Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Ayah nabi Musa bernama ‘Imrān (عِمْرَان). Ibu beliau bernama Yāwikh (يَاوِخ). Ibnu Katsīr berkata,
Artinya,
‘Al-Suhailī berkata, ‘Nama ibu Musa adalah Yāwikh.” (al-Bidāyah wa al-Nihāyah, juz 2 hlm 36)
Jika dilihat nasab nabi Musa, ternyata jarak beliau dengan Nabi Yusuf yang pernah menjadi pejabat penting di Mesir tidak jauh. Nabi Musa terhitung generasi kelima dihitung dari masa Nabi Yusuf. Dengan kata lain, jika memakai istilah kerabat dalam budaya Jawa, Nabi Yusuf masuk dalam generasi Canggah.
Jadi cerita singkatnya kira-kira begini.
Setelah Nabi Yusuf dibuang ke sumur, ditemukan kafilah dagang, dijual ke Mesir, mengalami berbagai ujian, sampai menjadi pejabat penting Mesir, maka Nabi Yusuf mengundang seluruh keluarganya untuk berpindah dan bermukim ke Mesir. Di antara keluarga tersebut, tentu saja termasuk saudara-saudara Nabi Yusuf yang berjumlah 11 itu.
Lalu mereka beranak pinak sehingga berjumlah sangat banyak.
Entah bagaimana perubahan politik dan situasi keagamaan setelah Nabi Yusuf wafat, yang jelas setelah itu Fir’aun menindas keturunan Nabi Ya’qub tersebut.
Di antara saudara Nabi Yusuf yang berjumlah 11 itu, ada yang bernama Lāwī (لَاوِي).
Nah, Lāwi ini punya putra bernama ‘Āzir (عَازِر).
‘Āzir punya putra bernama Qāhats (قَاهَث).
Qāhats punya putra bernama ‘Imrān (عِمْرَان).
‘Imrān adalah ayah Nabi Musa.
Dengan demikian nasab Nabi Musa adalah Mūsā bin ‘Imrān bin Qāhats bin ‘Āzir bin Lawī. Ibnu Katsīr berkata,
Artinya,
“Beliau adalah Mūsa bin ‘Imrān bin Qāhats bin ‘Āzir bin Lāwī bin Ya‘qūb bin Isḥāq bin Ibrāhīm alaihimussalam.” (al-Bidāyah wa al-Nihāyah, juz 2 hlm 31)
Tampak dalam nasab di atas bahwa Nabi Yusuf itu status kekerabatannya dengan Nabi Musa adalah terhitung Canggah. Tepatnya, Nabi Yusuf adalah adik dari canggah Nabi Musa yang bernama Lāwī. Keturunan Lāwī inilah yang nampaknya dalam Bibel disebut dengan Tribe of Levi.
***
Adapun saudara dan saudari Nabi Musa yang diceritakan dalam Al-Qur’an, maka mereka ada dua.
Pertama, kakak perempuan Nabi Musa.
Kedua, kakak laki-laki Nabi Musa.
Kakak perempuan Nabi Musa adalah wanita yang diceritakan dalam Al-Qur’an diperintahkan oleh ibu Nabi Musa supaya mengawasi arah keranjang Nabi Musa saat dihanyutkan di sungai Nil. Kakak perempuan Nabi Musa pulalah yang menawarkan kepada orang-orang istana agar Nabi Musa disusui ibunya setelah semua wanita yang mau menyusui ditolak Nabi Musa. Nama saudari perempuan Nabi Musa tersebut adalah Maryam. Ibnu ‘Āsyūr berkata,
Artinya,
“Saudari Mūsa namanya Maryam. Kisahnya sudah dijelaskan sebelumnya di Surah Ṭāhā.” (al-Taḥrīr wa al-Tanwīr juz 20 hlm 83)
Adapun kakak laki-laki nabi Musa, maka beliau adalah Nabi Harun. Yakni nabi yang dikabarkan dalam Al-Qur’an lebih fasih daripada Nabi Musa dan membantu Nabi Musa berdakwah kepada Firaun.
Terkait penjelasan mengapa Nabi Harun tidak termasuk bayi laki-laki yang disembelih oleh Fir’aun, padahal Nabi Musa terancam disembelih, maka penjelasannya begini.
Saat Fir’aun menetapkan kebijakan penyembelihan bayi laki-laki di kalangan Bani Israel, maka jumlah laki-laki mereka semakin menyusut. Ini malah mengkhawatirkan penduduk pribumi Mesir Koptik. Karena bisa membuat tenaga kerja murah menjadi langka dan justru nanti malah orang Mesir sendiri yang harus menjadi buruh untuk proyek-proyek berat Fir’aun.
Masalah ini diadukan kepada Fir’aun, lalu akhirnya Fir’aun membuat kebijakan satu tahun penuh program peyembelihan bayi laki-laki, lalu satu tahun “istirahat”. Demikian terus berganti-ganti. Nah Nabi Harun lahirnya saat tahun “istirahat” itu. Sementara Nabi Musa lahirnya pas dengan tahun penyembelihan.
***
Ini penjelasan nasab dan keluarga nabi Musa menurut keterangan ulama Islam. Entah jika versi Bibel bagaimana.
10 Zulkaidah 1444 H/ 30 Mei 2023 pukul 06.50