Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Jika sejumlah ulama memilih diksi taqrīb (التَّقْرِيْبُ) pada sebagian kitab mereka, sebenarnya apa makna taqrīb di situ?
Sebagian ulama memang memilih kata taqrīb sebagai salah satu unsur penyusun judul kitabnya.
Sebut saja Abū Syujā’. Matan beliau dalam fikih al-Syāfi‘ī nama aslinya adalah al-Gāyah wa al-Taqrīb (الغَايَةُ وَالتَّقْرِيْبُ). Lalu di singkat menjadi Gāyatu al-Taqrīb. Ada yang menyingkatnya menjadi matan al-taqrīb. Ada juga yang bahkan hanya menyebut kitab al-Taqrīb.
Ada juga karya Ibnu Ḥajar al-‘Asqalānī dalam ilmu rijāl yang berjudul taqrību al-Tahżīb (تَقْرِيْبُ التَّهْذِيْبِ).
Al-Nawawi juga punya kitab hadis yang beliau beri nama al-taqrīb wa al-taisīr (التَّقْرِيْبُ وَالتَّيْسِيْرُ).
Dan tentu banyak lagi kitab-kitab lain.
Sebenarnya apa makna taqrīb di situ?
***
Jawabannya adalah sebagai berikut.
Kata taqrīb adalah maṣdar.
Tasrifnya: qarraba-yuqarribu-taqrīban yang bermakna mendekatkan.
Jadi, taqrīb bisa diterjemahkan hal mendekatkan atau pendekatan.
Nah, maksud mendekatkan dalam konteks ilmu di sini adalah adalah,
Yakni “mendekatkan makna-makna pada pemahaman”.
Oleh karena itu, secara bebas taqrīb boleh diterjemahkan memudahkan.
Dengan demikian bait ke-13 nazham al-‘Imrīṭī berikut ini,
bisa diterjemahkan,
“Saya menggubahnya (al-Muqaddimah al-Ājurrūmiyyah itu) dengan gubahan (berbentuk puisi/manẓumah) yang sangat indah seraya meniru kitab asalnya dalam (upaya) memudahkan untuk pemula.”
Kajian dasar nazham al-‘Imrīṭī bait ke 13 bisa diakses di sini.
9 November 2023/ 23 Rabi’u al-Tsānī 1445 H pukul 19.27