Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Sebaik dan sehati-hati apapun kita, maka tidak mungkin menghindar dari para pembenci dan orang-orang yang berkata buruk.
Rasulullah ﷺ sebaik itu saja pembencinya luar biasa banyak, sejak dulu hingga kini.
Oleh karena itu, sikap terbaik menghadapi cacian, makian, cibiran, hinaan, umpatan, laknat, nyinyiran dan semua kata-kata buruk pembenci terhadap pribadi kita bukanlah membalas dengan kata-kata buruk serupa. Bahkan mengklarifikasi sajapun tidak perlu.
“Pembalasan” terbaik jika dikata-katai adalah memproduksi kalimat baik sebanyak-banyaknya karena Allah.
Sebab, Allah sudah menjamin bahwa kalimat baik itu akan bertahan, kokoh dan bermanfaat sepanjang masa.
Kalimat buruk itu tidak kokoh, lekas hilang, cepat dilupakan dan hilang ditelan masa.
Allah berfirman,
Artinya,
“Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik? (Perumpamaannya) seperti pohon yang baik, akarnya kuat, cabangnya (menjulang) ke langit, dan menghasilkan buahnya pada setiap waktu dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan untuk manusia agar mereka mengambil pelajaran. (Adapun) perumpamaan kalimat buruk seperti pohon yang buruk, akar-akarnya telah dicabut dari permukaan bumi, (dan) tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun.” (Q.S. Ibrahim: 24-26)
4 Zulhijah 1444 H/ 22 Juni 2023 pukul 19.08