Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Berdoa di Multazam dalam pendapat mu’tamad mazhab al-Syāfi‘ī bukan bagian dari rangkaian ibadah umrah atau haji.
Jika sudah selesai tawaf, maka sebelum sai sunahnya hanya 3 saja yaitu,
- Salat sunah tawaf sebanyak 2 rakaat
- Kembali ke Hajar Aswad untuk melakukan tiga sunah (istilām, taqbīl dan waḍ’ul jabhah)
- Masuk tempat sai melalui pintu Safa
Semua ini sudah saya tulis secara khusus dalam catatan berjudul “ADAKAH RITUAL KHUSUS DI ANTARA TAWAF DENGAN SAI?”
Tampak dalam penjelasan di atas, tidak ada ritual berdoa di Multazam.
Hanya saja dalam pendapat al-Gazzālī, berdoa di Multazam adalah bagian dari ritual setelah tawaf. Menurut beliau, setelah tawaf silakan langsung menuju Multazam, lalu berdoa setelah itu baru salat sunah tawaf dua rakaat, kemudian melakukan 3 sunah terhadap Hajar Aswad, baru menuju tempat sai melalui pintu Safa. Al-Gazzālī berkata,
Artinya,
“Jika selesai tawaf sebanyak 7 putaran, maka silakan mendatangi Multazam yakni area di antara Hajar Aswad dengan pintu Kakbah. Tempat tersebut mustajab untuk berdoa. Silakan menempelkan diri pada Kakbah dan bergelantungan pada tirai Kakbah. Tempelkan perut pada Kakbah, letakkan pipi kanan pada Kakbah dan bentangkan kedua lengan serta telapak tangan kemudian berdoa…” (Iḥyā’ Ulūmiddīn, juz 1 hlm 251)
Adapun doa yang di baca di Multazam (baik mengikuti pendapat mu’tamad mazhab al-Syāfi‘ī maupun mengikuti ijtihad al-Gazzālī), maka prinsipnya sebenarnya tidak ada doa khusus yang berasal dari Rasulullah ﷺ. Al-Nawawi dalam al-Ażkār menyarankan doa sebagai berikut,
Setelah itu dipersilakan menambah doa apapun yang disukai.
Berhati-hatilah berdoa di sini. Karena banyak ulama menegaskan ini tempat mustajab. Orang terzalimi jika sampai berdoa disini, tak jarang si zalim langsung binasa. Orang yang berdoa disertai sumpah dusta hanya demi menyelamatkan diri atau muka, maka akan “hancur” berkeping-keping.
****
Doa yang di sarankan al-Nawawi di atas diselidiki Ibnu Ḥajar al-Asqalānī dan disimpulkan belum diketahui asalnya dari mana. Hanya saja karena maknanya sahih nan bagus, dan nampaknya berasal dari doa buatan sebagian orang saleh, juga mungkin didukung sejumlah riwayat ajaib terkait doa tersebut, maka imam besar seperti al-Nawawi merekomendasikannya.
Al-Gazzālī dalam Iḥyā’ ‘Ulūmiddīn menyarankan doa yang mirip maknanya dengan sejumlah perbedaan dan tambahan pada sebagian lafalnya. Doa yang disarankan ‘Abdurrazzāq sebagaimana diriwayatkan al-Tabarānī dalam al-Dua‘ā’ berbeda lagi redaksinya. Redaksi yang disarankan ‘Abdurrazzāq juga disarankan al-Syāfi‘ī sebagaimana disebut al-‘Imrānī dalam al-Bayān dan al-Nawawi dalam al-Majmū‘.
***
Mari dihafalkan.
Semoga dengan amal menghafal tersebut Allah memudahkan untuk haji dan umrah yang berkualitas sehingga benar-benar mengubah kehidupan Anda sepulang dari tanah suci.
1 Sya’ban 1444 H / 21 Februari 2022 pukul 08.46