Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Niat itu sungguh harus benar-benar ditata.
Salah sedikit, bisa binasa!
Walaupun keinginannya itu tampak seperti bersifat din!
Walaupun keinginannya itu tampak seperti bersifat ukhrawi!
Walaupun dia merasa niatnya baik, benar,dan syar’i.
Perusak niat yang paling berbahaya adalah ketika ada motif-motif duniawi secara halus atau tidak sadar semisal kemuliaan, kejayaan, pengaruh, popularitas, pengikut, dihormati, dikagumi, ditepuk-tangani dan semisalnya.
Ciri ada niat busuk semacam ini adalah tidak suka, jengkel dan benci jika apa yang diharapkannya ternyata diberikan Allah kepada hamba-Nya yang lain.
Sikap hidupnya tiba-tiba saja jadi memusuhi hamba Allah yang mendapatkan anugerah tersebut.
Terang-terangan maupun secara halus.
Dia bersemangat untuk menemukan kekurangan hamba Allah yang dibencinya itu dan bersorak jika orang yang dibencinya mendapatkan kesusahan.
Niat busuk semacam ini besar sekali menjadi penyebab terhalangnya hidayah sampai akhir hayat jika tidak ditobati.
Orang yang terkena penyakit tersebut bisa tersesat hidupnya, tapi tetap merasa benar dan mati dalam keadaan tersesat.
***
Alkisah, di masa jahiliah ada seorang lelaki bernama Umayyah bin Abū al-Ṣalt (أُمَيَّةُ بْنُ أَبِيْ الصَّلْتِ).
Minatnya belajar agama sangat tinggi hingga dia belajar kitab-kitab suci agama sebelum Islam.
Hasil belajarnya tentu saja berpengaruh dalam sikap hidupnya.
Dia menjadi pribadi yang mengesakan Allah, ahli ibadah, hidup zuhud, banyak mengingat akhirat, menyebut hari kiamat, mengingatkan hari kebangkitan dan banyak menggubah puisi yang mencerminkan suasana din dan hubungannya dengan Allah dalam hatinya.
Memang tokoh ini dalam sejarah sastra Arab juga terrekam sebagai salah satu penyair jahiliyyah terkenal.
Sastrawan populer yang membawa tema-tema tauhid dan hari kebangkitan.
Pengembaraan intelektualnya mempelajari agama ahli kitab juga mengantarkannya pada pengetahuan bahwa akan muncul seorang nabi dari tanah Arab. Dia juga tahu perkiraan waktu kapan nabi itu akan muncul. Lalu dia berharap Allah memilihnya menjadi nabi terakhir itu!
Mungkin saking kuatnya keinginan tersebut, saat bertemu dengan wanita-wanita suku Tsaqīf dia membangun opini seolah-olah hampir memastikan bahwa dirinya akan dipilih oleh Allah sebagai nabi akhir zaman.
Begitu Rasulullah ﷺ diutus, maka dia menolak mengimani beliau karena merasa MALU!
Yakni malu sudah kadung membangun opini, tapi ternyata mengikuti orang lain yang diakuinya sebagai nabi. Malu campur dengki.
Akhirnya Umayyah bin Abū al-Ṣalt mati dalam keadaan kafir.
Dalam hadis riwayat Ahmad diceritakan bagaimana Rasulullah ﷺ kagum dengan isi-isi syairnya yang indah yang penuh dengan dakwah pada tauhid dan iman terhadap hari akhir. Sampai-sampai Rasulullah ﷺ berkomentar,
Artinya,
“Hampir-hampir dia masuk Islam.”
***
Begitulah, terkadang orang hanya beriman lisan, tulisan dan karyanya. Tapi Allah tahu hatinya kafir.
Kafir karena salah niat.
8 September 2023/ 20 Safar 1445 H pukul 19:14