Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
“Allah menguji hamba dengan kesusahan itu bukan untuk dicurhatkan kepada manusia,
Tetapi agar Allah mendengar suaranya menghiba-hiba memohon pertolongan-Nya”
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah berkata,
Artinya,
“Allah ketika menguji seorang hamba adalah untuk mendengarnya menghiba-hiba kepada-Nya.” (Ar-Ruh, hlm 259)
Curhat kepada Allah; Rahasiamu aman
Curhat kepada manusia; Rahasiamu terbongkar
CATATAN
Barangkali ada yang beralasan bahwa memendam kesusahan sendiri itu bisa memicu penyakit. Oleh karena itu, perlu dicurhatkan kepada orang yang tepat. Pihak yang dinilai bisa memberi solusi.
Alasan di atas tidak bisa dipakai untuk membenarkan curhat.
Sesungguhnya curhat berbeda dengan istinṣāḥ (الاستنصاح). Kalau curhat itu targetnya menumpahkan gelora hati, dan sering muncul karena marah atau sakit hati, dan ditumpahkan ke sesama jahil. Ini dalam bahasa Arab disebut syakwā, yakni jenis mengeluh. Ini yang memproduksi masalah baru. Istinṣāḥ itu targetnya amal, disampaikan kepada orang berilmu, adil dan bertakwa untuk mendapatkan nasihat supaya bisa lebih bisa melihat petunjuk dan bisa menyikapi kesusahan dengan benar.
Istinṣāh itu terjemahan paling dekat adalah konsultasi, atau minta nasihat. Selanjutnya semua aktivitas mengabarkan kondisi diistilahkan sesuai situasinya. Orang yang mengadu kepada polisi disebut lapor polisi. Orang yang cerita di pengadilan dalam rangka memperoleh keadilan disebut menggugat atau menuntut. Orang yang cerita ke dokter tuk diobati disebut konsul dll. Itu semua beda dengan curhat dan beda dengan fakta curhat.
4 Rabi’ul Awwal 1441 H/ 2 November 2019 pukul 18.23