Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Menggundul/memangkas rambut itu rukun umrah. Bukan sekedar wajib umrah apalagi sunah umrah.
Karena ia menjadi rukun, maka ia menentukan keabsahan umrah. Jika tidak dilakukan, maka umrahnya tidak sah.
Karena ia rukun, berarti ia juga tidak bisa ditambal dengan dam (الدم) atau ritual lainnya.
Inlah yang membedakan dengan wajib umrah.
Ritual seperti berihram dari mīqāt itu termasuk wajib umrah, bukan rukun umrah. Jika ditinggalkan, maka umrah tetap sah, tapi wajib membayar dam. Jadi, orang Indonesia yang berumrah pertama kali, lalu langsung berihram dari Tan‘īm misalnya, berarti beliau meninggalkan wajib umrah. Umrahnya tetap sah, tapi wajib membayar dam. Al-Nawawī berkata,
Artinya,
“ia“(menggundul/memangkas rambut) tidak bisa ditambal dengan dam atau yang lainnya.” (al-Majmū‘, juz 8 hlm 205)
Jika di kepalanya ada penyakit atau sesuatu sehingga belum bisa menggundul/memangkas, maka harus sabar ditunggu sampai sembuh atau sampai penghalangnya hilang. Jika sudah mampu, maka wajib melakukan menggundul/memangkas rambut dan tidak perlu membayar dam. Jadi, uzur tidak menggugurkan keharusan melakukan ritual ini. Al-Nawawi berkata,
Artinya,
“Seandainya di kepalanya ada rambut tapi ada penyakit yang menyebabkan dia tidak mungkin memotong/menggundul rambutnya, maka dia harus bersabar (menunggu) sampai mampu. Tidak perlu menebus (dengan membayar dam) dan tidak gugur tuntutan untuk menggundul rambut, tanpa ada perselisihan.” (al-Majmū‘, juz 8 hlm 201)
28 Sya’bān 1444H/ 21 Maret 2023 pukul 13.03