Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Jangan menyangka Zulaikhā itu wanita jahat, licik, murahan, penuh nafsu atau maniak seks.
Tidak.
Riwayat dan isyarat dalam Al-Qur’an tidak menunjukkan demikian.
Zulaikhā adalah wanita terhormat.
Wanita baik-baik.
Benar-benar bisa menjaga diri.
Di antara hal yang menunjukkan pengendalian diri Zulaikhā yang sungguh menakjubkan adalah fakta bahwa Zulaikhā bisa menahan diri dalam waktu yang lama.
Saat Nabi Yusuf diperlihatkan kepada istri-istri pejabat Mesir sekali saja, mereka semua takjub.
Semua terfitnah. Tak terasa mengiris-iris jari. Semua jadi jatuh cinta kepada Nabi Yusuf. Semua jadi ingin berhubungan badan dengan Nabi Yusuf.
Bayangkan, satu kali saja melihat Nabi Yusuf sudah seperti itu dampaknya.
Sekarang bayangkan beratnya situasi yang dialami Zulaikhā.
Beliau tidak hanya melihat Nabi Yusuf sekali, tapi berkali-kali!
Ketemu setiap hari!
Karena Nabi Yusuf tinggal di rumahnya.
Bertahun-tahun!
Sudah begitu posisi Nabi Yusuf hanya budak lagi!
Seorang budak yang tidak punya kuasa kecuali hanya taat kepada tuannya!
Yang bisa saja setiap saat dihukum, dipenjara, disiksa atau bahkan dibunuh jika tidak menaati tuannya!
Ini masih ditambah lagi fakta bahwa ternyata suaminya impoten! Ibnu Isḥāq berkata,
Artinya,
“Qiṭfīr (suami Zulaikhā) itu tidak bisa menggauli wanita (impoten) dan tidak punya anak.” (Tafsir al-Qurṭubī, juz 9 hlm 160)
Lihatlah.
Seorang istri yang dinikahi lelaki pejabat, yang dinikahi hanya untuk menutupi aib lelaki, yang mendapatkan segalanya dalam hal kemewahan duniawi, tapi tidak pernah dijamah, tidak pernah merasakan kehangatan seorang pria dan tidak pernah merasakan kenikmatan berhubungan suami istri.
Bayangkan seperti apa perjuangan Zulaikhā menahan cinta dan nafsu terlarang itu!
Setiap saat, setiap hari, beliau selalu berhasil.
Bertahun-tahun.
Tapi setelah sekian lama, di hari tertentu, jebollah pertahanan itu. Tak sanggup lagi dia. Sampai akhirnya mengatur suasana, mengatur kamar, dan menyiapkan diri untuk mengajak nabi Yusuf berhubungan badan.
Coba bayangkan,
Wanita baik di zaman sekarang jika mendapatkan ujian yang sama dengan yang dialami Zulaikhā, apa bisa menahan diri semenakjubkan Zulaikhā?
Bayangkan wanita-wanita berkerudung yang ngefans mati personil boyband tertentu, lalu ada kesempatan sekamar dan bisa berbuat asusila, apa ya kuat kira-kira?
Saya sendiri tidak yakin.
Mungkin karena kualitas Zulaikhā yang sebenarnya berpotensi baik itulah maka di akhir kisah Zulaikhā beriman kepada Nabi Yusuf. Lalu keduanya menikah. Begitu malam pertama, ternyata Nabi Yusuf mendapati istrinya masih perawan. Mungkin dengan nada setengah bercanda, Nabi Yusuf berkata,
“Nah, bukankah yang ini lebih baik daripada yang dulu?”
Maksudnya, bukankah berhubungan suami istri yang halal dan bernilai pahala itu lebih baik daripada perzinaan yang haram dan bernilai dosa?
Al-Ṭabarī meriwayatkan,
Artinya,
“Bahwasanya sang raja: al-Rayyān bin al-Walīd menikahkan Nabi Yusuf dengan istri Iṭfīr yang bernama Rā‘īl (Zulaikhā). Ketika Zulaikhā bertemu Nabi Yusuf maka Nabi Yusuf berkata, ‘Bukankah ini lebih baik daripada yang kamu inginkan (dulu)?”. Konon Zulaikhā menjawab, ‘Wahai Yusuf al-ṣiddīq, janganlah mencelaku. Sebab aku ini sebagaimana engkau lihat adalah wanita cantik yang hidup mewah dalam kerajaan dan kenikmatan dunia. Sementara itu suamiku impoten. Padahal engkau (yang hidup serumah denganku) diciptakan Allah seganteng dan segagah itu. Aku jadi tidak kuat menahan diriku sebagaimana engkau tahu’. Lalu nabi Yusuf menggaulinya dan mendapatinya perawan. Kemudian Zulaikhā melahirkan dua anak; Afrā’īm bin Yūsuf dan Mīsyā bin Yūsuf.” (Tafsīr al-ṭabarī juz 16 hlm 151)
Jadi, jangan pernah menyangka bahwa wanita baik-baik, yang selama ini terlihat bisa menjaga kehormatan, lalu tidak bisa terfitnah dengan lelaki, kemudian berbuat hal-hal bodoh yang menyengsarakan orang yang dicintainya sendiri, menyengsarakan kerabatnya, menyengsarakan orang lain dan melibatkan banyak orang.
Siapapun bisa terfitnah.
Bukan hanya wanita jahil yang suka menuruti hawa nafsu.
Wanita yang mayoritas hidupnya terlihat baik pun juga bisa mengalaminya.
Saat dia terfitnah seperti itu, tentu tidak adil jika kita mensifatinya sebagai wanita yang jahat, licik dan murahan. Tapi cukup disebut wanita baik yang sedang terfitnah.
Masih untung jika wanita baik tersebut terfitnah dengan lelaki saleh. Sebab fitnah cinta itu tidak akan terlalu jauh hingga terjadi perzinaan. Hanya saja, kisah Nabi Yusuf dan Zulaikhā menunjukkan tidak boleh kita merasa aman dari fitnah yang bisa menimpa siapa saja. Orang yang terlihat baik sekalipun.
اللهم إنا نعيذهم بك من الشيطان الرجيم
29 Syawwāl 1444 H/ 20 Mei 2023 pukul 06.25