Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Belajarlah bahasa Arab.
Belajarlah bahasa Arab untuk membenahi dinmu.
Belajarlah bahwa Arab sampai level bisa menggunakannya dalam ucapan, sebagaimana Rasulullah ﷺ dan para Sahabat menggunakannya dalam berkata-kata.
Belajarlah bahasa Arab sampai level bisa kau gunakan untuk bermunajat kepada Rabbmu.
Itu akan membuat salatmu menjadi benar-benar terasa “beda”.
Membuat salatmu menjadi sangat dekat dengan cara salat hamba-hamba saleh di masa lalu.
Engkau bisa saja membaca bacaan zikir dan doa apapun yang engkau hafalkan dari dalil, tetapi rasanya tetap tidak akan se-puas dan se-lega saat orang mencurhatkan hal riil yang dirasakannya, lalu minta kepada Allah sesuai dengan masalahnya tersebut.
***
Misalnya engkau ingin curhat kepada Allah betapa beratnya melawan godaan maksiat, dan engkau ingin benar-benar dibantu Allah untuk mengatasinya, maka engkau bisa saja bermunajat dan berdoa dalam bahasa Indonesia seperti ini,
“Ilahi…”
“Hambamu, Adam telah Engkau muliakan dengan berbagai kemuliaan yang luar biasa,”
“Engkau ciptakan dia langsung dengan Tangan-Mu,”
“Engkau izinkan dia melihat langsung kebesaran kerajaan-Mu di langit sana,”
“Engkau izinkan dia melihat langsung malaikat-malaikat-Mu,”
“Engkau perintahkan malaikat-malaikat-Mu bersujud kepadanya,”
“Engkau ajari dia berbagai macam ilmu sampai menjadi makhluk-Mu yang paling berpengetahuan di langit sana,”
“Engkau izinkan dia melihat agungnya nikmat-Mu dengan menempati surga dan bersenang-senang di sana”
“Bahkan Engkau juga mengizinkannya untuk langsung bercakap-cakap dengan-Mu tanpa perantara!”
*
“Walaupun demikian seorang Adam, ayahku itu, moyangku itu ternyata masih bisa tertipu juga oleh Iblis!”
“Kalah oleh hawa nafsunya, sehingga bermaksiat dan melanggar perintah-Mu,”
“Lalu bagaimana dengan aku, Ya Ilāhi?”
“Yang tidak pernah melihat malaikat-malaikat-Mu?”
“Yang tidak pernah melihat kebesaran kerajaan-Mu di alam malakut?”
“Yang belum pernah melihat indahnya surga?”
“Yang ilmunya hanya seciprat air dan masih terus tertatih-tatih memburu hudā?”
“Yang tidak pernah dan tidak akan mungkin mendapatkan kemuliaan bercakap-cakap dengan-Mu?”
“Bagaimana aku dengan segenap kekuranganku, kelemahanku dan kehinaan diriku akan sanggup melawan penyesatan Iblis dan setan jika tidak Engkau bantu, Ya Rabb?”
*
“Ya Rabbi…”
“Sesungguhnya aku tidak akan sanggup menyembah-Mu dengan sebenar-benarnya jika tidak mendapatkan pertolongan dari-Mu,”
“Aku tidak akan sanggup melawan penyesatan Iblis jika tidak Engkau curahi dengan rahmat-Mu,”
“Aku tidak akan sanggup meninggalkan maksiat sekecil apapun jika tidak Engkau beri kekuatan melakukannya,”
“Aku tidak akan bisa menaklukkan hawa nafsuku jika tidak engkau bantu untuk menundukkannya,”
“Aku juga tidak akan sanggup mengubah diriku, jika tidak engkau bantu untuk mengubahnya…”
“Ya Rabbi,”
“Hanya kepada-Mu aku berharap,”
“Sebab, tidak ada daya untuk mengubah sesuatupun dan tidak ada kekuatan untuk melakukan apapun, kecuali dengan pertolongan-Mu,”
“Aku berikrar, hanya kepada-Mu aku menyembah. Hanya kepada-Mu pula aku meminta pertolongan…”
***
Munajat dengan bahasa Indonesia seperti ini bisa Anda baca di luar salat.
Tapi jika hendak Anda baca di dalam salat, maka Anda harus mengucapkannya dalam bahasa Arab.
Karena tidak boleh doa buatan diucapkan dalam salat kecuali dalam bahasa Arab.
Untuk mencapai tujuan itu, maka belajar bahasa Arab fusha sampai level bisa dipakai dalam ucapan adalah keharusan.
Diriwayatkan, Ali bin al-Husain bermunajat saat sujud di Hijir Ismail dengan kalimat berikut ini,
Artinya,
“Hamba-Mu yang hina di halaman rumah-Mu, hamba-Mu yang miskin di halaman rumah-Mu, hamba-Mu yang pengemis di halaman rumah-Mu, hamba-Mu yang fakir di halaman rumah-Mu.” (Tasbīḥ wa Munājāt hlm 64)
7 Zulkaidah 1444 H/ 27 Mei 2023 pukul 13.48