Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Jika engkau tahu beratnya beban ujian yang ditanggung manusia, niscaya rasa jijikmu terhadap orang yang terfitnah untuk berzina akan berubah menjadi rasa kasihan.”
***
Allah mengabarkan dalam Al-Qur’an bahwa para malaikat itu berdoa memintakan ampun untuk orang-orang yang beriman. Allah berfirman,
Artinya,
“Malaikat-malaikat bertasbih dengan memuji Tuhannya serta memohonkan ampunan untuk orang yang ada di bumi.” (Q.S. al-Syūrā: 5).
Coba rasakan.
Apa urusannya malaikat mendoakan manusia?
Bukankah mereka sebagai hamba Allah yang taat dan mulia sudah berada dalam posisi “aman” tidak terkena murka dan azab Allah?
Bukankah jika mereka tidak mendoakan manusia juga tidak tercela dan tidak berdosa?
Bukankah jika mereka tidak peduli pada manusia dan hanya fokus menjalankan perintah Allah kepadanya, maka itu sudah benar dan sudah cukup untuk disebut hamba-Nya yang taat kepada-Nya?
Lalu apa perlunya mereka mendoakan manusia?
***
Tidak ada dalil khusus yang sangat lugas memang yang menerangkan “motivasi” para malaikat mendoakan manusia.
Tetapi jika kita hubungkan dengan kisah awal penciptaan Adam, ayat tentang amanah, kisah Iblis, kisah tentang malaikat yang diuji dengan syahwat, maka mungkin kita bisa meraba alasan apa yang membuat para malaikat pun mendoakan orang-orang beriman di kalangan manusia. Juga bisa merasakan mengapa rahmat dan kasih sayang Allah begitu besar kepada manusia. Juga mengapa penghargaan Allah begitu tinggi terhadap manusia yang sanggup bertakwa.
***
Sejak awal Allah hendak menciptakan manusia dengan tugas menyembah-Nya, para malaikat sudah ragu apakah manusia sanggup melakukannya.
Sebab makhluk baru ini hidupnya dibuat bergantian antar satu generasi dengan generasi lainnya. Jadi, hal ini meniscayakan makhluk baru ini umurnya dibatasi. Juga harus dibuat dua jenis: laki-laki dan wanita. Lalu mereka diberi syahwat agar bisa berreproduksi dan memunculkan generasi baru. Mereka juga dibuat lapar agar dipaksa menggerakkan tubuh mencari makan lalu menemukan karunia Allah. Wajar jika makhluk baru ini punya sifat-sifat khas seperti cinta, nafsu seksual, amarah, tamak, dan lain-lain. Sifat-sifat ini punya potensi baik sekaligus merusak.
Yang membuat para malaikat pesimis adalah karena bahan penciptaan makhluk baru ini dari tanah. Beda dengan para malaikat yang diciptakan dari cahaya dan/atau api. Makhluk yang dibuat dari tanah jelas lebih lemah, karena sifat tanah itu berat. Dia akan punya sifat malas, mengantuk, tidur, letih, dan seterusnya. Beda dengan malaikat yang jika beribadah tidak pernah merasa letih karena diciptakan dari bahan yang sangat ringan dan mampu melesat sangat cepat.
Jadi, para malaikat merasa lebih mampu diuji dengan ujian yang akan dihadapi manusia. Iblispun sejak awal memegang teguh opini umum para malaikat ini dan menegaskan bahwa makhluk yang diciptakan dari api jelas lebih mampu mengemban amanah tersebut daripada makhluk yang diciptakan dari tanah.
Karena itulah, ada riwayat yang mengisahkan bahwa Allah mempersilakan para malaikat untuk memilih dua malaikat terbaik di kalangan mereka dan yang paling saleh untuk diberi beban dan diuji seperti yang dibebankan Allah kepada manusia.
Para malaikat memilih Hārūt dan Mārūt.
Dua malaikat inipun oleh Allah diberi syahwat dan sifat-sifat lain yang akan diberikan kepada manusia. Tentu saja saat diberi sifat ini, karakter penciptaan mereka sudah tidak seperti saat masih di langit.
Lalu keduanya diturunkan ke bumi.
Tapi tidak sampai sehari, kedua malaikat itu gagal menghadapi ujian wanita dan akhirnya di akhir petang sudah berzina!
***
Sedahsyat ini beratnya melawan godaan zina.
Bahkan selevel malaikat pun yang sebelumnya sangat saleh di langit hanya sanggup bertahan beberapa jam saja!
Oleh karena itu, kita bisa melihat betapa gembiranya Allah jika mengetahui seorang hamba sanggup melawan ujian zina itu.
Nabi Yusuf berhasil melawan godaaan Zulaikhā. Demikian gembiranya Allah maka kisah beliau diabadikan dalam Al-Qur’an dan dijadikan teladan sepanjang zaman.
Seorang lelaki di kalangan Bani Israel berhasil membentak dirinya sehingga meng-cancel kesempatan zina, padahal antara dia dengan kemaluan wanita yang hendak dizinainya itu sudah tinggal beberapa senti saja! Demikian gembiranya Allah dan demikian bangganya maka kemampuan lelaki tersebut melawan godaan zina sampai diceritakan Allah kepada Rasulullah ﷺ sehingga diajarkan kepada umat Islam, lalu terkenal sebagai kisah 3 orang yang terjebak ke dalam gua.
***
Dari sini juga kita bisa memahami jika dalam Al-Qur’an disebut bahwa beban ujian yang ditanggung manusia itu sebenarnya pernah ditawarkan kepada langit dan bumi, tapi mereka menolaknya!
Bayangkan, langit dan bumi saja menolak padahal sebesar itu fisik penciptaan mereka!
Lalu bayangkan bagaimana Allah mentaklif amanah ini dibebankan kepada manusia untuk mengembannya!
***
Oleh karena itu, jika kita memahami hakikat ini, setelah tahu bagaimana lemahnya manusia, dan juga mengerti betapa tidak mudahnya mengemban amanah berat dari Allah itu, wajar jika para malaikat yang sudah mengetahui bahwa malaikat terbaik pun gagal melewati ujian itu, wajar jika akhirnya mereka sangat simpati dan sangat kasihan kepada hamba-hamba yang beriman.
Sekarang kita lebih bisa memahami jika diberitakan dalam Al-Qur’an bahwa para malaikat itu mendoakan hamba-hamba beriman supaya diampuni oleh Allah,
Karena memang berat…
Berat…
Hanya yang riil yang pernah diuji untuk berzina didepan matanya yang bisa merasakan betul ujian ini.
Yang punya uang, sumber daya, atau kesempatan untuk melakukannya asalkan mau.
Oleh karena itu, kita semua memang wajib membenci segala kemaksiatan.
Tapi jika ada mukmin yang terjatuh di dalamnya, maka sikap yang benar adalah kasihan, bukan jijik apalagi mengejek. Seperti malaikat yang memintakan ampun untuk mereka. Seperti Rasulullah ﷺ yang juga kasihan jika ada umatnya yang terjatuh pada kesalahan demikian.
CATATAN
Kebenaran riwayat ada dua malaikat yang diuji dengan ujian manusia tapi tidak kuat dibuktikan berdasarkan kajian sanad dan matan secara meyakinkan oleh Ibnu Ḥajar al-Asqalānī dalam kitabnya yang berjudul “Al-‘Ujāb fī Bayāni al-Asbāb”. Zakariyyā al-Anṣārī mendukung penuh penelitian Ibnu Hajar tersebut.
وإني أعيذ بك أهلي وأولادي وذرياتي من شرها
17 Syawwāl 1444 H/ 8 Mei 2023 pukul 08.58