Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Di antara lafaz Arab untuk menyebut ulama adalah Ḥabr (الحَبْرُ).
Allah memakai lafaz ini adalah untuk menyebut lapisan intelektual Yahudi dalam Q.S. al-Taubah: 31.
Abū Mūsā al-Asy’arī juga memakai lafaz ini saat memuji Ibnu Mas’ūd sebagai ulama di kalangan Sahabat Nabi ﷺ. Beliau meminta agar kaum muslimin tidak bertanya urusan agama kepada beliau selama Sang Habr, yakni Ibnu Mas’ūd masih ada.
Al-‘Imrīṭī juga menggelari Ibnu Ājurrūm dengan sebutan Ḥabr. Beliau menulis,
***
Pertanyaannya, mengapa ulama di sebut ḥabr?
Nah jika pertanyaan ini dijawab pakai ilmu isytqāq maka kita akan mendapatkan sejumlah penjelasan menarik.
Di antaranya:
- ulama di sebut ḥabr karena ada hubungannya dengan ḥibr (الحِبْرُ) yang bermakna tinta. Yakni, para ulama itu selalu bergelut dengan tinta dan dunia tulis menulis untuk belajar dan menyebarkan ilmu
- ulama disebut ḥabr karena ada hubungannya dengan kata ḥabrah (الحَبْرَةُ) yang bermakna kebahagiaan. Maknanya, ulama itu memberi kebahagiaan dengan ilmunya kepada umat, baik bahagia dunia maupun akhirat
- ulama disebut ḥabr karena ada hubungannya dengan kata taḥbīr yang bermakna tazyīn yakni menghiasi. Maksudnya, ucapan ulama itu tidak kampungan tapi bermutu, indah dan meresap dalam hati karena selalu menghiasi kata-katanya dengan ilmu.
- ulama disebut ḥabr karena itu bentuk maqlūb dari baḥr (البَحْرُ) yang bermakna lautan. Maksudnya, ulama itu bagaikan lautan karena tempat menbgumpulnya ilmu sebagaimana lautan tempat mengumpulnya air. ulama juga menjadi wasilah hidupnya hati yang membuat bahagia abadi di akhirat sebagaimana air menjadi sebab kehidupan di dunia.
***
Demikian salah satu contoh analisis shorof nazham al-‘Imrīṭī bait ke 11. Silakan dinikmati penjelasan full di KANAL MUNTAHA.
Atau klik linknya di sini.
1 November 2023/ 17 Rabi’u al-Tsānī 1445 H pukul 17.24