Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Saat Anda bertawaf mengelilingi Kakbah, hadirkan kesadaran hal-hal berikut ini, supaya Anda terbantu ikhlas saat tawaf, benar-benar dalam rangka menyembah Allah, beriḥtisāb atas semua janji Allah, dan berharap mendapatkan semua keutamaannya.
PERTAMA, sadari bahwa tawaf itu seperti salat.
Jika Anda menyadari tawaf seperti salat, berarti Anda merasakan tawaf seakan-akan tengah menghadap Allah dengan cara tertentu yang dikehendaki-Nya yakni mengitari Kakbah.
Anda akan menjaga ucapan dan sedapat mungkin menghindarkan diri dari pembicaraan duniawi kecuali terpaksa, sangat dibutuhkan dan dipastikan sebagai kebaikan.
Anda akan berusaha menjaga mata supaya tidak melihat yang haram karena Anda sadar tengah diawasi Allah. Anda juga akan menjaga mata agar tidak merendahkan hamba Allah yang lain entah karena kekurangan fisiknya atau karena kejahilannya dalam manasik. Anda berusaha menjadi hamba Allah yang paling tawaduk, yang paling “membumi” yang memiliki mata khusyuk, yang arah pandangan matanya terfokus pada lantai tawaf, tidak berani melihat langit bahkan melihat Kakbah sekalipun.
Anda juga sedapat mungkin berusaha supaya tidak bertengkar dengan orang, berdebat dengan orang, mengucapkan kata kotor, mengucapkan kata mesum, apalagi memaki-maki.
Anda juga akan berusaha sedapat mungkin tidak menyakiti orang lain seperti mendorong, mengusir, menjatuhkan, apalagi memukul hanya demi melakukan hal yang sunah seperti mencium Hajar Aswad, berdoa di Multazam, salat di Hijir Ismail dan semisalnya. Sebab Anda tahu, kehormatan muslim jauh lebih berharga dan menjaga diri supaya tidak menzalimi sesama jauh lebih penting daripada sekedar melakukan hal sunah saat tawaf. Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Tawaf di sekitar Kakbah itu seperti salat, hanya saja kalian boleh berbicara. Barangsiapa yang berbicara hendaknya berbicara dengan kata-kata yang baik.” (H.R. al-Tirmiżī)
KEDUA, sadari bahwa setiap langkah Anda itu menghapus dosa, mencatat pahala dan mengangkat derajat.
Anda menyadari betul betapa berharganya setiap langkah Anda. Jadi, tidak ada satu langkahpun yang Anda jejakkan melainkan semuanya Anda lakukan dengan penuh penghayatan.
Dalam satu langkah mungkin Anda teringat sebuah dosa, lalu Anda merasakan bagaimana Allah menghapus dosa tersebut dengan satu langkah tawaf Anda.
Dalam satu langkah Anda teringat bahwa semua amal baik dicatat serapi-rapinya, lalu Anda merasakan bagaimana Allah mencatat langkah Anda sebagai amal saleh dalam catatan amal.
Dalam satu langkah, Anda teringat perjuangan Anda mendekatkan diri kepada Allah, lalu Anda merasakan bagaimana Allah mengangkat derajat Anda sehingga makin dekat kepadanya.
Ibnu Ḥibbān meriwayatkan,
Artinya,
“Dari ‘Abdullāh bin ‘Ubaid bin ‘Umair dari ayahnya bahwasanya Ibnu ‘Umar berkata, ‘Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barangsipa bertawaf mengelilingi Kakbah sebanyak tujuh kali, maka tidaklah dia meletakkan satu kaki dan mengangkat yang lainnya melainkan Allah akan menghapus dengannya satu kesalahan, menulis satu kebaikan dan mengangkat satu derajat.” (H.R. Ibnu Ḥibbān)
Bahkan Anda bisa berharap satu langkah tawaf itu menghapus 10 kesalahan, mencatat 10 hasanah dan mengangkat 10 derajat. Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Tidaklah seseorang mengangkat kakinya dan meletakkannya kembali (melangkah) kecuali akan dicatat baginya sepuluh kebaikan dan dihapus darinya sepuluh kejelekan, serta diangkat baginya sepuluh derajat.” (H.R. Ahmad)
KETIGA, sadari bahwa mengusap Rukun Yamani dan Rukun Aswad bisa menggugurkan dosa
Saat Anda mengusap Rukun Yamānī dan Rukun Aswad, maka Anda juga bisa berharap dosa-dosa Anda berguguran karena amal tersebut. Entah dosa yang mana, yang jelas dosa yang berbeda dengan dosa yang digugurkan oleh langkah-langkah tawaf Anda. Al-Tirmiżī meriwayatkan meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Ibnu Ubaid bin Umair dari bapaknya bahwa Ibnu Umar terlihat berdesak-desakan di antara dua rukun, yang mana tidak ada sahabat Nabi ﷺ yang lain seperti dia. Saya bertanya: “Wahai Abu Abdurrahman, kenapa kamu berdesak-desakan di antara dua rukun, padahal saya tidak melihat seorang pun sahabat Nabi ﷺ yang lain sepertimu.” Dia menjawab: “Hal itu saya lakukan, karena saya mendengar Rasulullah ﷺ berkata: ‘Menyentuh keduanya dapat menghapuskan dosa-dosa’.” (H.R. al-Tirmiżī)
KEEMPAT, sadari bahwa menuntaskan tawaf 7 putaran itu pahalanya seperti memerdekaan budak.
Begitu selesai menuntaskan tawaf tujuh kali putaran, maka Anda bisa berharap mendapatkan ganjaran seperti memerdekakan seorang budak. Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
”Barangsiapa yang tawaf sebanyak tujuh kali putaran lalu dia menghitungnya, maka pahalanya seperti memerdekakan budak.” (H.R. al-Tirmiżī)
KELIMA, sadari bahwa pulang ke rumah setelah tawaf dan menyelesaikan manasik itu bisa berharap diri suci kembali bagaikan bayi yang baru lahir.
Saat Anda pulang ke rumah, Anda juga bisa berharap suci dan bersih kembali bagaikan bayi yang baru lahir dari rahim ibunya. Muslim meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang mendatangi Baitullah ini (untuk haji atau umrah) tanpa merusaknya dengan perbuatan dan perkataan kotor, serta tidak berbuat maksiat, maka dia kembali pada keadaannya seperti baru lahir (bersih dari dosa).” (H.R. Muslim)
2 Sya’ban 1444 H / 22 Februari 2022 pukul 12.46