Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Mengapa orang yang sangat takut tercitra buruk dan rela melakukan apapun asal dirinya tetap tercitra baik, terpuji, dan perfect seraya menolak segala bentuk nasihat justru malah dibuat tersingkap aib-aibnya?
Jawabannya sederhana:
Sebab dia tidak bisa tawaduk.
Tidak bisa bersikap ngasori.
Tidak bisa andap asor.
Yang seperti ini adalah jenis keangkuhan dan kesombongan yang halus.
Ini sifat tercela, sehingga wajar jika akhirnya dia dibiarkan tersingkap aib-aibnya. Karena orang yang meninggi-ninggikan diri, maka dia akan direndahkan.
Sebaliknya, hamba yang saat dihina atau difitnah atau diberi kata-kata buruk memilih bersabar, diam dan tidak membalas, berarti hamba tersebut telah berhasil melakukan tawaduk. Tidak rendah, tapi memilih untuk rendah hati. Tidak hina tapi memilih tidak menonjolkan diri. Tidak salah tapi memilih untuk tidak memusingkan diri dalam menjelaskan diri.
Hamba yang seperti ini jika dihina-hina orang lain padahal hakikatnya dia tidak serendah itu, maka justru Allah yang membela.
Sebab Allah membenci kezaliman dan mengharamkan kezaliman pada diri-Nya maupun hamba-hamba-Nya.
Maka hamba yang semacam ini ditampakkan keluhurannya oleh Allah dengan cara-Nya dan malah diangkat derajatnya. Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Tidaklah Allah menambahi seorang hamba yang memaafkan kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang hamba bertawaduk karena Allah melainkan Allah akan mengangkatnya” (H.R. Muslim)
30 Muharram 1445 H/ 17 Agustus 2023 pukul 10.29