Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Rumah tangga siapapun asal bisa melakukan satu hal ini, maka separuh masalahnya sudah selesai: Bersyukur.
Separuhnya lagi apa?
Ya sabar.
Secara teori barangkali kita sudah memahami hal ini. Namun kenyataannya di lapangan acap kali tergelincir, seolah lupa dengan apa yang telah kita pahami selama ini, bahkan selevel ustadz sekalipun. Mengapa bisa demikian?
Penyebabnya bisa banyak. Mungkin gaflah/kelalaian, terfitnah jabatan, terfitnah cari uang, terfitnah perempuan, terfitnah popularitas dan lain-lain. Oleh karena itu, siapapun wajib ngaji. Bagi yang belum tahu, tujuan ngaji adalah agar mendapatkan ilmu baru. Bagi yang sudah pernah mendapatkan ilmunya, tujuan ngaji adalah agar teringat kembali dan selalu ingat apa yang sudah pernah dipelajari, lalu terperbarui lagi semangat untuk mengamalkan apa yang telah diketahui. Allah berfirman,
Artinya,
“Berilah peringatan sebab peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman.” (al-ẓāriyāt: 55)
Syukur dan sabar bukan hanya memberi kebaikan untuk akhirat, tapi juga menjadi kunci kebahagiaan. Bukan hanya dalam rumah tangga tapi dalam seluruh kehidupan. Bukan hanya urusan dunia, tapi juga urusan akhirat. Kadang Allah memberi kita susah agar ingat kembali dua petunjuk penting ini.
Adapun jika kita menyampaikan hal ini kepada orang yang berumah tangga lalu diejek atau dinyinyiri atau diremehkan, maka cukup berpaling dengan santun saja. Tidak usah membantah dan tidak usah menjelaskan. Lalu cukup kita doakan kebaikan rumah tangga beliau. Jika kita mau mendoakan rumah tangga orang lain, maka kita akan memetik buahnya. Yakni rumah tangga kita akan di buat baik oleh Allah. Berdasarkan hadis “wa laka bimitslin”.
22 Syawwāl 1444 H/ 13 Mei 2023 pukul 14.03