi‘iyyah muta’akhirin itu termasuk kitab “berat” untuk ditelan.
Perlu mengerti istilah-istilah khusus mereka, juga wawasan luas nan mendalam terkait bahasa Arab, fikih dan usul fikih.
Jangankan kita, sekelas profesor dan ulama internasional di Arab saja memiliki kesan demikian. Prof. Ali al-Qarahdagī berkata,
Artinya,
“…Sesungguhnya redaksi fikih ulama-ulama (al-Syāfi‘ī yyah) muta’akh-khirin itu ringkas dan detail. Bahkan terkadang sulit dan kompleks. Untuk memahaminya butuh pengetahuan istilah-istilah mereka dan telaah yang luas terhadap ilmu-ilmu bahwa arab dan ilmu-ilmu ushul yang detail.”
Idealnya, jika mau serius menguasai mazhab al-Syāfi‘ī tentu saja mengkaji kitab-kitab muta’akh-khirin itu menjadi agenda yang tak terhindarkan.
Hanya saja, tabiat ilmu dan hidayah itu memang bertahap.
Hampir tidak mungkin orang bisa memahami dengan baik kitab-kitab berat itu jika belum memiliki dasar yang kokoh. Oleh karena itu, para ulama menyusun berbagai kitab secara berjenjang, mulai dari kitab fikih ringkas, menengah sampai yang panjang.
Dari sini jalan orang bisa bermacam-macam, tergantung pengalaman belajar, lingkungan, rekomendasi guru, dan lain sebagainya.
Ada yang memulai dari matan Abu Syuja’, lalu ke al-Tażhīb, lalu naik ke Fatḥul Qarib, lalu naik ke Kifāyatul Akhyār, lalu ke Ḥāsyiyah al-Bājūrī, lalu naik ke al-Iqnā‘. Baru setelah itu mencoba kitab-kitab yang lebih berat.
Ada yang mulai dari al-Muqaddimah al-Ḥaḍramiyyah, lalu ke al-Manhaj al-Qawīm, lalu ke Ḥāsyiyah al-Tarmasī.
Ada yang mulai dari Ṣafwatu al-Zubad, lalu ke al-Taqrīrāt al-Sadīdah.
Ada yang mulai dari Qurratu al-‘Ain, lalu ke Fatḥu al-Mu‘īn, kemudian ke Nihāyatu al-Zain , kemudian ke I’ānatu al-Ṭālibīn.
Ada juga yang memulai dari ‘Umdatu al-Sālik wa ‘Uddatu al-Nāsik.
Ada pula yang memilih kitab-kitab yang lebih sederhana seperti Safīnatu al-Ṣalāh, Safīnatu al-Najā, al-Yāqūt al-Nafīs, dan semisalnya.
Tapi ada pula yang tidak mengerti pemetaan kitab atau merasa kesulitan mengikuti kurikulum klasik itu, sehingga akhirnya memilih karya-karya kontemporer dalam mazhab al-Syāfi‘ī semisal kitab al-Fiqhu al-Manhajī.
Unsur menonjol dari hampir semua karya-karya fikih kontemporer adalah aspek tashīl (التسهيل). Yakni memudahkan pelajar yang mayoritas sudah “tidak kuat” mempelajari kitab-kitab klasik apalagi yang babon. Dimudahkan dari sisi bahasa dan dimudahkan dari sisi penataan materi. Dengan kata lain, semua karya kontemporer itu memang disediakan untuk mereka yang belum sanggup terjun secara langsung mengarungi samudera fikih mazhab al-Syāfi‘ī dari sumber-sumber primer.
24 Jumadal Akhirah 1444 H/17 Januari 2022 M pukul 09.23