Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Singkatnya, dua-duanya boleh. Dibaca mil-a (مِلْءَ) benar, dibaca mil-u (مِلْؤُ) juga benar.
Al-Nawawi berkata,
Artinya,
“Sabda Nabi ﷺ ‘mil-assamāwāti wa mil-al arḍi’, lafal mil-a dibaca dengan mengkasrahkan mim. Huruf hamzah di akhir boleh dibaca naṣab maupun rafa.’ (al-Majmū‘, juz 3 hlm 416)
Jadi saat i’tidal Anda boleh membaca,
Boleh juga membaca,
Yang menguatkan mil-a di antaranya adalah Ibnu Khālawaih, bahkan membuat karangan khusus untuk mengupasnya. Yang menguatkan mil-u di antaranya adalah al-Zajjāj dan bahkan melarang membaca mil-a.
Jika dibaca mil-a, berarti posisi sintaksisnya adalah menjadi ḥāl (الحال). Mungkin juga difahami sebagai maf’ul muṭlaq, tamyiz, atau na’at dari maṣdar maḥẓūf.
Jika dibaca mil-u, berarti posisi sintaksisnya adalah menjadi khabar (الخبر) yang mubtada’-nya dibuang. Bisa juga difahami sebagai na’at.
Hanya saja yang lebih kuat dan lebih populer adalah jika dibaca mil-a. Inilah pendapat mayoritas ulama dan terkonfirmasi dalam banyak riwayat hadis.
23 Zulhijah 1444 H/ 11 Juli 2023 pukul 10.39