Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Ada jenis lam yang disebut dengan nama lam taqwiyah (لَامُ التَّقْوِيَةِ).
Fungsi lam ini adalah MENGUATKAN ‘āmil lemah.
Di antara penyebab ‘āmil lemah adalah karena diubah dari bentuk fi’il menjadi bentuk isim.
Penjelasannya begini:
Perhatikan kata ṣaddaqa dalam ayat berikut ini,
Kata ṣaddaqa di atas, karena berbentuk fi’il, maka fungsinya sebagai ‘āmil masih kuat sehingga bisa bekerja langsung pada maf‘ūl bih-nya.
Tampak dalam ayat di atas kata ṣaddaqa bekerja langsung pada maf‘ūl bih-nya, yakni kata al-mursalīn dan langsung manashobkannya.
Akan tetapi begitu kata ṣaddaqa ini diubah menjadi ism fā’il yakni muṣaddiq (مُصَدِّقٌ), maka fungsi ‘amilnya MELEMAH sehingga untuk bekerja pada maf’ūl bih ia butuh dikuatkan oleh harf lam.
Nah, lam seperti inilah yang disebut lam taqwiyah.
Contoh,
Perhatikan kata muṣaddiqan dalam ayat di atas.
Kata muṣaddiqan berbentuk isim, yakni isim fā’il. Oleh karena itu, fungsi ‘amilnya melemah. Ketika dia bekerja pada maf‘ul bih-nya maka dia butuh dikuatkan.
Di situlah gunanya ada lam pada frasa limā.
Lam di sana adalah lam taqwiyah yang tugasnya memperkuat fungsi amil pada kata muṣaddiqan.
Jadi, mā adalah maf’ul bih dari kata muṣaddiqan.
***
Dengan demikian, sekarang kita bisa memahami bahwa lam pada frasa li gālibi di bait ke 15 nazham al-‘Imrīṭī berikut ini adalah lam taqwiyah,
Kajian dasar bait ke-15 nazham al-‘Imrīṭī sudah terbit. Silakan dinikmati di KANAL MUNTAHA.
Atau di sini.
17 November 2023/ 4 Jumādā al-Ūlā 1445 H pukul 19.22